Tengah malam, gadis dengan setelan baju tidur hello kitty itu terbangun karna tenggorokan nya terasa kering. Dia menghela nafas, mau tidak mau harus kebawah untuk menuntaskan rasa hausnya. Melihat keadaan dapur yang temaram, juga suasana yang tak biasa. Zea menggigit bibirnya seraya mengusap tangannya. Nyalinya menciut tapi mencoba memberanikan diri untuk menghidupkan lampu.
Zea memicing kearah sudut ruangan dekat kamar mandi dapur. Apa itu? Kain putih seperti melambai tertiup angin. ada yang janggal, angin dari mana coba? Dia sendiri saja tidak merasakan angin.
Perlahan dengan secuil keberanian kaki nya melangkah mendekat. Dengan jantung yang memompa cepat serta keringat dingin yang mulai merambati sekujur tubuh Zea terus melangkah.
Deg!
Angin berhembus seperti membisik ditelinganya. Zea memejamkan matanya kuat. Dalam hati ia berdo'a agar jangan lagi melihat sesosok makhluk menyeramkan. Zea sudah tak tahan lagi untuk tidak teriak ketika merasa ada sepasang tangan yang memegang kedua bahunya.
"Aaaa Tolong jangan ganggu gue please!" Pekik Zea memenuhi ruangan.
"Heyy kenapa, hm?" Suara Bian Membuat Zea menghela napas lega. Tapi merasa ada yang janggal kenapa Bian terlihat seperti pucat sekali, sakitkah?
Bian membawa Zea untuk duduk kursi makan lalu mengulurkan air putih yang langsung diterima oleh tangan gemetaran Zea. "Thanks Om, gue kaget banget tadi. Lo jail banget tau gak!" Dumel Zea kesal.
Bian hanya tersenyum kecil. Lalu pamit untuk ke kamar mandi dekat dapur.
Zea menunduk melihat gelas yang berisi air, pikirannya terus beradu menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang tak pasti. Kenapa sikap Bian berbeda? apa dia marah karna bagian martabaknya diambil olehnya?
"Zea!"
Merasa ada suara diantara keheningan, Zea mendongak lalu mengernyit ketika melihat Bian menghampirinya dari arah luar. Bukannya kamar mandi itu berada dipojok dapur? Tuh kan benar Zea merasa ada yang janggal tadi.
"Om bukannya barusan kekamar mandi, ya?" Tanya Zea ingin meyakinkan berharap pikirannya salah. Bian mengernyit mendengar pertanyaan aneh Zea.
"Siapa yang dari kamar mandi? Gue dari kamar, kok"
"Jelas-jelas lo yang ngasih minum ini tadi" balas Zea seraya mengangkat gelas.
"Lo ngigau kali" bantah Bian lalu mengambil air dalam kulkas. "Yaudah, gue balik kamar lagi ya"
Asli Zea dibuat panas dingin mendengar pernyataan Bian. "Kalau bukan Om Bian terus siapa dong?" Gumamnya.
"Itu gue"
Zea secepat kilat melirik ke asal suara, ia membelalakan matanya ketika melihat sesosok gadis pucat tiba-tiba duduk di samping kursinya. Sosok itu seperti seumurannya tapi terlihat lebih dewasa dan pakaiannya pun seperti manusia pada umumnya. Jantung Zea berdegup kencang. Ia ingin berteriak dan lari dari sana tapi suaranya seperti tertelan.
"Lo gak usah takut. Gue gak niat jahat, kok. Gue malah mau minta bantuan lo"
Dengan secuil keberanian Zea menggeser kursinya untuk sedikit menjauh. "Gu- gue bukan indigo. Kenapa gue bisa liat lo!"
"Karna lo dipercayakan buat bisa liat gue. Cuman lo yang bisa menyelesaikan apa yang terlibat antara gue dan temen gue"
"Apa hubungannya sama gue. Itu kan masalah lo bukan gue!" seru Zea. Ia tak mengerti kenapa dirinya dibawa-bawa oleh hantu itu.
"Semuanya nanti akan berhubungan sama lo. Dan gue rasa, cuman lo cewek yang dibedakan sama Bian" papar hantu itu seraya tersenyum kecil. Zea mengernyit bingung, kenapa sekarang Bian juga ikut terbawa? Melihat raut kebingungan Zea. Hantu itu kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story With Uncle
ComédieCinta tak harus memiliki? Omong kosong. Nyatanya hati kecilmu menginginkan untuk bisa memilikinya. Itulah yang dirasakan Zea Fahreya, gadis yang terjebak dengan perasaan cinta yang salah terhadap Omnya. Lalu, bagaimana ketika takdir mempersatukan me...