22 | pernyataan

1K 84 1
                                    

Bian terpaksa berlari terlebih dahulu untuk menuju jalanan ramai didepan, jaraknya lumayan jauh. Seketika dia menyesal ketika mengingat tadi dirinya mengambil jalur terdekat yang sepanjang perjalanannya terlihat sepi karna dikelilingi pohon-pohon besar. Sehingga ketika mobilnya mogok, tidak ada yang membantunya sama sekali.

"Enak banget Bunda bisa numpang sama temennya. Gue malah harus lari-larian nyari kendaraan lewat." dumel Bian. Karna tadi mobil teman Bundanya tidak cukup lagi untuk menampung orang.

"Semoga gue gak telat."

Bian turun dari taxi lalu mulai melangkah masuk mendekati taman- tempat diselenggarkannya acara.

"Dipersilahkan dari pihak laki-laki untuk memasangkan cincin."

Dengan jelas Indra pendengarannya menangkap suara pembawa acara didepan sana. Matanya menatap tajam, degupan kencang didadanya juga terasa menyesakkan.

Sepertinya Bian terlambat.

Bian membalikan badan tegapnya, namun ketika kakinya hendak melangkah pergi, sebuah suara membuat jantungnya nyaris terjatuh.

"Nahh itu dia pihak laki-laki nya. A, Aa! Ko balik lagi? Itu si tetehnya udah nungguin" pembawa acara berkata seraya tersenyum geli.

"Hahh, maksudnya apa sih? Gue gak lagi di prank, kan?" Zea melotot tak percaya, Bian pun sama terkejutnya.

Hanya dua insan itu yang terkejut, karna semua orang termasuk tamu yang hadir malah tersenyum geli melihat wajah lucu keduanya.

"Gue yakin, ini bakal fyp di tiktok" gumam Rara. Rupanya sedari tadi ia sudah siap dengan rekamannya. Sebagian tamu juga ikut merekamnya.

Senyuman lebar terpatri dari wajah ketiga orang yang tak lain ialah kedua orang tua Zea dan juga Lia yang menyukseskan rencana. "Berhasil dong, Bun rencananya" ucap Mila tersenyum ke arah Lia."

Dengan langkah ragu Bian berjalan menuju panggung. Wajah yang tadinya menyorot luka telah berganti dengan sorot bahagia.

"Akhirnya kalian sudah resmi bertunangan" ujar Pembawa Acara setelah Zea berhasil memasangkan cincin sesudah Bian selesai memasangkannya juga.

"Ini.. gak mimpi, kan?" gumam Bian mengerjap masih tak percaya bahwa mereka telah resmi bertunangan. Dari tadi juga netranya sudah terpaku ke arah Zea yang terlihat lebih cantik hari ini.

"Zea, tolong cubitin" pinta Bian.

Zea menurut dan mencubit pinggang Bian dengan kerasnya, membuat sang empu meringis lalu sedetik kemudian melotot tak percaya.

Dalam hati Zea menggerutu. "Ini kapan dipeluknya sih, Om Bian kagetnya lama amat"

Zea berdecak, "ah lama!" ia langsung memeluk Bian dengan eratnya.

Karna pelukan Zea yang tiba-tiba, membuat Bian tersadar dari lamunannya. Sedetik kemudian senyumnya merekah. Dengan sayang Bian mengecup kepala Zea, ia semakin mengeratkan lengan kekarnya yang melingkar dipinggang Zea.

"Kyaaa! Manis banget! Gak nyesel gue berangkat pagi-pagi kesini. Asli, sih dikemasnya epic sekali epribadih!" pekik tamu undangan, menggigit kukunya gemas.

"Zea nya cantik, cowoknya guanteeeng. Arghhh, Mamak! Pengen di prank jodoh gitu juga!"

"Nah, iya. Yang seperti itu Tuhan" lirihnya menunjuk ke arah Bian.

Celotehan teman-teman Zea meriuhkan acara, membuatnya nampak lebih ramai.

***

Semua keluarga dari pihak yang terkait dalam rencana prank ini tengah berkumpul di meja panjang.

"So, apa?" tanya Bian meminta penjelasan.

My Love Story With UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang