10. Pelaku

2.4K 338 7
                                    

Hari ini Haechan libur, kelas ditiadakan dan ia memilih untuk pergi ke cafe untuk mengerjakan tugasnya, agar bisa cepat lulus. Tapi pada kenyataannya itu hanya ekspektasi, karena ketika dia sampai di cafe dia malah bertemu dengan Karina dan juga Minjeong yang punya nama panggilan Winter selama tinggal di Amerika, fakta itu baru Haechan ketahui saat ada teman Minjeong yang memanggilnya dengan Winter. 

"Jadi apakah Tuan Muda terhormat ini sedang bolos kelas?" Haechan mendengus mendengar ucapan Karina, lelaki itu memilih untuk duduk di kursi kosong sebelah Karina. 
"Kelas ditiadakan." jawab Haechan. 
"Bagaimana dengan si kembar itu, apakah ada perkembangan?" tanya Winter,
"Kau berharap aku menjawab apa tentang pertanyaanmu itu?" Haechan mengeluarkan laptopnya ke atas meja dan membukanya, 

"Ey, karna sedang libur maka liburlah. Jangan membuka tugas, kau bisa mengerjakannya nanti." ucap Karina hendak menutup lagi laptop Haechan, tapi lelaki itu menggeleng. 
"Aku tidak bisa santai ketika perusahaanku direbutkan banyak orang." jawaban Haechan membuat Karina dan Winter tidak bisa membalas lagi.

"Mau kupesankan makanan? kau seperti zombie, mau kurekomendasikan salon treatment untuk mata pandamu itu?" pertanyaan Winter kembali membuat Haechan menghela nafas,
"Aku akan merekomendasikan tukang jahit mulut padamu." ujar Haechan. 

"Jangan terlalu kasar padanya, dia hanya bercanda." ucap Karina. 
"Mau pesta malam ini?" tawar Karina,
"Tidak dulu, ada hal menyenangkan yang ingin aku lihat nanti malam." jawaban Haechan membuat Winter dan Karina saling menatap, 
"Oho, apa itu? live video dewasa?" tanya Winter.
"Bukan, lebih menyenangkan dari itu." jawab Haechan. 

"Kau sudah menemukan siapa saja yang mengincar perusahaanmu?" tanya Karina, 
"Bos nya mungkin." jawab Haechan. 
"Siapa-siapa?" tanya Winter,
"Jika kalian bisa menebak aku akan membelikan apapun yang kalian mau." jawaban Haechan membuat Karina dan Winter mendengus. Mereka sudah tidak mau apa-apa lagi,

"Ingat, musuh paling berbahaya adalah mereka yang paling dekat denganmu. Awasi mereka yang masih satu keluarga denganmu." ucap Karina. 
"Aku tau, aku bisa melindungi perusahaanku Karina." Haechan fokus mengerjakan laporan akhirnya, membiarkan Karina dan Winter berada di sekitarnya hingga bosan dan meninggalkan Haechan sendiri di cafe itu. 

Saking fokusnya Haechan mengerjakan tugas dia mengabaikan semua pesan dan telfon yang masuk, ia baru sadar jika sudah menyelesaikan dua bab tanpa jeda ketika pandangannya bertemu dengan tatapan Mark yang berdiri di depannya. 

"Dengan mengabaikan smeua pesan dan telfon kami tidak akan menghalangi kami untuk bisa tahu kau dimana." Haechan mengerjapkan matanya beberapa kali, bingung dengan keadaan yang menimpanya dan Haechan baru sadar saat melihat jam yang menunjukkan pukul enam sore. Dia sudah lima jam disini.

"Oh astaga, maaf. Aku terlalu fokus mengerjakan tugas akhir." Haechan mematikan laptopnya dan bersegera memasukkannya ke dalam tasnya lalu berdiri. Dia lupa kalau salah satu dari si kembar akan menjemputnya untuk melihat pelaku penculikannya. 

Mark menarik dagu Haechan ketika lelaki manis itu berdiri kemudian mengecup bibirnya, "Jangan diulangi, kau membuat kami khawatir." ucap Mark.
"Maaf. Aku tidak akan mengulanginya." Mark menarik tangan Haechan dan menggandengnya, 
"Mike sudah ada dimarkas bersama dengan Doyoung. Setelah kau melihat dan tahu apa yang mereka rencanakan, aku akan memulai rencana kita." Mark berucap dalam perjalanan keluar dari cafe. 

"Aku mengandalkan kalian berdua." ucap Haechan.
"Tentu Haechan, sudah tugas kami." balas Mark. 






⭑∞𝕾𝖚𝖌𝖆𝖗 𝕮𝖗𝖎𝖒𝖊∞⭑





Mata Haechan tak bisa lepas dari layar komputer utama milik Doyoung yang berada di tengah, dua layar lainnya menampilkan cctv yang berada diluar rumah pelaku dan di jalanan dekat rumah pelaku. 
"Seperti dugaan kita, dia akan menaruh tas itu di lemari besarnya." Mike berucap, dari kamera yang ada di tas itu mereka bisa melihat di kamar sang pelaku. Jika kalian masih ingat, orang yang Haechan belikan tas siapa, dia lah pelakunya. 

Keluarga Kim Yeri. 

"Aku pernah ke rumahnya dan sepertinya barang-barang dirumahnya tidak banyak yang dirubah." ucap Haechan. 
"Besok hari perayaan ulang tahun Tuan Kim. Apa kau diundang?" tanya Mark. 
"Tentu saja, ada dalam agenda tahunan. Undangannya sudah diberikan Yeri lewat pesan tapi aku tidak membaca pesannya akhir-akhir ini, hanya membalas seperlunya." Haechan duduk dipangkuan Mark, mencari tempat nyaman untuk bersandar dan agar bisa dipeluk oleh Mark tentunya. 

"Oh ya, aku sudah berhasil masuk ke dalam sistem keamanan perusahaan mereka, tinggal menunggu aba-aba. Aku juga bisa masuk ke sistem kota dan bisa mengalihkan pemutaran videotron serta siaran televisi diberbagai tempat." jelas Doyoung. Mendengar itu Haechan tersenyum, 
"Mike, kau tau kan apa yang harus kau lakukan?" Haechan menatap kekasihnya yang duduk disamping Doyoung, lelaki itu menganggukkan kepala. 

"Akan kubawakan apa yang kau minta." ucapnya. 
"Jangan meninggalkan jejak apapun." pesan Haechan. 
"Kita tidak akan meninggalkan jejak apapun sweety, jangan khawatir. Mereka sudah salah karena bermain-main denganmu." Mark mengecupi leher Haechan bahkan hingga meninggalkan bekas disana.



Yeri baru saja pulang, ia langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur ukuran queen size miliknya begitu sampai ke kamar. Memejamkan mata sejenak sebelum ia kembali membukanya untuk menatap langit-langit kamarnya yang tinggi. 

"Aku sudah muak." ucap Yeri, ia duduk di pinggiran kasur. Baru saja hendak berdiri untuk mandi, pintu kamarnya sudah dibuka dari luar dan menunjukkan sosok Ayahnya. 

"Kapan langkah selanjutnya bisa dimulai? kau sudah terlalu lama mengulur waktu." ucap sang Ayah. 
"Bersabarlah, aku tidak bisa mengambil langkah secara sembarangan." 
"Kau bilang anak kembar itu bukan halangan."
"TETAP SAJA SUSAH!" Yeri bangun dan membentak Ayahnya, sudah cukup dia gila memikirkan rencana yang harus dia susun sendiri karena sang Ayah yang ingin mengambil perusahaan keluarga Haechan, sejak dulu.

"Kau pikir berbaur dengan Haechan saja sudah cukup? tidak, Ayah. Aku bahkan tidak bisa menemukan celah untuk memojokkannya." ucap Yeri. 
"Kau yang bodoh kalau begitu." 
"Dengar, Bapak tua." Yeri berjalan mendekati sang Ayah, telunjuknya menunjuk tepat ke wajah Ayahnya. 

"Aku akan mengambil alih perusahaan Haechan seperti yang kau mau, tapi beri aku sedikit waktu. Dan jangan pernah libatkan Kak Seulgi dalam semua ini." ucap Yeri. 
"Kita tidak punya banyak waktu, kita bersaing dengan banyak orang. Rumornya satu keluarga yang mengincar perusahaan Seo sudah dibantai, tidak ada yang tersisa. Dia sudah mulai bergerak." mendengar itu Yeri mendengus, 

"Kalau takut mati, ya hentikan saja semua ini." ucapnya sebelum pergi meninggalkan kamarnya, malas melihat wajah Ayahnya. 



Dari balik monitor, Doyoung bersama dengan Mike melihat semuanya. "Atur menjadi pukul enam pagi saat siaran lagu kebangsaan, dan pukul sembilan ketika orang-orang sudah mulai berangkat bekerja." ucap Mike. 
"Noted. Kau bisa kembali, aku bisa melakukan sisanya. Kalian cukup datang ke tempat besok." ucap Doyoung. Kepala Mike mengangguk sebagai jawaban sebelum pergi meninggalkan markas. Mark dan Haechan sudah pulang lebih dahulu karena si manis mengeluh mengantuk, jadi mereka pulang lebih dulu. 

"Awas saja jika mereka melakukannya tanpaku." gumam Mike.


⭑∞𝕾𝖚𝖌𝖆𝖗 𝕮𝖗𝖎𝖒𝖊∞⭑

Kaget ga kaget gaaaaa hayooooo

JANGAN LUPA VOMMENT

SUGAR CRIME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang