42 | kamu nanyeea

606 47 3
                                    

Hal paling nekat yang Zea lakukan sampai membuat orang rumah kalang kabut adalah kabur seorang diri bahkan ketika rok wajib yang ia pakai setiap hari senin saja masih berwarna biru tua.

Gadis itu sedikit terinspirasi dari serial FTV yang pernah ditontonnya, dimana katanya kabur adalah pilihan terbaik agar tahu sejauh mana kepedulian orang di sekitarnya.

Jelasnya anak itu sedang caper. Ibunya mewajarkan, karna mungkin dia kesal melihat kedua orang tuanya sibuk bekerja.

Padahal jelas alasannya adalah dia patah hati di ceramahi karna tidak mau minum obat, yang sebenarnya tidak masalah kalau saja nyonya rongrang alias ibunda Mila agung tidak nyerocos panjang lebar di teras rumah, yang mana di saksikan oleh tetangga gantengnya!

Ya malu lah. Ini tuh sakitnya aib banget!

Sakit incok woy. Gara-gara suka ngeyel ikut Bu rete kesawah.

"Masa lalu emang bikin terharu plus malu-maluin ya." celetukan dari Raga menyadarkan lamunan resenya. Kalau saja cowok itu tahu kalau dia ikut serta dalam salah satu alasan kaburnya, pasti Zea sudah di ejak habis-habisan dari dulu.

"Iya.. Terharu banget, malah! sampe mama juga dulu mau pesenin medali tropi buat nyambut Kak Raga yang udah berhasil nemuin aku!" Zea beranjak dari acara memberi ikan di kolam tepi taman.

Raga sedikit tergelak seraya ikut beranjak dan menepuk pelan kepala Zea, "mungkin gak, sih, setelah yang ini saya beneran dikasih medali sama Tante Mila."

Sebelum menjawab Zea mendongak, menyipit sinis dengan bibir mengerucut tengil, "kamu nanyeaa? Kamu bertanyea tanyea?"

Sontak muka Raga berubah sepet, menatap punggung kecil Zea menjauh di iringi suara ngakak bocah itu.

"Dih! Semua orang udah terkontaminasi virus cepmek!" keluhnya sambil mengingat bahwa temannya juga akhir-akhir ini sering menyerukan kata itu.

Dan benar saja terdengar suara ngakak tak jauh dari tempatnya berdiri, Gala ada disana dan mungkin menyaksikannya juga. "Kamu ngabruueet? Kamu terkabruet-kabruuet hah?"

"Anj--" Raga menjeda kalimatnya, lalu menghela nafas, mengusap dada. "Dosen ga boleh ngomong kasar."

***

"Bian.. semua orang juga ngerti, disini kamu pihak yang paling mengenaskan. Udah mah ga jadi nikah, kehilangan calon aten, penampilan berubah jadi kek Mampang jalan raya, lagi." ucap Mila prihatin.

"..."

"Tapi plis inimah kasep, ulah belegug amat atuh! Segala si Raga kamu tuduh ngumpetin Zea! Dia itu anak baik." sahutnya lagi, membuat Bian merasa makin kesal pada Dosennya yang selalu di bela itu.

Bian menatap melas Bundanya mengadu karna telah di nistakan kakaknya sendiri, "Bun.. Kak Mila, tuh."

"Udah lah sini makan. Kamu udah jadi cungkring gitu butuh asupan gizi." dengus Lia memberikan mangkuk untuk diletakan Mila ke meja makan.

"Aku gak butuh asupan gizi, aku butuhnya asupan ayang."

"alah siah, boy," tiba-tiba suara tawa khas bapack-bapack menguar dari arah tangga. Dilihatnya Renal turun menemui mereka

"Kenapa lagi dia, Bun?" tanya Renal pada mertuanya.

Bukannya menjawab, Lia langsung menoleh pada si bungsu, "tuh omongin ke Abangmu palingan ikutan di hujat."

My Love Story With UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang