[17]

7.2K 653 23
                                    

 ˚  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. ˚  

* *     ⊹ ˚ .   .

⊹ · ✧    * *

.    ⊹   ✵  🕊

* .  ·

.     *

.

Mereka akhirnya sampai dikediaman Becky, Freen keluar bersama Becky dan disusul oleh Kendra. Ketika masuk rumah merasa disambut dengan mommy dan daddy-nya.

"Kenapa balik lagi?"
Tanya James melihat kedua anaknya itu.

"Ada sedikit masalah dad."
Ucap Becky yang tangannya masih menggenggam tangan Freen.

"Terus kamu mau bolos lagi?"
James sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Sekali aja dad."
Pinta Becky berusaha membujuk daddy-nya.

Freen hanya diam mendengarkan obrolan Becky dan keluarganya, ia terkadang iri melihat keharmonisan keluarga Becky tetapi apa yang bisa ia harapkan dari keluarganya itu.

Freen tahu sejauh apapun dia kabur pasti papahnya akan menemukan dirinya, ia yakin pasti sekarang papahnya itu sedang marah besar dan mengutus seseorang untuk mencari dirinya.

Freen sangat hapal dengan papahnya itu, jika dirinya berhasil ditemukan oleh anak buah papahnya ia pasti akan dibentak bahkan dipukuli. Freen tidak akan pernah bisa bebas dari papahnya kecuali dirinya sudah tidak bernafas lagi.

"Om bisa kita tanding basket sekarang aja."
Cetus Freen, ia harus segera memenangkan tantangan daddy Becky.

"Tentu, bagaimana dengan kamu Kendra?"

"Kendra bisa dad karena hari ini sedang free."
Jelas Kendra.

Becky melihat Freen dengan khawatir, ia memegang lengan kekasihnya itu. "Kamu yakin? Kamu baru saja keluar dari rumah sakit kemarin." Tanya Becky.

Freen melihat Becky dan mengangguk secara pelan, ia lalu menatap daddy Becky. "Ayo om saya yakin bisa menang."
Ucap Freen dengan percaya diri.

"Saya suka kepercayaan diri kamu."
Jawab daddy Becky dengan suara baritonnya.

Mereka akhirnya memutuskan pergi ke lapangan basket yang berada di dekat rumah Becky, lapangan itu juga merupakan fasilitas umum yang berada di komplek rumah Becky.

Kendra langsung memantulkan bola basket tersebut sebelum akhirnya melemparkannya kepada Freen yang langsung ditangkap Freen dengan sigap. Freen melihat bola basket yang ada di tangannya itu, ia menghembuskan pelan nafasnya.

Mereka kini sedang berada di tengah lapangan, daddy Becky yang menjadi wasitnya sedangkan Becky dan mommy-nya hanya menonton di pinggir lapangan. Ia melihat Freen dengan tatapan kagum karena menurutnya Freen terlihat lebih berkharisma.

Perihal Kita (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang