Kejadian yang sebenarnya...
Bian termangu melihat didepan sana seorang wanita yang tampak sedang mengecek mobilnya, sepertinya mogok. Tapi bukan itu yang menyita perhatiannya, melainkan wanita itu... Ialah wanita yang ia temui di kedai es krim waktu lalu.
"Farah." gumamnya. karna perasaan yang membuncah akhirnya ia menepikan mobilnya, berniat membantu. Lagi pula jalanan ini sangat sepi dan tentunya rawan untuk seorang gadis didepannya.
"Farah?" panggil Bian memastikan.
Perempuan itu mengernyit, "gue Dara bukan Farah."
Bian terdiam, mengamati gadis didepannya. Wajahnya sangat mirip sekali dengan pacarnya dulu yang meninggal karna kecelakaan.
"Lo kenal sama kembaran gue? Farah, dia kembaran gue, cuman dia... " air muka Dara berubah menjadi sedih.
Bian tersenyum, "gue sangat kenal, dia sahabat gue."
"Ah, beneran?! Kebetulan banget dong ya gue ketemu sama sahabat Kak Farah."
Setelah menceritakan bahwa mobilnya mogok, Bian memeriksa mesinnya. Ia tahu sedikit-sedikit tentang mesin. Bian lalu menyuruh Dara menghidupkan mesinnya dan ya, kembali hidup.
"Makasih ya, btw nama lo siapa?" tanya Dara.
"Bian." jawabnya, mengambil tisu di mobilnya untuk mengelap tangannya yang kotor.
"Bian" gumam Dara merasa familiar dengan nama itu. Sepertinya nama itu pernah dia temui di judul buku diary kakaknya. dia mengedikan bahunya, sangat mungkin jika Bian ada di dalam buku diary kakaknya, mengingat laki-laki itu adalah sahabatnya.
"mau mampir ke apartemen gue buat ngopi? Anggap aja sebagai tanda terimakasih gue ke lo, karna udah bantuin gue."
"Lain kali aja kali ya" Bian menolak halus. melirik jam tangan yang melingkar di lengan kekarnya, sepertinya kali ini ia akan sedikit telat menjemput Zea.
"Ohh yaudah gue duluan kalau gitu -awsss" Dara meringis, memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Eh" Bian dengan sigap menangkap badannya yang lunglai akan terjatuh.
Gadis itu pingsan.
Bersamaan itu mobil Rasya melintas, yang tanpa Bian ketahui ada Zea didalamnya.
***
"Yakin lo mau ngelakuin ini? Gak takut apa sama calon laki lo?" tanya Rara.
"Haha takut? Enggak, tuh. Dia aja berani peluk-peluk cewek lain sampai lupa waktu, masa gue gak berani?"
"Hadeh capek gue, punya temen kelakuannya aneh-aneh aja."
"Heh, lo lebih aneh, ya! Masa gara-gara gak mau dijodohin lo bikin cowoknya ilfeel dengan kentut depan dia." kata Zea.
"Tapi setelah itu bukannya ilfeel, malah senyum sambil ngakak rambut gue, dong! Arghhh! rasayanya alamahoy sekali bestie" balas Rara mengacak rambutnya sendiri, untuk menirukan apa yang dilakukan laki-laki yang akan dijodohkan dengan dirinya.
"Nah loh gemes sendiri kan jadi nya?"
Zea menatap horor Rara yang sekarang mengelus rambutnya sambil senyum-senyum sendiri. Lagian temannya itu ada-ada saja. Bikin syarat kelolosan untuk menyeleksi calonnya sampai tidak masuk akal seperti itu.
"Udah deh Rara, lo gak usah sok jual mahal. Lo udah sreg kan sama dia? Jangan lanjutin lagi tuh list seleksi konyolnya."
"Belum selesai tau, satu lagi, kalau kali ini lolos lagi, gue langsung yang bilang sama mami kalau gue setuju dijodohin sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story With Uncle
HumorCinta tak harus memiliki? Omong kosong. Nyatanya hati kecilmu menginginkan untuk bisa memilikinya. Itulah yang dirasakan Zea Fahreya, gadis yang terjebak dengan perasaan cinta yang salah terhadap Omnya. Lalu, bagaimana ketika takdir mempersatukan me...