27 | Bian pindah ke apartemen

862 64 0
                                    

Bian terus saja mengabaikan Zea, dari tadi Zea sudah berupaya membujuk, mengakali bagaimana supaya suasananya kembali seperti biasa. Dia tidak suka di diamkan seperti ini oleh Bian.

Maka dari itu, dari tadi Zea mengoceh panjang lebar, membahas apa saja yang terlintas di otaknya. Dari mulai kesehariannya di kampus sampai yang paling tidak berfaedah contohnya, kenapa manusia harus makan? kan nanti juga lapar lagi, Bulan kok warna nya putih doang, ya, gak warna warni kayak lampu disco?

"Om Bian ihhh, apa game itu lebih menarik perhatian daripada gue?!" Zea mengembungkan pipinya, tangannya juga menyilang, menandakan bahwa gadis itu sudah sangat kesal sekarang.

Bian masih diam tak menyahut.

"Om.." rengek Zea menarik-narik tangan Bian. Panggilannya masih belum ia rubah, tapi sempat terpikir untuk memanggil Bian dengan sebutan mas sekarang. Siapa tau laki-laki itu akan luluh kan?

Zea tersenyum, akan ia coba sekarang.

"Mas..."

Bian langsung menoleh cepat, senyuman kecil terukir. Hp nya langsung ia letakan di meja. "Apa tadi?! Barusan manggil apa?"

"Apa?" Zea balik bertanya dengan tampang polosnya.

Memang tengil ni anak.

Lengkungan bibir Bian berubah lurus. Wajahnya kembali datar. Dengan gerakan rusuh dia mengambil kembali hpnya.

Zea pengen ngakak tapi ia tahan. Mengerjai Bian memang paling candu. Tapi sepertinya tidak boleh di biarkan terlalu lama, nanti si belalang kucrutnya akan semakin susah untuk di bujuk.

"Yaudah deh iyaa, Mas Bian yang paling ganteng, yang damagenya gak ada obat, udah dong marahnya. Ya yaaa" ucap Zea seraya menampilkan puppy eyesnya.

Bian menyipitkan matanya, bibirnya ia majukan ke kiri-kanan.

Grepp

Karna gemas, Bian mendekap erat Zea, Mengunyel-unyel badan mungil gadis itu.

"Nghh pengap tau! Lepasiiin."

"Gak mau! Ini hukuman buat calon istri yang nakal."

"Lo mau kita gak jadi nikah hah? Bisa mati gue!"

Tawa Bian menguar renyah, ia menjauhkan badannya untuk mencubit pipi gembul Zea. "Mulutnya udah kaya gorengan, harus di saring."

"Jadi udah di maafin kan?!" Zea berujar senang.

"Cium dulu" Bian menunjuk pipi kirinya.

Dengan senang hati Zea menciumnya, "udah."

"Kanannya belum." protes Bian langsung menoleh ke kiri.

Zea menurutinya, tapi tidak hanya di pipi kiri, Zea juga mendaratkan bibirnya di hidung Bian karna gadis itu selalu iri dengan hidung mancung bak perosotan anak TK milik Bian.

Bian langsung menampilkan ekspresi terkejut yang dibuat-buat, "kan nyuruhnya juga pipi kanan doang? Kok dihidung lagi?"

"Bonus."

"Gak bisa! Lo harus di hukum."

Mata Zea membulat, dasar Cowok gak tahu di untung, bukannya bersyukur di kasih bonus.

Cup

"Itu hukumannya." Bian melumat sebentar bibir Zea.

"Iiiih mesum!"

"Lha, kok mesum?" tanya Bian.

"Tangan lo sambil nyolek pantat gue!"

Bian mengernyit, dia tidak merasa melakukan itu. Matanya melihat kebelakang badan Zea dan menemui moci, kucing Zea tengah rebahan sambil tangannya menggapai-gapai.

My Love Story With UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang