Dua Puluh Empat

1.1K 131 1
                                    

Di mall

Zidan dkk sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan di kota jakarta. Setelah bel pulang sekolah mereka serempak pergi ke mall untuk membeli kado untuk anak wali kelas mereka.

Dengan hebohnya mereka masuk ke dalam mall membuat perhatian para pengunjung beralih pada mereka. Masih dengan menggunakan seragam sekolah, mereka perginya. Katanya sekalian mampir dan langsung ke rumah wali kelas mereka.

"Eh, mau beli apa nih?" Tanya April pada teman-temannya.

"Baju-baju bayi gitu yok," usul Rika.

"Pempes woy! Pempes jangan lupa," ujar Ubay paling kencang, berjalan di belakang bersama para cowok sedangkan para cewek berjalan di depan.

"Mulut lo kaga bisa di kecilin apa," selorok Sela memelototi Ubay.

"Lah, mulut-mulut siapa? Yang sewot siapa?" Ucap Ubay santai melipat kedua tangannya di depan dada.

Sela yang mendengarnya langsung membalikan badannya, bersedepat dada, menaikan sedikit dagunya, persis seperti pereman yang sedang menagih hutang.

"Ngomong apa lo?" Tanya Sela tenang namun menantang.

Seketika jalan mereka langsung berhenti, menonton aksi Sela yang melabrak Ubay.

"Mampus! Gue kaga ikut-ikutan," saut Rendi di sebelah Ubay.

"Udah! Udah! Jadi gak nih? Kalo gak mendingan gue pulang, belajar buat ulangan besok," ujar Zidan melerai pertikaian kedua temannya.

April datang merangkul pundak Sela berusaha menenangkan sahabatnya itu. "Udah! Nanti bales habis belanja," ujar April mengajak Sela untuk lanjut berjalan.

"Wih! Psikopat ngeri," cetuk Rendi seakan-akan bergidik ngeri.

April yang mendengar ejekan itu yang di layangkan untuknya langsung melepas rangkulan dari pundak Sela, menghampiri Rendi dan

Plak

Dengan mulusnya dan tanpa tampang dosa April menggeplak kepala Rendi menatap nyalang pada laki-laki itu seakan ingin menelannya.

"Apa lo? Macem-macem ama gue, hah? Mau gue sembeleh?!" Ucap April sengit.

Rendi langsung mengacir kebelakang tubuh Zidan, meminta perlindungan pada cowok itu. "Ampun Pril! Becanda gue tadi!" Mohon Rendi mengatupkan kedua telapak tangannya di depan wajahnya meminta maaf.

"Mangkanya gak usah macem-macem," nyolot April dan langsung pergi untuk menemui teman-temannya yang lain.

"Crush lo galak amat dah," cetuk Rendi pada Zidan.

"Mangkanya, gak usah macem-macem," balas Zidan dengan santainya dan melanjutkan perjalanan menyusul para ciwik-ciwik.

Kenapa April di panggil psikopat? Karena gadis itu seorang penulis, dan di dalam salah satu karyanya ia membuat cerita tentang psikopat yang kejam. Bahkan karyanya itu sudah di terbitkan dan sudah tersedi di seluruh grenmedia di Indonesia.

Mimpinya yang ingin menjadi seorang penulis terwujud. Dan itu membuatnya senang sekali gus ia bisa membantu ekonomi keluarganya.

Mereka sampai di salah satu toko baju bayi. Beberapa dari mereka pencar untuk mencari barang yang di perlukan. Sela, Intan, April, Zidan dan Kemal mencari baju bayi perempuan. Ya, anaknya pak Abi perempuan.

"Eh, ini bagus gak?" Tanya April pada teman-temannya sambil menunjukan baju bayi yang ia pegang. Baju bayi yang ia pegang itu untuk bayi berusia 1 tahun.

"Itu buat bayi 1 tahun," saut Intan menoyor kepal April tidak terlalu kencang.

April memanyunkan bibirnya kesel. "Gak papa, abil aja. Nanti kan kalo anaknya pak Abi udah umur 1 tahun bisa makeknya," ujar Zidan, membantu membela April agar tak kena bully teman-temannya.

Gadis Aneh [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang