Suara berisik yang berasal dari handphone membuat Zea mendumel tak jelas, ia merutuk siapa saja yang menelponnya di pagi buta seperti ini. Kepalanya ia telungkupkan kedalam bantal tapi suara itu masih tetap terdengar, terpaksa dengan ogah-ogahan Zea bangun dan meraih benda persegi itu.
"Raraanjim! Ini masih pagi woy, ngapain sih kayak gak ada ayang aja nelpon pagi-pagi. Eh, upss! Lo kan emang gak punya ayang haha" kata Zea dengan suara seraknya sehabis bangun tidur.
"Astaga Zea, lo masih perawan kan?"
Sialan, temannya ini memang harus di getok pakai centongnya Dayang Sumbi biar otaknya balik kembali ke tempat semula.
"Ya masih lah!" ucap Zea ngegas.
"Heh! dengerin nih, perawan mah jam segini tuh udah beres-beres, masak, bukannya masih molor kayak elu. Haduh bentar lagi mau kawin juga."
"Kan nanti mah ada pembantu."
"Gimana sultan bae lah. Rakyat jelata bisa ap-."
"Kebanyakan wacingconghek, lu! Cepet mau ngomong apa? Gue mau mengejar mimpi lagi nih."
Terdengar tarikan nafas panjang di telpon, "gue mau tanya, nih, tapi lo jangan berpikiran negatif dulu yaa." Pinta Rara, langsung membuat Zea sibuk bergelut dengan pikirannya.
"Cepet to the point, gue mau beol udah diujung lubang."
"Tadi gue liat Kak Bian jskslalammak." ucap Rara cepat diujung kalimatnya.
"Woy sukimar, lo niat bener ya bikin gue darah tinggi! Belajar ngomong lagi sana." ujar Zea mulai emosi. Ya coba dibayangkan, kondisinya lagi menahan sesuatu yang sebentar lagi berojol, tapi temannya ini malah membuat dia makin kesal.
"Kak Bian jalan sama Cewek Ze, tadi gue liat lagi sarapan berdua di restorannya."
"Ohh gue kira apa. Yaudah biarin, sih. Mungkin itu pelanggannya." kata Zea santai.
"Mon maaf sejak kapan ya nyai Zea super kalem gini? Biasanya juga sangar kaya kucing betina yang ngamuk kalo si jantan di rebut temennya."
Lah, jadi Zea harus marah, sampai ngacak rambut? Enggak deh, negatif thinking hanya membuat dia rugi sendiri, mending dia cepat-cepat meluncur buat semedi ke kamar mandi.
"Gue gak kuat, bye!" Zea buru-buru menutup teleponnya nya dan beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya.
Tapi sepertinya pikirannya untuk tidak negatif thinking sama sekali tidak terjadi. Buktinya sambil menuntaskan hajat, dia asik adu jotos dengan berbagai perkiraan yang melintas di otaknya.
"Tapi masa, sih Om Bian gitu? Katanya pas malem bilang sayangnya dia cuman buat gue. Alah taik!"
***
Bian memutuskan menyempatkan waktunya untuk menjemput Zea, sesibuk-sibuknya dengan pekerjaannya dia akan meluangkan jika itu untuk calon istrinya.
Mungkin laki-laki itu takut Zea nya di comot orang, atau sebenarnya perempuan itu yang mencomot?
Soalnya tangan Zea gak ada beban, ringan banget asal peluk orang, apalagi kalau orangnya ganteng.
"Hai calon istri!" sapa Bian ketika Zea memasuki mobil.
"Hmmm."
"Dih sok cuek, gak pantes. Biasanya juga langsung nemplok manja." Bian tersenyum geli. "Kenapa, sih? Bt kenapa lagi sekarang? Gak dikasih diskon sama mang baso? Yaelah, Kasian lah Ze, untungnya udah kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story With Uncle
HumorCinta tak harus memiliki? Omong kosong. Nyatanya hati kecilmu menginginkan untuk bisa memilikinya. Itulah yang dirasakan Zea Fahreya, gadis yang terjebak dengan perasaan cinta yang salah terhadap Omnya. Lalu, bagaimana ketika takdir mempersatukan me...