Rencananya hari libur ini Zea akan mengundang Dara kerumahnya sesuai titah Omanya.
Gabut juga di rumah sendirian, tidak ada teman gelud. Ya memang dia tidak benar-benar sendiri, ada Omanya di rumah ini. tapi ya masa Omanya yang dia ajakin gelud! Yang ada baru saja star sudah keok duluan.
"Ah jadi kangen Om Bian" ucap Zea cemberut seraya memandangi foto Bian. Disana Bian terlihat sangat tampan, tengah tertawa menghadap kearahnya yang saat itu wajah serta rambutnya dipenuhi tepung. Foto itu diambil oleh mamanya tahun lalu, ketika perayaan ulang tahun Zea yang ke 18.
Zea menghela nafas, setelahnya kepalanya menunduk "tapi kayaknya dia lagi sibuk, deh. Jadi gak mungkin kesini. tapi coba chat aja deh."
"Ah! gue suruh Rara kesini juga kali ya? Biar tambah rame!" Zea langsung mengambil hpnya.
"Iya, kenapa? Ze- ahhh pelan-pelan dong shh." Suara Rara terdengar ambigu, membuat otak bersih nan polos Zea tercemari.
"Rara! Lagi ngapain lo siang-siang?!"
"Mau tau aja atau mau tau bang- ke sakit ih! Selow sedikit dong."
"Ra lagi emm anu?- maksudnya, dengerin gue Ra. lo lagi diapain?! Gue tau kalau lo udah mulai suka sama cowok yang dijodohin nyokap Lo itu, tapi pliss banget ini mah ya! Kita itu sebagai perempuan harus mahal Rara, jadi--"
"Gue lagi dikerok! Lo ngomong apa sih jumitri?!" seru Rara tak kalem diseberang sana.
Sontak Zea membekap mulutnya, "astagoy! Dikerok sama cowok lo itu?! Yakin lo, hah!" Zea semakin dibuat pusing dengan tingkah bestaik nya.
Terlihat di layar hpnya, Rara meminta mengubah panggilan suaranya menjadi panggilan vidio.
Ketika Zea mengubahnya, terpampang langsung wajah kakaknya Rara yang sedang menahan tertawa. Astaga! Malu coyyy.
Mana Zea sudah ngomong aneh-aneh, lagi!
Zea meringis, "hai sister! Hawayuuuu! Sejak kapan welcome in ciledug." sapanya melambaikan tangan.
"Baik Ze, Zea apa kabar? Sini kerumah, mbak daysia punya oleh-oleh loh buat Zea."
"Awww sister memang sangat guud! i like it. Kapan lagi berangkat ke Aussie?"
Benar-benar not ahlak, baru saja pulang sudah ditanya kapan balik.
"Sakarepmu!" daysia berujar. Terlihat bt diseberang sana. Tapi Zea tahu mbaknya Rara itu tidak benar-benar marah.
Zea terkekeh, "becanda mbak. Oiya, Ra? lo kesini dong sekalian mbak juga ikut."
"Ada makanan gak?" kini Rara yang menjawab.
"Makanan? Banyaaaaak" balas Rara meniru suara kartun adudu.
"Tapi kayaknya mbak gak bisa ikut deh, soalnya suami mbak lagi sakit jadinya suka rewel hehe." Daysia menyahut.
Sedang asik bercakap-cakap yang didalamnya terdapat bumbu-bumbu ghibah, akhirnya panggilan terputus dan penyebabnya tidak lain dan tidak bukan ialah Zea sendiri. Gadis itu tiba-tiba saja merasa mulas.
Di lain tempat Dara mondar-mandir di depan pintu apartemennya. Sesekali mengintip pada lubang yang berada di pintu, menunggu Bian lewat. Karna memang apartemen Bian berada diujung jadi jika laki-laki itu akan menuju lift pasti akan melewati apartemen Dara.
Yang ditunggunya akhirnya lewat, ia buru-buru keluar dari apartemen dan menyapa Bian.
"Udah rapih, mau kemana?" tanya Dara. Sebenarnya Dara sudah menebak Bian akan kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story With Uncle
HumorCinta tak harus memiliki? Omong kosong. Nyatanya hati kecilmu menginginkan untuk bisa memilikinya. Itulah yang dirasakan Zea Fahreya, gadis yang terjebak dengan perasaan cinta yang salah terhadap Omnya. Lalu, bagaimana ketika takdir mempersatukan me...