Kabar Baik

20 4 19
                                    

Pesan singkat dari Harun mengagetkan Hritik.

Ayah:

Kau tahu, Ibumu sangat senang mendengar kabar kehamilan Isha. Isha masih di IGD? Ayah akan membawa Ibumu ke sana untuk mengucapkan selamat secara langsung.

Hritik gusar, dia tidak tahu apakah harus menjawab pesan Ayahnya atau membiarkan kedua orang tuanya kemari.

Hritik:

Ayah. Ternyata aku salah. Isha belum hamil. Tapi Isha terkena tipes akut.

Pesan terkirim. Wajah Hritik loyo, dia yakin kedua orang tuanya sekarang merasa dikecewakan.

Hritik memegang gagang pintu IGD, hendak menjenguk Isha. Namun, dokter yang menangani Isha berlari kecil ke arahnya.

“Pak, maaf. Ada sesuatu yang belum saya katakan. Istri Anda sedang hamil, usia kandungan 2 minggu.”

Setelah dijatuhkan sejatuh-jatuhnya, kini Hritik seakan diterbangkan tinggi-tinggi. Hritik melongo, dia dibuat percaya dan tidak percaya, dia tidak ingin kecewa lagi.

“Dokter tidak berbohong?”

Wanita berjas putih itu tersenyum. “Untuk apa saya berbohong aka kabar bahagia ini, Pak. Selamat, ya, Pak. Anda akan segera menjadi seorang Ayah.”

“Terima kasih, Dok.”

“Satu pesan lagi, sepertinya istri Anda jangan dibiarkan stress, karena itu akan mempengaruhi kehamilannya.”

“Baik, Dok.”

“Kalau begitu, saya permisi.”

Hritik tidak sabar bertemu Isha dan mengatakan kabar bahagia itu padanya. Tiba di ruang rawat, Hritik yang melihat kondisi Isha dengan selang infus menempel di pergelangan tangannya, membuat batin Hritik teriris. Dia belum pernah melihat Isha selemah itu sebelumnya. Isha selalu menjadi gadis yang kuat dan menguatkan dirinya dalam situasi apapun.

Isha mengambil napas panjang sambil melihat setiap derap sepatu Hritik mendekatinya. Isha memaksa bibir pucatnya tersenyum.

“Pasti aku terlihat payah sekarang,” tukas Isha.

Hritik menyingkirkan rambut yang menutupi manik mata Isha. “Sama sekali tidak. Kau gadis yang kuat, bahkan kau mampu bertahan untuk satu jiwa lain yang hidup di tubuhmu.”

Dahi Isha mengkerut. “Hah? Aku tak paham, bisa kau jelaskan dengan kata-kata yang bisa kumengerti? Aku terlalu pusing untuk berpikir keras.”

“Kau hamil.”

“Hamil?”

“Hritik adalah iblis berwujud manusia. Kau belum melihat jauh seberapa mengerikan Hritik, Isha.  Ya, aku memang sama biadabnya dengan Hritik, tapi kiranya, aku masih berpikir jutaan kali memakan daging manusia.”

“A-apa?”

“Itu biasa. Hritik juga sering memberi makan anjing-anjingnya dengan daging target kami. Memutilasi, menggiling daging manusia, memajang kulit manusia, menyeret target dengan motor, membakar hidup-hidup ....”

Pernyataan Arjun itu sukses membuat badan Isha bergemetar. Isha takut, anaknya nanti akan mewarisi darah pembunuh seperti ayahnya. Dia tidak ingin anaknya merugikan orang lain di masa depan kelak. Ya, Isha memang tidak bisa memastikan apakah anak yang dia kandung berwatak sama dengan ayahnya atau tidak, tapi gen pembunuh itu akan melekat di setiap aliran darah anaknya.

“Kau kenapa? Kau seperti tidak senang.”

Isha memaksa tersenyum. “A-aku senang. A-aku hanya kaget saja, aku belum siap menjadi seorang Ibu.”

Fikar Not [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang