13. Next target

2.2K 296 10
                                    

Malam ini rasanya begitu mencekam bagi Haechan, hujan mengguyur kota dan dirinya sedang berada diatas awan sekarang, tentunya di dalam pesawat maksudnya. Haechan bisa melihat sambaran petir dengan jelas dari sini, sangat menyeramkan. Lantas ia menutup tirai jendela dan menatap ke arah Mark dan Mike yang duduk dihadapannya, Mike dengan tablet di tangannya dan Mark dengan laptopnya. 

"Mark~" 
"Hm?" lihat, bahkan Mark tidak menoleh saat Haechan memanggilnya. Hal itu membuat Haechan mengerucutkan bibirnya sambil bersedekap, mereka memang dalam perjalanan menuju ke lokasi target tetapi ini kan lama dan Haechan bosan, dia juga tidak mengantuk. Melihat kekasihnya yang diam tanpa melanjutkan ucapan membuat Mark mendongakkan kepala menatap Haechan, 

"Ada apa hm?" 
"Setidaknya berikan aku sesuatu, kalian menyita ponselku sedangkan kalian bermain dengan tablet dan laptop itu?"
"Kau bisa beristirahat Haechan." kini Mike yang berucap, 
"Aku tidak mengantuk!" Haechan menghentakkan kakinya, entah kenapa dia merasa sangat sensitif hari ini terutama pada di kembar. 

Melihat Haechan yang cukup pemarah hari ini membuat Mark dan Mike sontak menyingkirkan laptop dan tablet ditangan mereka. 
"Kemari." Haechan melirik Mike yang merentangkan kedua tangannya, selama beberapa detik si manis hanya menatapnya sebelum akhirnya bangkit dan menghampiri Mike untuk duduk dipangkuan kekasihnya. 

"Kau sudah tidak sabar melihat dia mati?" tanya Mark sambil mengusap kepala Haechan, si manis menganggukkan kepala.
"Aku ingin menyelesaikan dendamku." ujar Haechan,
"Kita tidak akan berhenti disitu, kau tahu itu kan?" 
"Ya aku tahu, masih banyak yang terkait dengan pembunuhan kedua orang tuaku." Haechan menyandarkan kepalanya ke bahu Mike. 

"Tenang saja, aku akan membuatmu merasakan nikmatnya balas dendam hari ini." Mark masih mengusap kepala Haechan, entah kenapa Haechan merasa nyaman dan ia mulai memejamkan matanya dengan usapan di kepala dan pelukan Mike yang menghangatkan tubuhnya. Niatnya untuk marah hilang begitu saja tergantikan dengan rasa kantuk. 

"Setelah itu aku ingin jalan-jalan di Swedia lebih lama." 
"As your wish prince." 

Ya, mereka sekarang dalam perjalanan ke Swedia untuk menuju perjalanan untuk ke persembunyian Tuan Kim, ah namanya Kim Taejoon, Ayah Yeri. 



Jam 12 siang mereka masih dalam perjalanan menggunakan mobil menuju ke villa tempat penginapan mereka hari ini, Haechan melihat keluar jendela mobil dengan senang, pemandangan danau besar dengan sebuah pulau dimana villa mereka berdiri disana. 
"Suka?" kepala Haechan menganggukkan kepala dengan semangat. 

"Suka!" ujar Haechan dengan semangat. Tak lama kemudian mobil yang mereka naiki berhenti di depan rumah besar yang luarnya terbuat dari kayu di cat warna putih. 

Haechan berlari masuk ke dalam villa begitu sampai, disana sudah ada beberapa orang yang berjaga jadi tempat itu sudah aman dan tentunya bersih dari penghianat. Di depan villa ada dermaga kecil di pinggir danau, sekitaran mereka adalah pepohonan hutan. Haechan mengambil langkah untuk berjalan diatas papan kayu menuju ke ujung, 

"Camping disini sepertinya sangat menyenangkan." ucap Haechan,
"Aku harus mengajak Jaemin dan-" ucapan Haechan terhenti, senyumnya yang tadi mengembang lantas meluntur mengingat kalau dia sudah tidak punya teman sekarang. 

Haechan memutar tubuhnya dan masuk ke dalam villa, moodnya jadi memburuk lagi setelah mengingat Yeri. Sialan! dia sudah terlanjur menyayangi sahabatnya itu meskipun sudah dia bunuh perempuan itu. 

Mark dan Mike bersama dengan Doyoung sudah mulai bersiap karena sore nanti mereka akan menuju ke tempat tujuan akhir mereka. Tempat persembunyian Taejoon. 





⭑∞𝕾𝖚𝖌𝖆𝖗 𝕮𝖗𝖎𝖒𝖊∞⭑





Suara tembakan itu terdengar memenuhi rumah besar itu, bahkan keheningan malam sudah tiada semenjak Mark dan Mike menginjakkan kaki dihalaman rumah yang menjadi persembunyian Taejoon. 

"Tuan! kita di kepung." salah satu bawahan Taejoon membuka pintu kamar dengan baik, belum juga Taejoon membalas ucapaan bawahannya sebuah tembakan membuat bawahannya itu langsung meninggal. 

"Terimakasih sudah memberitahukan keberadaannya." Doyoung adalah orang yang memimpin jalannya rencana ini, ia memberitahukan dua anak buahnya untuk membawa Taejoon, oh bukan, lebih tepatnya menyeretnya. 

"Lepaskan aku! Bajingan!" tubuh itu diseret menuju ke lantai bawah dimana semua penjaga rumah itu sudah berhasil dibunuh oleh Doyoung bersama dengan bawahannya. Kedua tangan Taejoon di ditarik kebelakang sedangkan punggungnya didorong ke depan dengan kaki Doyoung, kakinya bersimpuh dilantai. 

Tak lama pintu besar itu terbuka dengan Mark dan Mike berjalan berdampingan dengan Haechan ditengah-tengah mereka, tentu saja Mark dan Mike dilengkapi dengan senjata karena masih ada sisa-sisa sampah diluar sana yang masih hidup.

"Selamat malam Tuan Kim. Bagaimana liburanmu?" Haechan berjalan mendekati Taejoon dan berhenti tepat dihadapannya. 

"Bajingan kecil. Seharusnya aku memastikan kau mati juga hari itu." ucapan Taejoon tidak terlalu disukai oleh Mike, anak itu langsung menahan dagu Taejoon dengan senapan di tangannya. 

"Harusnya juga aku membunuhmu disaat kau sudah membunuh keluarga Haechan." Mike menaruh ujung senapannya ke kening Taejoon.

"Baiklah Haechan, tinggal menunggu aba-abamu." ucap Mike yang sudah terlampau siap untuk menarik pelatuknya. 

"Apa kau mau dimakamkan disebelum makam putrimu? aku sudah menyiapkan tempat." tanya Haechan, dia masih bisa berbaik hati menempatkan makan dua orang pingkhianat ini berdampingan. Mungkin bisa berbagi cerita disana nanti. 

Rahang Taejoon mengeras, "Buang saja aku ke jurang." 
"Oh, baiklah jika itu maumu. Sampaikan salamku pada orang tuaku." Haechan merebut pistol dari tangan Mark dan mengarahkannya ke kepala Taejoon tanpa ragu dan menarik pelatuknya begitu saja dan karena efek peluru itu lumayan besar maka darah mengenai pakaian mereka bahkan isi kepala Taejoon terlihat. Haechan langsung berbalik badan, dia tidak tahu jika pistol milik Mark bisa memberikan dampak seperti meledakkan kepala. 

Haechan langsung mengembalikan pistol itu pada Mark dan berjalan keluar dari rumah besar itu, si kembar tertawa melihat tingkah si manis. 
"Harusnya dia mulai dengan yang ringan dulu." ucap Mike, dia menendang bahu tubuh Taejoon yang sudah tak bernyawa itu.

"Bereskan dia." perintah Mark diiyakan oleh dua bawahannya yang memegangi Taejoon tadi. 
"Hey, jangan lupa Ayah kalian memanggil!" ucap Doyoung yang hanya dibalas dengan acungan jempol oleh Mark dan Mike. 

"Ck dasar anak-anak itu." gumam Doyoung. 

Mark dan Mike kembali ke mobil dimana Haechan sudah berada disana, "Buang dia ke jurang seperti permintaannya." perintah Haechan adalah yang menyambut mereka begitu masuk ke dalam mobil. 

"Tentu saja Prince, kau mau ikut melihat?"
"Tidak, terimakasih. Melihat isi kepalanya membuatku mual." Haechan kini menjawab dengan jujur, ia kemudian memutuskan untuk memejamkan matanya, setelah mual-mual tadi Haechan hanya ingin tidur sekarang. Biarkan malam membawa ingatannya hari ini dan menyimpannya untuk esok hari yang tak perlu dia ingat. Haechan hanya ingin menuntaskan dendamnya atas pembunuhan kedua orang tuanya. 

"Ayo kembali dan besok aku ingin liburan seperti yang aku inginkan. Tidak ada senjata, tidak ada misi, hanya jalan-jalan bersama dengan kalian berdua." Haechan berpindah ke pangkuan Mark, dan mobil mereka mulai melaju meninggalkan villa yang akan segera diledakkan oleh Doyoung itu. 






⭑∞𝕾𝖚𝖌𝖆𝖗 𝕮𝖗𝖎𝖒𝖊∞⭑

Chapter depan uwu uwu dulu, melihat Hc main sama si kembar ehey

SUGAR CRIME (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang