- dualima -

53 4 0
                                    

"Ah anjir repot banget sih harus naik bis lagi. Nanti gini-gini nyampe sana bang Jevi pindah lagi nih."

Dara menggerutu sembari mendudukkan dirinya di kursi bis.

"Berisik. Ini kan lo yang mau. Lagian sebentar doang, kata abangnya palingan cuma dua jam udah sampe."

"Ya tetep aja pusing. Mabok anjir lama-lama ada di bis."

"Muntah tinggal muntah, kan udah bawa kresek. Gue nggak bakalan jijik kali Ra."

Dara diam, ia kemudian menyandarkan dirinya ke sandaran kursi, lantas entah bagaimana, sebuah ingatan lama tiba-tiba hadir di pikirannya.

"Lo inget nggak sih Jev dulu gue sering ingusan?"

"Hm."

"Terus gue jorok, elap ingusnya pake baju."

"Emang lo jorok."

Dara kemudian tertawa. "Kalo diinget-inget malu-maluin anjir."

Jev kemudian terkekeh pelan. "Iya ya. Gue juga dulu kayaknya pernah deh, ingusan terus gue malah elap di bajunya Jevian."

"Terus bang Jevi marah dong?"

"Iya katanya gue jorok, terus dia ngadu ke bunda."

"Terus gimana?"

"Yaudah bunda marah, gue sama Jevi disuruh ganti baju, tapi abis itu Jevian nggak mau main lagi sama gue sampe besok."

Dara tertawa. "Itu gue udah ada belom?"

"Belom, lo masih di perut bunda."

Tawa Dara kemudian memelan. "Gue dulu pas bayi gimana sih Jev?" dan topik obrolan lantas berlanjut tanpa alasan.

"Ya kecil."

"Iya maksudnya gimana gitu, rewel apa gimana gitu."

"Iya cengeng. Udah gitu tidur mulu."

"Ya namanya juga bayi."

"Dulu Jevian kalo tidur maunya sama lo. Lo harus di sebelah dia sama bunda. Terus kepala lo sering dielus-elus. Sayang banget dia sama lo."

"Emang iya?"

"Iya, kalo lo nangis dikit langsung digodain pake boneka-boneka. Kalo bunda lagi beres-beres juga dia yang jagain lo, pegangin botol susu sambil nonton Ninja Hatori."

Percayalah, Jevan berbohong. Yang dia ceritakan pada Dara, adalah dirinya sendiri. Bukan Jevian.

"Terus lo kemana?"

"Gue mah main. Sepedahan, main layangan."

Dara diam sejenak, lalu tertawa kecil. "Oh gitu ya."

Dara awalnya percaya omongan Jev, sampai kemudian jawaban dari Jev sendiri yang membuat Dara berpikir bahwa Jev berbohong. Dara tau, yang Jev ceritakan adalah dirinya sendiri dan bukan Jevian. Sederhana, bagaimana mungkin Jevan tau segalanya sedetail itu ketika dirinya hanya pergi main dan tidak dirumah?

Dara tidak sebodoh itu.

Ia paham bahwa Jev memang menyayangi dirinya, dan ia juga paham bahwa Jev terlalu malu mengakui itu.

[  j e v a n d a r a ]

"Udah sampe nih?"

"Ya udah lah, makanya kita turun."

Jev berjalan di belakang Dara untuk memastikan tiap langkah adiknya itu aman terkendali dan tidak jatuh.

"Suwun ya bang," kata Jev pada sang sopir.

Jevandara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang