Sejak kehadiran Zea, Bian merasa jika kesehariannya penuh nuansa warna dan tidak monoton seperti biasanya. Selalu ada saja tingkah Zea yang membuatnya kesal sekaligus menghibur. Gadis itu bahkan tidak segan mengganggu tidurnya ketika merasakan susah tidur saat tengah malam. Seperti saat ini, masih dengan setelan tidur bergambar unicorn Zea mengendap-endap memasuki kamar Bian dengan kekehan kecil.
Bermodalkan lipstik yang tadi sempat ia ambil sebelum menuju kesini. Tangan Zea dengan lihainya menciptakan suatu karya, mengubah wajah tampan yang terpejam itu menjadi tidak karuan. Zea sampai mati-matian untuk menahan tawa. Kayaknya gue salah pilih jurusan deh, harusnya pilih kesenian bukan kedokteran. Batin Zea bermonolog
"Udah puas coret-coret muka gue nya?"
Zea tersentak ketika suara serak berhasil lolos dari bibir orang yang saat ini masih terpejam. Tangannya langsung sigap memasukan lipstik kedalam saku. Sebelum bersuara Zea menormalkan raut terkejutnya menjadi sok tenang.
"Eh, good morning uncle tampanku" Zea berusaha menahan tawa ketika mengucapkan kata 'tampan'
Sang empu menatapnya dengan datar. Padahal sedari gadis itu masuk, decitan pintu sudah membuatnya terbangun. Tapi sengaja menutup mata kembali ketika mendengar kekehan Zea dengan jalan yang dibuat pelan seperti maling.
"Nakal banget ya, masuk kamar bujang subuh-subuh" Bian berkata setelah merubah posisinya menjadi duduk.
"Ah, gak nakal, kok. Kan niatnya mau bangunin, hehe" kilahnya menyengir.
Bian mendengus, "bangunin tuh yang lembut. Elus dulu rambutnya, terus bilang 'om bangun yuk' bukannya malah ngendap-ngendap terus coret-coret wajah orang"
"Masih pagi udah suujon, maksudnya apa sih om, karya apa?" Raut wajahnya menampilkan bingung yang dibuat-buat.
"Pokonya gue gak mau tau. Hapus skarang, atau-" Bian menggantungkan kalimatnya
"Atau apa?" Tantang Zea dengan tangan yang disilangkan.
"Atau gue gelitikin lo" Bian langsung menyerbu, membuat sang empu memekik dan menggeliat kegelian.
"Anjir udah. hahaa yaudah minta maaf ih! udah!" Zea mencoba menjauhkan dirinya, tapi upayanya tidak berhasil. Bian terlalu gesit.
"Gak mau pkonya harus sampe nangis dulu" goda Bian semakin gencar. Membuat sampu semakin kesal ketika mendengar perkataan menyebalkan itu.
Dengan segala upaya Zea mencubit tangan Bian, hal itu malah memudahkan aksi Bian.
"Stop! Iya nanti dibersihin" pekik Zea dengan bibir mengerucut.
Melihat raut kekesalan dari wajah keponakannya Bian langsung menghentikan perbuatannya. umh, terdengar ambigu. lebih tepatnya gelitikannya. "Ngapain kesini malem-malem, hem?" kekehnya.
"Mau gangguin aja, emang gak boleh?"
"Gak boleh, kamar gue haram dimasukin perawan"
"Berarti klo gitu, nanti nikahnya sama yang udah gk perawan dong?"
"Sembarangan!" Ujarnya langsung menoyor Zea
Zea keluar dari kamar bian tanpa menimbulkan suara ketika melihat tangan Bian meraih hp. Seketika bian terkejut melihat wajahnya nyaris seperti joker.
"Zea Fahreya! Sini lo, gue blender boneka panda lo!"
***
Walaupun sedang tidak memiliki kelas, bian tetap berangkat kekampus untuk memenuhi panggilan dosen. tentu saja hal itu sangat menguntungkan bagi zea, ia jadi tidak perlu repot-repot untuk memesan taxi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story With Uncle
HumorCinta tak harus memiliki? Omong kosong. Nyatanya hati kecilmu menginginkan untuk bisa memilikinya. Itulah yang dirasakan Zea Fahreya, gadis yang terjebak dengan perasaan cinta yang salah terhadap Omnya. Lalu, bagaimana ketika takdir mempersatukan me...