"ck. Dasar buntelan minyak, parah banget." gumam Bian ketika mengingat Dara yang memang mukanya sedikit berminyak tadi. Berhubung sudah tersadar dari lamunan, Bian langsung bergegas masuk ke kamar mandi.
"Kata pak ustadz pas gue tahlilan kemaren, kalo mau dimudahkan urusan, gue kudu lebih deket sama sang pencipta." Ia mengambil handuk lalu bergegas mandi.
Setelah selesai dia mengambil wudhu untuk bersiap-siap boshol alias bobo sholeh eaaak.
Mungkin cicak dan kecoak saja sampai akan menjodohkan anak mereka karna melihat Bian Sholeh mendadak. huwaaa hiks.
Pas ada maunya doang dia mah.
Dilain tempat, tepatnya di ruang keluarga Ziandra, ketiga orang sedang bersantai ria sambil berdiskusi. Sayangnya anak lelaki tunggal keluarga itu tidak ikut serta karna sudah berhibernasi menjadi kebo tidur. Jika ada pasti akan terkejued.
"Aku gak tau lagi kalo misal Raga gak cepat tanggap, A." ujar Mila pada suaminya.
"Dia emang figur Kakak yang baik buat Zea, ikatannya kuat, mungkin karna dulu mereka satu susuan." Lia menimpali.
Sontak Renal menoleh dengan bingkaian kernyit pada alis. Melihat suaminya bingung, Mila pun tekekeh, "dulu kamu inget gak waktu aku sakit dan harus nginep di rs?" melihat Renal mengangguk, iapun melanjutkan, "Mamanya Raga yang susuin."
"Ohh pantesan dulu kamu marahin Zea pas ketahuan nulis diary yang isinya curhatan tentang Raga sama gambar lope lope sakebon." Renal ngakak yang langsung dihadiahi tabokan dari Mila.
"Diem atuh Aa ih malawading! Semirannya jadi gak rapih, tuh!" dumel Mila jengkel, lagian Papa nya Zea aneh-aneh, masa nyemir rambut malem-malem. Mana pas ditanya jawabannya lebih aneh.
Katanya, tuh, gabut.
Bapack negara mah bebas.
Melihat percekcokan uwu anak dan menantunya di depan, Lia hanya geleng-geleng saja.
"Kenapa, Bun? Makanya setuju aja sih buat nikah lagi sama pemilik perusahaan tambang itu." Mila cekikikan mengingat ibunya sempat di lamar duda tua kaya raya.
Lia merotasikan matanya, "ogah! Mending ngurusin butik daripada ngurusin aki-aki." lalu setelah berpamitan langsung beranjak menuju kamar.
"Ihh Bunda, mah."
"Tuh contoh Bunda, setia sama pasangan seumur hidup." ucap Renal dan ditanggapi dengan cengengesan dari Mila.
"Ohiya, A! Itu Zea sekiranya aman gak di rumah Gala?"
"Aman, Ma. Selain temennya Raga dia juga kan saudara jauh kita. Biarin lah sampe semuanya mereda dulu. Kan kamu juga tau Zea sendiri yang gak mau pulang dulu. Udah dibujuk padahal, gak tau kenapa."
"Kayaknya mereka ada masalah, deh." dari rautnya Mila nampak berfikir.
"Biarin, Ma. Kita sebagai orang tua cuman bisa mendukung dan mengawasi. Kan mereka yang akan menjalani nantinya. biar pada dewasa."
***
Zea sudah rapi dengan tampilan modis. Selalu elegan dia mah. Kalau bisa supaya jamet-jamet kampus kepanasan liat dia canciq.
Si paling canciq.
"Tinggal ke kamar si bujang lapuk, deh! Yuk bisa yuk cemangat kuliah setelah libur panjang!" ucapnya menyabet tas dengan semangat menggebu, lalu beranjak untuk menggedor pintu kamar Gala yang berada di seberang kamarnya.
Sebenarnya dia yang meliburkan diri, sih. Berhubung Mamanya yang memaksa untuk kembali kuliah jadi dia bisa apa selain menurut demi keamanan anak-anak si Mochi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story With Uncle
MizahCinta tak harus memiliki? Omong kosong. Nyatanya hati kecilmu menginginkan untuk bisa memilikinya. Itulah yang dirasakan Zea Fahreya, gadis yang terjebak dengan perasaan cinta yang salah terhadap Omnya. Lalu, bagaimana ketika takdir mempersatukan me...