25. Pengusik

930 127 1
                                    

Setelah kemarin malam makan besar untuk Haechan, sampai paginya anak itu masih menikmati alam mimpinya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan mereka masih berada di apartemen, menunda jadwal mereka yang seharusnya sudah pergi ke kampus hari ini untuk mengumpulkan tugas, tapi di tangan Mark dan Mike tugas dan nilai di kampus adalah hal yang sangat mudah untuk diatur. 

Hari ini Mike bangun lebih dahulu, ia tidak bisa tidur dari semalam, hanya berbaring diatas kasur sambil memperhatikan saudara dan suami manisnya yang tertidur. Maka dari itu Mike pukul lima pagi sudah berada di gym dan melakukan olahraga dengan harapan dia bisa tidur. 

Mike sedang berlari di treadmill selama satu jam sebelum ia mendengar suara pintu terbuka dan menampilkan Mark disana. 
"Apa kau mau jatuh sakit?" tanya Mark,
"Aku tidak bisa tidur." Mike mematikan treadmill-nya kemudian berjalan ke kursi panjang dimana ia meletakkan botol-botol air miliknya, sudah ada lima botol air mineral ukurang 500ml disana. Mike meminum botol kelimanya. 

"Obat tidur ada di laci." Mark menatap Mike yang sudah seperti mayat hidup sekarang,
"Sarapan sudah siap, lebih baik kita pergi makan sekarang dan melanjutkan misi." ajak Mark. Kali ini Mike menurut dengan perkataan kakaknya itu, mereka berdua pergi ke ruang makan, Haechan ternyata sudah bangun dan duduk disalah satu kursi makan meski masih dengan piyamanya.

"Markie..Mikeyy- KENAPA MIKEY SEPERTI ZOMBIE?!" Haechan bisa melihat kantung hitam dibawah mata Mike dengan jelas, anak itu duduk disamping Haechan kemudian menyandarkan kepala di bahu sempit Haechan,
"Dia tidak bisa tidur." Mark duduk disebelah Haechan, tugasnya adalah menyuapi Haechan, setelah mengambilkan makanan untuk Haechan dan adiknya itu. 

"Ish, kenapa tidak bilang? Kan aku bisa memelukmu lebih erat dan menyanyikan lagu atau bercerita untukmu." ucap Haechan,
"Aku bukan anak kecil." Mark tertawa kecil mendengar obrolan keduanya sebelum menyuapi Haechan sup ayam. 

"Tapi aku bisa tidur karena mendengarkan kalian bercerita." Haechan berucap sambil mengunyah, Mike sendiri mulai memakan sarapannya sendiri. 
"Itu karena kau masih bayi." 
"Siapa yang kau bilang bayi?!" Haechan memelototi Mike, namun ia kemudian menerima suapan dari Mark. 
"Ini masih pagi." ucap Mark berusaha melerai keduanya.

"Hari ini kita akan pergi menemui pelaku penembakan kemarin, kau tak apa kan dirumah sendiri?" tanya Mark. Mendengar itu kepala Haechan mengangguk-angguk mengerti, 
"Boleh Renjun kesini?" 
"Kau tidak boleh bertemu dengan siapapun terlebih dahulu." jawaban dari Mike tentu membuat Haechan kesal, bibirnya mengerucut sebal. Kalau begitu dengan siapa dia dirumah dan dia harus melakukan apa?!

"Hey, Renjun bisa dalam bahaya jika dia bolak-balik pergi ke rumah kita. Okay?" Mark berusaha memberikan penjelasan yang lebih bisa dimengerti dan diterima oleh Haechan, dan keselamatan Renjun adalah hal penting juga. Haechan tak mungkin membiarkan Renjun terluka sepertinya.  

"Tidak boleh ikut?" Haechan menatap tunangannya dengan mata berbinar seolah memaksa agar mereka setuju, sayangnya Mark dan Mike berhati dingin.
"Tidak, kau bisa dalam bahaya. Kami akan terus mengabari, kami janji." Mark berucap.
"Jangan cengeng, seperti kau tidak pernah ditinggal sendiri saja." ucapan Mike membuat Haechan mencubit perut pria itu,
"Bisa tidak jangan menyebalkan, aku ini sedang hamil tau." protesnya,
"Tidak ada hubungannya menjadi menyebalkan dan kehamilanmu."
"Kau membuat ku marah!" 
"Mike- astaga." Mark hanya bisa menghela nafas melihat kedua anak itu bertengkar dimeja makan, paginya sudah sangat menyenangkan sekali.

Setelah pamit pada Haechan, si kembar berangkat untuk menuntaskan misi sedangkan Haechan dirumah. 
"Aaaa sangat membosankan." Haechan membaringkan tubuhnya diatas sofa, bingung sekarang harus melakukan apa. 
"Oh, apa aku harus membuat cake? kapan ulang tahun si kembar itu ya?" Haechan baru sadar, dia tidak tahu kapan ulang tahun mereka berdua. Suami macam apa dia? 

SUGAR CRIME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang