Rumah Sakit Permata Indah
Sandy berlarian di lorong rumah sakit dengan wajah cemasnya. Berbagai umpatan ia lontalkan untuk Dean yang tak becus sebagai seorang Ayah sekali gus suami.
Sandy terus berlari sampai-sampai ia menabrak orang-orang yang lewat di sana. Ia tak memperdulikan itu yang terpenting baginya sekarang adalah Bundanya.
Brak
Dengan kasar Sandy membuka pintu ruangan VIP yang telah ia pesan khusus untuk merawat Bundanya. Perlahan ia berjalan mendekati wanita setengah baya yang masih terlihat muda sedang di pegangi oleh dua suster dan satu dokter yang berusaha menenangkannya.
Sandy menatap sayu pada wanita yang berusaha di tenangkan itu. Dokter berhasil menyuntikan obat penenang pada wanita yang merupakan Bunda Sandy Dan obat itu beraksi dengan cepat. Bunda Sandy tak memberontak lagi, ia diam menatap kedatangan anak pertamanya.
"Bunda," lirih Sandy setepah sampai di hadapan wanita setengah baya itu.
Tak ada jawaban dari Bundanya. Ia hanya diam, menatap Sandy dengan tatapan kosong. Sandy yang tak mendapat balasan itu langsung memeluk Bundanya dengan erat, berusaha menangkan sang Bunda.
Seketika suara tangisan terdengar dari balik dada bidang Sandy. Sandy yang mendengar suara tangisan itu, hatinya tersayat. Seandainya ia menolong Bundanya lebih awal, maka ia tak akan melihat Bundanya seperti ini. Bodoh! Memang. Namun, mau buat apa? Penyesalan memang selalu datang akhir kan? Dan sekarang Sandy hanya bisa berusaha menolong Bundanya dari kegelapan masa lalu yang di buat oleh Pria bejat yang sialnya menjadi suami dari Bundanya.
"Bunda tenang ya, sandy ada di sini. Gak ada yang nyakitin Bunda," ujar Sandy halus, mengusap surai berantakan milik Bundanya dengan sayang. Menyalurkan kehangatan agar Bundanya tenang.
"Dia bagai mana?" Tanya Bunda Sandy masih dengan air mata mengalir.
"Dia baik-baik aja, Bunda gak usah khawatir. Pria tua bangka itu hanya berani mengancam tak berani bertindak," jawab Sandy terus mengelus surai berantakan Bundanya.
"Bunda takut! Bunda takut dia mengalami apa yang Bunda rasakan. Jangan sampai dia merasakan apa yang Bunda rasakan," ucap Bunda sedikit memberontal, memukul-mukul dada bidang Sandy. Ia membiarkan itu. Ia terus memeluk Bundanya dengan erat dan menyalurkan ketenangan.
"Bunda gak usah takut, ada Sandy di sini yang bakal jagain Kalian. Sandy gak akan biarin siapa pun nyakitin kalian, termasuk pria tua itu," ujar Sandy, tanpa sadar air matanya mengalir tanpa ijinnya.
Sedih? Tentu saja, anak mana yang tak sedih saat melihat ibunya ganguan mental dan itu di sebabkan oleh Ayahnya sendiri. Jika saja waktu bisa di putar kembali, ia akan menolong ibu nya dari siksaan Ayahnya.
Sandy mengerutkan kening saat tak ada suara tangisan lagi. Ia merunduk untuk melihat wajah Bundanya yang ternyata sudah tidur pules.
Sandy membaringkan Bundanya di atas brankar, menyelimutinya dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara. Ia menatap lamat-lamat wajah tenang Bundanya saat tertidur, begitu tenang seakan tak terjadi apa-apa.
Cup
"Mimpi indah Bunda, cepet sembuh ya, Sandy tunggu Bunda sampei sembuh," monoloknya dengan sudut bibir bergetar menahan tangis.
🥀🥀🥀
"ARRGHHH,"
Bugh
Prang
Pecahan kaca berserakan di lantai kamar mandi milik Sandy. Dengan wajah memerah menahan amarahnya dan mata memerah mengeluarkan air bening serta punggung tangan yang belum sembuh total berdarah kembali akibat meninju kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Aneh [TAMAT]
Novela Juvenil(Warning⛔ ini bukan cerita yang memiliki alter ego atau keperibadian ganda. Ini cerita gadis culun yang raganya harus di tempati dua jiwa sakaligus). Gue tantang lo baca 2 part pertama, kalo suka lanjut baca dan vote komen kalo kaga keluar jangan ba...