Jam tiga sore.
Jev sudah pulang ke rumahnya. Ia sengaja tak ngojek hari ini, agar waktunya bersama Dara bisa berjalan lebih lama.
Laki-laki tampan dengan flanel hitam merah itu berjalan memasuki rumahnya, melepas sepatunya dan meletakkannya di rak, lalu perlahan menghampiri kamar Dara dengan sekantung plastik putih sebuah kotak yang isinya kue.
Clak
Seperti biasa, Jev langsung membuka pintu kamar itu. Namun, tak seperti biasa. Kali ini Dara tidak ada di kamarnya.
"Ra?"
Tak ada jawaban.
"Lo dimana, Ra?" teriak Jev ke seisi rumah.
Masih tak ada jawaban. Dengan cepat, Jev pun memeriksa seluruh ruangan. Kamarnya, bekas kamar bunda dan ayah, dan dapur. Gadis itu tetap tidak ada. Hingga kemudian Jev menghampiri kamar mandi, pasti Dara ada di dalam.
Tok Tok Tok
"Ra? Di dalem lo?" kata Jev.
Tak ada jawaban.
Mungkin Dara sedang buang air kecil atau air besar. Dan mengingat bagaimana tak banyak omongnya gadis itu, maka Dara tidak mau jawab. Begitu pikir Jev.
Alhasil Jev menunggu di luar pintu, mengetuknya berkali-kali dan menyentuh knop yang ternyata di kunci. Berarti Dara ada di dalam.
"Ra? Lama banget si."
Sudah hampir sepuluh menit Jev berdiri, tak ada reaksi apa-apa dari dalam. Bahkan sekedar suara keran air yang dibuka, Jev tidak mendengarnya.
Ia mulai panik, ia mengetuk lebih cepat, menggedor-gedor pintu itu demi setidaknya sebuah jawaban. Tapi nihil, masih saja sama. Hingga akhirnya...
Brak
Mau tak mau Jev mendobrak pintu itu dengan tubuhnya sendiri. Benar Dara ada di dalam sana. Di lantai tepatnya, tersungkur lemas dengan mata terpejam dan darah yang bersumber dari mulutnya,
dan juga kehormatannya.
"DARA!"
Jev betulan panik, ia langsung menggendong tubuh kecil itu dengan kedua tangannya yang di tangan kanannya masih saja menggenggam plastik kue yang ia bawa. Jev berlarian keluar rumah, meminta tolong pada siapa saja yang ia temui di sekitaran daerah rumahnya.
"E ya Allah, Jep. Itu kenapa si Dara pingsan?!" tanya seorang ibu-ibu yang lagi menyuapi anak balitanya makan.
"Bu, tolong saya, bu. Dara tiba-tiba pingsan pas saya pulang," kata Jev ketar-ketir.
Sejenak, Jev dan Dara langsung jadi tontonan para tetangganya. Sebagian tetangga yang dominan ibu-ibu malah berisik dan heboh sendiri melihat keadaan Dara yang mulutnya mengeluarkan darah.
"Pak! Bapak! Buruan kesini!" teriak ibu-ibu yang sedang menyuapi anaknya tadi pada sebuah angkot biru yang baru datang.
Supir angkot itu suaminya yang sepertinya baru pulang narik. Beliau yang tak tau apa-apa lantas memandang istrinya dengan kebingungan.
"Puter balik, pak! Ini anterin si Jep sama Dara ke rumah sakit sana. Si Dara sakit itu sampe pingsan," kata si ibu yang juga kelihatan cemas.
Mas Bagol --begitu para tetangga memanggil supir angkot tersebut-- melihat ke arah Jev yang menggendong Dara dengan raut wajah panik.
"Lah itu si Dara kenapa, Mak?" tanya mas Bagol pada istrinya.
"Halah mboh, pak! Udah buruan sampeyan anterin ke rumah sakit, nanti si Dara kenapa-napa!"
![](https://img.wattpad.com/cover/202018505-288-k748041.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevandara
FanfictionAdara Aleandra, remaja pembuat onar yang menikmati kehidupan dalam ruang lingkup pergaulan bebas, bernafas setiap detik dengan satu tekanan batin yang selama tujuh belas tahun terakhir ia sebut Jevan.