- sebelas -

72 6 0
                                    

Satu-satunya hal paling sakit bagi seorang kakak ya cuma ketika sadar adiknya sudah dewasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu-satunya hal paling sakit bagi seorang kakak ya cuma ketika sadar adiknya sudah dewasa.

- Jevan -

Seperti biasa, Jev lagi-lagi pulang malam, kali ini ia membawa dua porsi big mac, tiga french fries, dua buah cola ukuran large, dan dua porsi nasi plus ayam.

Hari ini ia benar-benar lelah, tubuhnya seperti akan remuk sebentar lagi. Tugas kuliahnya banyak, ditambah tadi kafe begitu ramai sampai-sampai ia keteteran dan tak jarang salah kasih pesanan hingga untuk pertama kalinya ia ditegur oleh si pemilik kafe. Tidak dimarahi memang, tapi tetap saja itu membuatnya tak enak hati. Ngojeknya tadi juga tidak berjalan lancar, motor Hendra bannya sempat bocor dan perlu ditambal sampai dengan terpaksa ia harus cancel hingga dua penumpang. Ia juga tadi dapat orderan makanan fiktif, sudah beli mahal-mahal dengan uangnya yang ia hemat-hematkan, malah kena tipu. Dan makanan-makanan itu lah yang malam ini ia bawa pulang. Nggak apa-apa, lumayan bisa makan enak. Ia masih saja berusaha berpikir positif.

Clak

Baru saja Jev mau buka pintu kamar Dara, tapi si pemiliknya sudah lebih dulu keluar. Tatapan mata Dara begitu tajam, namun ada sorot kekecewaan sarat kesedihan di dalam sana.

"Lo tadi ngapain ke sekolah gua?! Teriak-teriak kayak orang kesetanan?!" bentak Dara.

Jev geming. "Gue cari si Saka Saka itu."

"Saka udah pindah sekolah, pergi keluar kota! Lo nggak bakal bisa cari dia!" Mata Dara nampak berkaca-kaca. "Lo tolol banget sih segala ke sekolahan gue kayak tadi!"

"Pindah keluar kota? Nggak tanggung jawab ke lo gitu?"

Dara diam, matanya kian memanas. "Goblok! Lo tuh jadi omongan semua temen-temen gue! Gue sampe dipanggil wali kelas gue karena kelakuan lo! Anjing! Udah gede nggak punya otak!"

Jev diam, membiarkan adiknya memaki dirinya.

Jev memandang Dara dengan tatapan kosong, dilihatnya mata gadis itu sudah berkaca-kaca, nampak ingin buru-buru menangis tapi susah payah ia tahan.

Diam-diam Jev juga merasa bersalah. Ia akui ia kelepasan tadi, ia begitu tersulut emosi ketika pihak sekolah Dara mengatakan bahwa sudah tak tau apa-apa lagi soal murid bernama Saka tersebut. Alhasil Jev sendiri yang maju, ia menghampiri kelas Dara, ia tau kelas adiknya itu karena pengambilan rapot semester lalu di mana Dara menempati peringkat satu dan dibangga-banggakan oleh wali kelasnya. Namun usaha Jev tak membuahkan apa-apa kecuali rasa kecewa dari sang adik.

Maaf, Ra...

Hatinya berucap, tapi bibirnya kelu setengah mati. Ia bahkan tak punya tenaga untuk menampar gadis itu karena ucapannya terlampau tidak sopan. Andai saja ia berani bersikap seperti Hendra kepada Salsa, ia pasti akan melakukannya. Menyentil bibir itu dan menasihati dengan sedikit bumbu candaan. Tapi nihil, yang ada di antara mereka hanyalah kebencian.

Jevandara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang