25 | panggil gue mas

1K 67 0
                                    

Zea menjauhkan dress hitam ditangannya, melihatnya dengan mata berkilau. Hari minggu kali ini dia dedikasikan khusus untuk dirinya sendiri, tanpa Bian ataupun Rara yang biasanya tak absen menjadi teman belanjanya.

Bisa di bilang Zea sedang menikmati me time.

"Cantik banget! Liatin aja gue bakalan bales lo, Bian! Enak aja bikin gue sakit hati." Zea tersenyum misterius, merencanakan sesuatu.

"Haha lo pikir gue bakal galau-galau sambil dengerin musik sedih gitu? No! Zea Fahreya si mojang Bandung gak bakal kayak gitu."

Saat asik-asik memilih baju, Zea dikejutkan dengan segerombolan orang-orang yang menuju ke arahnya, diantara mereka ada cewek remaja yang umurnya ditaksir dibawah dia, sedang melotot marah ke arahnya.

"Nah itu tuh, yang ngambil dompet aku tadi!" tuduh cewek itu.

Zea membelalakan matanya, tak terima jika dituduh seenaknya begitu. "Ini ada apa ya Om, Tante, dan.. " Zea melirik ke arah seorang cowok tinggi yang demi apa terlihat ganteng.

"... Aa" Zea terkekeh malu-malu

"Apa lo Aa Aa!" Sentak cewek tadi marah.

"Cia gak boleh gitu, dek" peringatnya yang sepertinya itu ibu dari cewek yang bernama Cia.

"Tuh dengerin sia teh gak boleh gitu, jelek seteh" ucap Zea dengan logat sundanya.

"Balikin dompet gue gak! Kalo gak mampu beli dompet branded jangan asal ngambil punya orang yaa!" seru Cia.

Zea mengernyit mengingat wajah bocah tengil yang ia tebak masih smp ini. Ia baru ingat kalau bocah itu orang yang tadi di toilet. Memang Zea sempat mengeluarkan dompet untuk mengambil liptint nya.

Zea mengeluarkan dompetnya dari slingbagnya lalu mengangkatnya. "Ini maksud lo? Ini punya gue. Didalemnya aja ada KTP gue. noh, liat ku sia"

Muka Cia memerah menahan marah. "Nama gue Cia bukan sia! dan bisa aja sebelumnya lo udah masukin itu KTP kedalemnya--"

"De, ini dompet kamu ketinggalan di mobil" seorang perempuan cantik datang memotong ucapan Cia.

"Hah kok?" Cia mulai mengerti kalau dirinya salah paham.

"Tuh kan kata papa juga apa, kamu jangan asal nuduh dong sayang. Minta maaf sekarang" tegasnya.

"Hm, maaf" ucapnya ogah-ogahan.

"Cia yang bener!" ucap cowok tampan tadi.

Cia malah merotasikan matanya.

"Cia! Apa mama sama papa pernah mengajarkan kamu gak sopan gini?"

"gue. minta. maaf." paparnya pongah, lalu melengos pergi dari sana.

"Maafin anak Tante ya, dia emang suka gitu. Tadi kami sudah memperingati dia untuk jangan menuduh dulu, tapi dia keukeuh anaknya."

"Ah gak apa-apa Om, Tante. Tapi lain kali jangan terlalu dimanja anaknya." ucap Zea menyengir.

"Cia nuduh orang ngambil dompetnya?" tanya perempuan cantik yang tadi datang membawakan dompet. Usianya kira-kira tidak jauh dari Bian, tunangannya.

"Iya, Dara" ucap cowok ganteng yang Zea pangil Aa.

"Eh mas Zafran kebetulan banget kita di depan toko baju, astaga ini bagus banget loh!" ujar Dara langsung menyambar blous bertali.

"Wah bagus banget itu Kak, mau juga dong, masih ada lagi gak?" Zea menghampiri.

Tadi selepas acara maaf-maafan kedua orang tua anak yang bernama Cia tadi langsung pamit, sedangkan Dara langsung berkenalan dengan Zea karna ketika melihat Zea dia langsung teringat dengan kembarannya, dari dandanan sampai gesture badan sangat mirip dengan Zea.

My Love Story With UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang