6. Hari itu

2.4K 354 6
                                    

Haechan masih tidak bisa mempercayai kalau kedua orang tuanya sudah tiada, pagi tadi ia masih sempat berdebat perihal mobil antik yang akan dibeli oleh Papa-nya. Tentu saja Haechan menolak karena garasi rumah mereka sudah penuh akan koleksi Papa-nya, sepertinya sudah bisa jadi museum mobil. Pagi itu Papi-nya melerai mereka dengan kata-kata mutiaranya, 

"Sarapan sudah siap! jika kalian masih berdebat dapur akan aku kunci dan kalian tidak boleh makan!" setelah mendengar itu Haechan dan Johnny langsung berlomba menuju ke meja makan. 

Haechan masih ingat hari itu dengan jelas, bagaimana tawa mereka saat di meja makan dan sekarang berganti dengan tangisnya sendiri di hadapan makam kedua orang tuanya. 

Haechan masih berada di ruang berkabung yang berisi foto kedua orang tuanya sedangkan tubuh kedua orang tuanya sudah di makamkan. Haechan sendirian disana sembari memejamkan matanya, ia lelah menangis. 

"Banyak yang akan mengincar perusahaan orang tuanya setelah ini." 
"Jangan keras-keras, bagaimana jika dia dengar?"
"Aku melihatnya tidur tadi." 
"Kau juga ikut?"
"Siapa yang akan menduga jika perusahaan itu akan dipegang oleh anak kecil sepertinya? pasti akan sangat mudah diambil." 

"Aku tidak perlu bantuan orang lain untuk mendapatkan perusahaan itu."

"Perusahaan Barthess bisa menjadi milikku setelah ini." 


Apa mereka tidak tahu kalau Haechan tidak tuli? apa mereka tidak tahu meskipun orang masih tidur indera pendengaran mereka masih aktif? 

Haechan membuka matanya ketika suara-suara itu sudah tidak ada lagi, hening, ketika Haechan melihat jam di tangannya sudah tengah malam. Haechan tidak mau pulang ke rumah lagi, tidak akan ada Papi yang menyambutnya atau melihat Papa-nya pulang dengan wajah penat dan langsung menempel kepada Papi-nya. 

Tidak akan ada lagi. 

"Tidak ada yang bisa dipercaya, paman, bibi, aku tahu mereka baik karena harta kekayaan Papa." Haechan membatin. Ia merasa tidak punya siapa-siapa lagi, persetan dengan keluarga, tidak ada keluarga yang saling menjatuhkan. Ia masih ingat dengan jelas saat dulu Papa-nya yang dipilih untuk melanjutkan perusahaan Barthess, banyak teror yang dia dan keluarganya dapatkan. 

Orang-orang munafik, jahat. Dan darisitulah Haechan membatasi dirinya dalam berteman, ia tidak ingin ada orang yang tahu tentang dirinya lebih banyak. Biarlah dianggap miskin atau apa yang penting dia hidup dengan damai semasa sekolah.

"Aku akan membalas setiap perbuatan yang telah kalian lakukan kepada keluargaku, selama ini aku menahannya bukan berarti aku tidak bisa membalas." 



Haechan membuka matanya ketika mimpi itu berakhir, ia menatap langit-langit kamar sebelum menyadari kalau dia tidur ditengah-tengah Mark dan Mike. Sejujurnya tinggal dengan kedua orang ini tidak terlalu buruk juga meskipun terlalu mendadak dan terpaksa, mereka berdua tidak melakukan hal aneh padanya.

Hari belum terlalu terang, jam juga masih menunjukkan pukul enam pagi. Tetapi sepertinya ia tidak bisa tidur lagi meskipun tubuhnya terasa hangat karena pelukan si kembar.
"Lagipula, kenapa aku bisa berakhir tidur ditengah-tengah mereka?" 

Ah Haechan tidak terlalu ingat, rasanya dia diangkut semalam oleh Mark ke kamar mereka saat sudah tengah malam. Gila. 

Haechan menyingkirkan kedua tangan Mark dan Mike kemudian bangkit dari kasur, tidak peduli jika pergerakannya membuat si kembar terbangun. Nyatanya mereka kembali tidur lagi setelah mencuri kecupan di bibir Haechan setelah ditarik oleh Mark. 

SUGAR CRIME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang