Semenjak mendapat nomor telepon Hritik, sekarang Isha sering menghabiskan waktunya bersenda gurau dengan laki-laki itu, baik via chat, telepon ataupun video call. Meskipun Hritik tahu Isha akan menjadi milik orang lain, tapi entah kenapa gadis itu kerap kali memberikan perhatian padanya.
Pintu kamarnya tiba-tiba dibuka seseorang, sigap Isha memutus sambungan teleponnya dengan Hritik.
“Ada apa, Ayah?”
“Kau sedang berbicara dengan siapa? Sepertinya kau senang sekali.”
Isha yang bersantai di sofa bulat itu berdiri. “Hanya teman.”
“Laki-laki atau perempuan?”
“Em, laki-laki. Memangnya ada apa? Apa ada yang salah?”
Karan tidak berani melarang, tapi dia akan merasa bersalah membiarkan putrinya mengambil jalan yang salah. Dia tahu sendiri watak putrinya yang kekeh dalam pendirian juga egonya. Jika dia melarang-larang dan mengekang, dia takut Isha malah tertekan dan kabur seperti Ishita.
“Tidak ada yang salah. Duduklah, Ayah ingin memberitahu suatu hal.”
Isha duduk di sofa, sedang Karan memilih tepi tempat tidur untuk duduk.
“Seminggu lagi kau akan menikah. Ternyata, itu bertepatan dengan jadwal Alam ke luar kota. Alam berencana akan datang ke tempat pernikahan dari luar kota, kau tidak masalah, kan?”
“Iya, tak apa.”
“Syukurlah.”
“Memangnya, untuk apa Alam ke luar kota? Dia liburan?”
“Tidak. Dia ada event jumpa fans komiknya.”
Isha manggut-manggut singkat.
“Hanya itu yang ingin Ayah sampaikan. Ayah pamit keluar.”
“Silakan.”
Sebelum itu, Harun memberikan kotak kecil berwarna hitam dengan pita putih di atasnya.
“Hadiah pernikahan dari Ayah.”
Isha menerima hadiah itu, menyimpannya di laci meja.
“Terima kasih, Ayah.”
Karan pergi dengan keraguan, dia ingin sekali mencari tahu siapa teman laki-laki putrinya itu. Mungkin dengan mengetahui orangnya, dia bisa meminta laki-laki itu menjauhi putrinya yang akan segera menikah.
“Ayah katanya mau pergi,” ucap Isha.
Buru-buru Karan mempercepat langkahnya, tak lupa menutup pintu kamar.
“Aneh.” Isha kembali menghubungi Hritik, tapi tidak diangkat oleh laki-laki itu.
☆☆☆
Malamnya, Isha menyelinap keluar dari rumah untuk berkencan dengan Hritik di sebuah taman. Melihat dua penjaga rumahnya masih terjaga, Isha memanjat pagar dan melompat dari atas. Suara orang jatuh membuat Ali dan Joni mencari asal suara itu.
Hritik yang sudah menanti di luar pagar dengan motor pun memberikan helm pada Isha.
Samar-samar, Ali dan Joni melihat keduanya dari jarak tak jauh. Mereka tidak menghampiri keduanya karena menganggap putri majikannya itu sedang pergi bersama calon suaminya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa Isha tidak keluar lewat gerbang saja?
Isha segera naik ke jok belakang, Hritik yang sudah memastikan Isha sudah di tempatnya memutar gas cepat.
“Itu ... Non Isha dan Tuan Alam, kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fikar Not [END]
Misteri / Thriller[Juara 1 Genre Thriller Writing Marathon Jet Media] Thriller - Romansa - Religi UPDATE SETIAP HARI ☆☆ Hritik Narayan, seorang pembunuh bayaran yang terjebak dalam cinta dengan gadis pemberani, Isha Arablla. Cinta Hritik Narayan mengantarkannya ke s...