Lima Puluh Tujuh

506 68 6
                                    

Cieee yang lagi-lagi kena prank 🤣🤣 kacian di prank lagi. Enak gak. Nyesek gak baca part sebelumnya.

Cieee yang udah overtingking mikirin hubungan Cia sama Sandy.

Yok lanjut baca aja yok. Tenang aja itu bukan tamat yang sesungguhnya. Nanti tamatnya ada sendiri. Kejutan buat kalian.

~happy Reanding~

Pagi telah tiba tapi, Cia belum sadar dari pingsannya. Keluarganya di buat cemas olehnya, apa lagi Mommy nya yang sangat menyanginya. Sampai-sampai Diana tertidur di samping Cia karena terus merawat Cia yang tiba-tiba jatuh sakit.

"Sandy," gumamam Cia masih dengan mata tertutup.

"Sandy," gumamnya lagi. Keringat dingin mengalir di pelipisnya kepalanya ia tolehkan ke kanan kira.

Diana bangun dari tidurnya karena mendengar gumamam sang anak. Raut wajahnya kembali panik saat melihat kondisi Cia. Diana mengguncang pelan tubuh Cia agar gadis itu bangun dan tidak mengigo lagi.

"Cia, sayang bangun! Sayang!" Ucap Diana cemas. Ia terus mengguncang tubuh Cia agar bangun.

"Nggak! Sandy jangan tinggalin Cia!" Ucap Cia terus menggelengkan kepalanya ke kanan kiri hingga keringat dingin terus keluar dari pelipisnya.

Suara Cia terdengar sampai luar. Membuat Raskal dan ke lima abangnya bergegas menuju kamar gadis itu karena khawatir.

"Nggak!!" Teriak Cia tersadar dari mimpi buruknya, bersamaan dengan Raskal memasuki kamarnya.

Napas Cia memburu. Tiba-tiba setitik air mata jatuh membasahi pipinya. Mimpi yang ia alami tadi, melintas kembali di otaknya. Ia takut kehilangan sosok pria yang selama ini ia cintai Sandy berbeda dari pria lain. Cowok itu humoris dan sayang keluarga.

Diana melihat Cia yang tiba-tiba menangis itu langsung panik dan khawatir. Dengan lembut ia hapus air mata di pipi Cia. Hatinya terasa tersayat saat melihat sang anak menangis. Kelemahan seorang ibu adalah melihat anaknya menangis dan terluka.

"Cia, sayang, jangan nangis," ucap Diana dengan lembut. "Minum dulu biar tenang," sambungnya menyodorkan segelas air yang ia ambil dari nakas sebelah kasur Cia.

Cia perlahan mengambil gelas di tangan sang Mommy dan meminumnya hampir setengah. Lagi-lagi air mata kembali mengalir membasahi pipinya yang putih.

Cia mendongak menatap wajah Raskal samar-samar karena terhalang oleh air matanya. Cia menggenggam tangan Daddy nya dengan derai air mata.

"Cia mohon sama Daddy, biarin Cia ketemu sama Sandy,"

Raskal yang mendengar permohonan Cia dan matanya yang menatapnya dengan derai air mata, langsung memalingkan wajahnya. Sebenarnya ia tak tega melihat Cia seperti ini tapi, demi kebaikan mereka ia harus melakukan ini. Mereka bersaudara dan tidak mungkin untuk bersatu.

"Cia mohon Dad, biarin Cia ketemu Sandy," Cia memohon lagi saat permohonan pertamanya di abaikan.

"Maafkan Daddy Cia, Daddy tidak bisa!" Balas Raskal masih memalingkan wajahnya.

"Cia mohon Dad," ucap Cia lagi mengayunkan lengan Raskal yang ia genggam.

"Maaf Cia, keputusan Daddy sudah bulat! Kalian tidak bisa bersama dan Daddy sudah memutuskan mengirimmu ke Prancis, tinggal bersama Opa dan Oma untuk melanjutkan sekolahmu di sana," ucap Raskal mutlak tidak bisa di ganggu gugat.

Gadis Aneh [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang