- limabelas -

65 7 0
                                    

Satu-satunya hal terbaik yang bisa gue lakuin, ya cuma kata maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu-satunya hal terbaik yang bisa gue lakuin, ya cuma kata maaf.

- Dara -

19.00 WIB

"Kenapa kok digugurin?"

Dara diam ketika Jev tanya begitu.

Ia sudah sadar kini, dan sudah tidak berada di ruang intensif melainkan bangsal biasa. Dokter bilang ada pendarahan hebat dari rahimnya yang disebabkan oleh konsumsi pil aborsi dalam jumlah yang bisa dibilang over dosis. Dokter bahkan sampai mengatakan, 'untung kamu bawa cepet, kalo telat dikit saya nggak tau deh adek kamu bakal selamat atau nggak.'

Dara kini baik-baik saja, hanya masih nampak lemas sedikit. Lalu bagaimana dengan bayinya? Sudah mati.

"Ya emangnya lo pikir siapa yang mau tanggung jawab kalo anak itu tetep gue lahirin?" tanya Dara pelan, takut pasien di kanan kirinya yang hanya disekat oleh gorden mendengar.

Jev diam, menyetujui ucapan adiknya. Jika tetap dibiarkan lahir, lantas bayi itu mau hidup bagaimana, Jev dan Dara saja sudah kesusahan sejauh ini.

"Lo juga. Ngapain sih segala nolongin gue? Biarin gue mati aja aturan," kata Dara ketus.

"Goblok."

Dara diam, ia yang sedari tadi sudah duduk bersandar pada ranjangnya pun melirik ke arah nakas, di mana ia melihat sebuah plastik putih di atas situ.

"Ini apaan?" kata Dara, lalu langsung membukanya bahkan ketika Jev belum menjawab.

Jev hanya diam, tak tau mau bicara apa soal kue itu karena keadaan ini jauh sekali dari ekspetasinya. Sementara Dara dengan santai mengeluarkan isi dari plastik tersebut. Sebuah kotak yang juga berwarna putih, nampak seperti kotak nasi Padang atau kotak nasi besek yang biasa didapatkan dari pengajian. Namun sedikit lebih besar.

"Kue? Punya lo?" tanya Dara setelah membuka penutup kotak itu.

Jev mengangguk. Ia memperhatikan Dara yang mencomoti stoberi itu. Pasti dia bakalan lebih suka kalo kuenya masih bagus. Begitu batinnya.

"Kok berantakan gini sih?" tanya Dara sambil memakan buah stroberi itu.

"Iya tadi jatoh." Bohong.

"Ini beli di mana?"

"Bikin."

"Oh."

Sejenak, perbincangan mereka berhenti sampai situ, dan Dara masih dengan santai menikmati kue tersebut yang kini ia cuil-cuil bagian bolunya.

Jev berusaha untuk menahan senyumannya. Sepertinya Dara suka kue itu, terlihat dari reaksinya yang begitu menikmati.

"Selamat ulang tahun."

Jevandara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang