- tigapuluh -

71 6 0
                                    

Jevan itu anak yang baik, laki-laki yang kuat, manusia yang hebat, dan seorang kakak yang pemaaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jevan itu anak yang baik, laki-laki yang kuat, manusia yang hebat, dan seorang kakak yang pemaaf.

Bahkan untuk adik sebrengsek gue.

- Jevian -


"Lo yakin nggak mau dianter sampe terminal?" tanya Jevian.

"Nggak usah gue bisa sendiri. Nanti juga takutnya lo ada telpon tiba-tiba dari kantor kan repot."

Jevian lantas mengangguk-angguk. "Yaudah kalo gitu dianter pak Maman ya?"

"Nggak usah, Yan. Udah gue sendiri aja."

"Ya tapi kan mendingan di anter Jev, nanti juga pak Maman bisa tungguin sampe bis lo jalan."

Jevan tersenyum, terenyuh dengan rasa khawatir itu. "Gue sendiri aja, Jevian."

Lantas kemudian Jevian diam.

"Abang nggak mau nginep di sini dulu aja?" tanya Dara.

"Enggak Ra. Abang tugas kuliahnya masih banyak, takut nggak kekejar."

Jevan kemudian menggemblok tasnya ke salah satu pundak dan kemudian bangkit. Lantas Jevian, Dara, dan juga Alma ikut mengantar sampai depan pintu.

"Hati-hati Jev. Kalo udah sampe Jakarta kabarin gue ya," pinta Jevian. "Salam juga buat ayah."

Jevan terkekeh. "Ogah. Lo sampein sendiri salam lo. Pulang." Dan Jevian ikut tertawa.

"Yaudah ya gue jalan, jagain Dara baik-baik. Dara juga ya, di sini jangan bandel, kalo ada apa-apa langsung bilang bang Jevi, jangan diem aja," kata Jevan.

Dara dan Jevian mengangguk, lalu tak lama kemudian Jevan balik badan setelah melempar senyum hangat pada mereka semua. Ia melambai, lalu kemudian berjalan pergi.

Jevian, Alma, dan juga Dara hanya bisa memandang punggung itu semakin mengecil karena semakin jauh.

"ABANG!"

Jevan menoleh ke belakang dan mendapati Dara berlari dengan telanjang kaki ke arahnya. Lalu...

Buk!

Dara hambur memeluk Jevan tanpa permisi. Erat. Sangat erat sampai-sampai mungkin kini Dara bisa mendengar degup jantung Jevan amat sangat kencang bunyinya.

"Makasih," kata Dara dalam dekapannya, lalu ia melepas itu dan memandang wajah Jevan. "Abang hati-hati. Di Jakarta jangan kelayapan terus, makan yang bener bang, tidur juga harus cukup, jangan ngerokok sama mabok mulu ya, nanti kalo udah sampe rumah abang harus telpon Dara kalo nggak bang Jevi," pinta Dara dalam air matanya yang terjun bebas menuju pipi.

Jevan menghapus air mata itu. "Jangan nangis. Dara di sini juga baik-baik ya."

Dara mengangguk, lalu memeluk Jevan sekali lagi. "Dara sayang abang."

Jevandara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang