Dada Zea bergemuruh melihat pemandangan di depannya. Matanya tiba-tiba saja memanas.
Ia kira hanya akan melihatnya di televisi, nyatanya kejadian ini secara jelas tersaji di depan matanya. Dua orang tengah terbaring disana, dengan keadaan Bian yang Shirtless karna selimut hanya menutupi sebagian pinggangnya. Disisinya terlihat rambut perempuan terurai dengan posisi membelakangi tempat Zea berdiri.
"Woi, bangun kalian!" Zea berteriak penuh emosi, dadanya naik turun.
Tampak sekali disana alis Bian mengernyit tanda terganggu, tidak lama kemudian bangun dan matanya membola kaget. "Zea, lo ngapain disini?" ucapnya kelewat ringan.
"Lo yang ngapain, sialan! Mau nikah aja udah banyak tingkah. Gue gak percaya banget lo gini, Om!" seru Zea nampak terpancing karna perkataan Bian tadi yang menurutnya tak menyiratkan rasa bersalah.
"Turunin nada suara lo nanti dia kebangun!" geram Bian.
"Halah bodo amat! Bangun lu, murahan!" Zea berjalan tak santai mendekati ranjang. Tangannya sudah bersiap ingin menyingkap selimut tebal tersebut, namun Bian keburu merunduk dan menepis tangan Zea.
"Gue bisa jelasin. Tapi tolong jangan ganggu dia dulu, dia lagi tidur." jelas Bian.
Tak terasa cairan bening berhasil lolos menuruni pipi putih Zea. Sungguh, ia tak mengerti dengan jalan hidupnya sendiri, bisa-bisanya harus di bertemukan dengan laki-laki sebajingan itu. Bahkan laki-laki itu masih bisa dengan santainya mengucapkan hal demikian, tidak peduli bagaimana perasaannya yang saat ini nyaris tak berbentuk.
"Gue gak nyangka lo bisa sebrengsek ini, Bian Keano Ziandra!" nafas Zea memburu.
Secepat kilat Zea menarik selimut itu hingga terpampang lah wajah seseorang yang tak kalah terkejutnya dengan Zea.
Seseorang yang tidak pernah terlintas sedikitpun di otaknya.
Seseorang yang bahkan Zea sendiri tak percaya mampu membuatnya sekacau sekarang.
Dan seseorang itu ialah Zidan! Teman sekaligus tetangganya. "Syalan!" Laki-laki itu bahkan tengah nyengir lebar ke arahnya dengan memakai wig!
"Kejutan!" Zidan langsung bangkit dan melepas wignya.
"Asyuuuuuu! Fak! Brengshake kalian!"
Wah Zea ngamuk! niat hati ingin membuat kejutan malah berakhir zonk. Bian mendelik sinis ke arah Zidan. Temen gesrek yang satu ini memang tidak bisa di harapkan.
"Kalian pikir ini lucu hah!" seru Zea garang, yang malah di balas tiga tepukan oleh Bian, membuat cewek itu makin emosi.
Tidak lama setelah tepukan Bian, Rara muncul bersama Rasya dari arah pintu. Ditangan Rara telah ada kue ulang tahun bertuliskan 'hbd neng calon' dengan lilin angka 20 yang tersemat.
Rara langsung menyanyi untuk memeriahkan, "Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Zea, semoga panjang beheng!"
"Panjang umur bego!" tutur Zidan pada Rara yang saat ini asik cengengesan.
Zea terkesiap dengan kedatangan Rara. Jadi sekarang hari ulang tahun dirinya? Ah, bahkan ia saja tidak ingat. Dan lagi kejutan macam apa ini! Zea menyipitkan mata sembabnya ke arah Bian.
"Selamat ulang tahun sayang!" ucap Bian hendak memeluk, tapi gadisnya itu langsung mundur membuat Bian hanya memeluk angin.
"Gak usah peluk. Mas udah bikin spot jantung tau gak!" Zea melotot, tersadar dengan yang barusan dia ucapkan. Ia menepuk bibirnya, bisa-bisanya bibirnya itu berkhianat dengan menyebut Bian dengan embel Mas.
Bian menyeringai, "nyebut apa tadi? Coba ulangin, Mas gak denger." ujarnya tengil seraya menyimpan tangan di belakang telinga.
"Gak lucu! Ta-tadi gue kira O-om Bian beneran main wanita lain, tau gak!" ujar Zea dengan suara bergetar. Ia benar-benar takut jika hal itu terjadi. Ia tidak sanggup jika harus terkhianati Bian. Ketakutan benar-benar menguasainya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story With Uncle
ComédieCinta tak harus memiliki? Omong kosong. Nyatanya hati kecilmu menginginkan untuk bisa memilikinya. Itulah yang dirasakan Zea Fahreya, gadis yang terjebak dengan perasaan cinta yang salah terhadap Omnya. Lalu, bagaimana ketika takdir mempersatukan me...