47 | ngidam kantil

960 16 0
                                    

Rasanya kalau Zea sudah merajuk jangankan Bian, nyamuk yang lewat saja sudah kena mental karna di maki monyet. Padahal kan udah jelas itu nyamuk bukan monyet.

"Hengggggg." Bian juga malah berdengung mengikuti suara nyamuk, membuat Zea tak punya alasan untuk tidak menggeplak Bian kuat-kuat. Saking jengkelnya.

"Lo ngapain, sih!"

"Lagi ngesabarin nyamuk. Ngeri, takutnya ngadu ke grup spesiesnya kalo dia abis di katain monyet sama lo. Kan gak lucu kalo malem-malem gini serumah harus tawuran lawan pasukan nyamuk."

Zea pengen nangis sekaligus ketawa tahu gak. Kesal lama-lama ngomong sama Bian. Mendingan dia turu. Siapa tahu ketika bangun Arshy sudah ada.

Tapi ternyata rencananya gagal, baru saja menjatuhkan kepalanya ke bantal, Bian sudah mengangkat kepalanya lagi agar ia kembali terduduk, "mam dulu baru tidur!"

"Ngapain makan tar juga laper lagi." kilah Zea.

"Yaudah legaaaa. Berarti kalo nikah beras awet."

Zea mendengarnya hanya menyipit datar, "gapapa banget tar gue tinggal minta makan ke tetangga, siapa tau tetangga nya duda biar sekalian gue ganjenin!"

Ngeri emang cocot Zea mah, bikin Bian ngelus dada, "kalo tetangga kita ada yang duda, detik itu juga gue nyari janda."

Plis ini mah ya, kayaknya Bian sengaja bikin Zea kesal. Karna kelemahan Zea kalau lagi kesal pasti pelariannya ngunyah alias makan. Lihat saja, Zea langsung mengambil piring di nakas yang tadi di bawakan Bian lalu mengunyahnya dengan gragas.

"Apa lo tadi bilang?!"

"Nyari janda." ulang Bian dengan santainya, membuat Zea murka lalu menyimpan piring itu kembali.

Zea menarik telepak Bian lalu menggigitnya, membuat sang empu terperanjat dan meringis.

"Maksudnya nyari janda buat dinikahin dudanya, Ze."

Zea menyilangkan tangannya sewot, "boong lo!"

"Suudzon lo!" sahut Bian tak kalah sewot.

"Terserah siapa?"

"Terserah calon suami lo." balas Bian bangga.

"Terserah calon istri lo." Zea menyosor tak mau kalah.

anggukan berulang dilakukan Bian, "yakin?" tanya Bian dan di balas anggukan cepat. "Yaudah kalo gak mau lagi di peduliin silahkan."

"Aaaaa Om Bijel, mah...! " rengek Zea kesal. Jangan lupakan kakinya yang menendang bad cover , versis kayak bocil tantrum.

"Yaudah makanya nurut, makan dulu, besok kita ke rumah Bang Gala."

Zea langsung mengangguk antusias. Seneng dia mah soalnya Zea kangen salon pribadi yang ada di rumah Gala. Ekspresi senang nya tidak berlangsung lama karna ia kembali teringat Arshy yang sekarang sudah di ambil Raga. Setelah melalui tes dan hasilnya memang positif, Bian dengan berat hati mempersilahkan Gala mengambil Arshy.

Arshy anteng-anteng aja karna katanya Raga tuh mirip Oppa Jaemin, malah tuh anak ganjennya nauzubillah sama bapak sendiri.

"Gak ada Arshy gak ada yang bisa di unyel-unyel..." rengek Zea.

"Lo unyel aja pipi lo. Sebelas dua belas ko sama punya Arshy."

Di katain begitu Zea tambah bete, menelusup ke dalam bantal sembari menangis sesenggukan. Sebenarnya bukan sepenuhnya karna di katain, tapi tidak tahu kenapa Zea merasa ingat kembang kantil di belakang rumah Rara dan lebih mengherankan nya lagi, Zea kepengen menghirup baunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Love Story With UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang