Isha mencocokkan sosok yang ada di galeri ponsel dengan laki-laki yang duduk berhadapan dengannya.
Kau bodoh sekali, Isha. Seharusnya kau cari tahu dulu siapa orang itu.
“Ayah, Isha ini yang menolong Alam waktu Alam mau dirampok. Isha hebat sekali Ayah, Isha melawan para penjahat itu tanpa rasa takut. Isha seperti Spider Man.”
“Benarkah?” Harun memandang takjub Isha. “Terima kasih, Isha. Takdir memang lucu sekali mempertemukan kalian kembali dengan cara yang tidak terduga.”
Isha tak mempedulikan itu, dia beranjak dari ruang tamu dan naik ke lantai dua.
“Anak itu kenapa pergi?” tanya Lidya pada suaminya lirih.
“Entahlah, kemarin, dia tampak senang sekali.”
“Aku akan menyusulnya.”
Karan setuju dan mempersilakan istrinya menepi sebentar dari suasana yang canggung itu. Belum genap tiga tangga Lidya pijaki, Isha yang turun menenteng tas mengejutkan semua orang, tanpa terkecuali tamu keluarga itu.
“Isha, kau mau kemana?” Pertanyaan itu tidak digubris, Isha melewatinya saja.
Semua orang yang duduk di ruang tamu berdiri melihat gadis itu yang hendak pergi dari rumah.
“Kau mau kemana, Nak?” tanya Karan ketar-ketir karena hal yang sama kembali terjadi pada kedua putrinya. Menolak perjodohan keluarga Pramana dan Askandar karena keadaan Alam Askandar yang jauh dari laki-laki normal pada umumnya.
Isha mengaet kerah baju Alam sembari menodongkan pisau, membuat semua mata merinding oleh ulahnya. “Kau ingin menikah denganku?”
Alam yang ketakutan melihat Ayah dan Ibunya, meminta tolong.
“Ibu ... Ayah ... to-tolong, Alam. Alam takut.” Alam merengek, tangisnya hampir pecah.
“Aku beri pilihan kepada kalian, 10 miliar atau putra kalian akan mati di tanganku.”
Semua mata saling bertatap singkat. Apalagi Karan yang menyaksikan betapa gilanya Isha tidak berkutik sama sekali.
“I-Isha, Ayah akan memberimu lebih dari itu, le-lepaskan Alam. Jangan seperti ini, Putriku. Ayah mohon, lepaskan dia.” Pinta Karan.
“Be-benar, Isha. Lepaskan, Alam,” imbuh Lidya.
“Ayah diam saja, aku ingin uang dari Paman dan Bibi itu. Jika tidak ....” Isha mendekatkan pisau itu satu centi lebih maju ke kulit leher Alam. Sontak, semua orang menjerit.
“Isha. Nak, aku akan memberimu uang 10 milliar, tapi selain kau lepaskan Alam, kau juga harus menikahinya. Dengan kau menikahi Alam, kau juga bisa memiliki apapun yang kau inginkan. Bagaimana dengan tawaranku?” Harun bernegosiasi. “Kau ingat, apa yang kau lakukan ini persis seperti yang kau lakukan saat kalian masih kecil. Saat itu, kalau tidak salah kalian berumur tujuh tahun, aku dan istriku datang berkunjung kemari. Karena kau kesal mainanmu direbut Alam, kau mengancam Alam dengan sebatang kayu. Kau tak ingat?”
Kedua alis Isha hampir bertemu di tengah kening. Isha menggeleng, dia merasa tak pernah mengalami hal yang Harun katakan. “Aku tak ingat,” ketusnya. “Sudahlah, Paman. Jangan mengalihkan topik. Akan tambah menjadi 20 miliar, bagaimana?”
Karan menggeleng kepada sahabatnya itu agar tidak menuruti permintaan putrinya. Dia tidak ingin Harun berpikiran macam-macam tentang putrinya yang gila harta.
“Tidak apa, Karan. Putrimu juga akan menjadi putriku juga, uang bukanlah segalanya,” tukas Susan.
“Jangan, itu terlalu besar.” Karan menoleh ke Isha. “Nak, lepaskan Alam. Ayah mohon.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fikar Not [END]
Misterio / Suspenso[Juara 1 Genre Thriller Writing Marathon Jet Media] Thriller - Romansa - Religi UPDATE SETIAP HARI ☆☆ Hritik Narayan, seorang pembunuh bayaran yang terjebak dalam cinta dengan gadis pemberani, Isha Arablla. Cinta Hritik Narayan mengantarkannya ke s...