Abang capek, Ra. Cuma abang nggak tau istirahatnya harus gimana.
- Jevan -
•
•Clak.
Pintu dibuka.
Bukannya sapaan yang diucapkan, Jevan justru terdiam membisu. Senyumannya memudar, wajahnya datar dan bibirnya kelu.
"Jev?"
"Alma?"
Jevan sudah tau bahwa ia memang akan bertemu Alma di sini. Tapi mendapati gadis itu menjadi orang pertama yang benar-benar ia lihat di tempat tujuannya ini, membuat Jevan kaku setengah mati. Lebih tepatnya, rindu setengah mati.
Dan percayalah, sejujurnya Jevan tak pernah siap untuk ini.
"Jevian ada?" tanya Jev tanpa basa-basi.
Alma yang sepertinya juga agak terkejut dengan kehadiran Jevan pun mengangguk canggung. "Ada di dalem," jawabnya, lalu ia diam sebentar. "Ayo masuk."
Jevan masih saja diam karena ia masih benar-benar belum sanggup, sampai kemudian Dara mencairkan suasana dan menegur Alma lantas salim pada gadis itu dan kemudian masuk lebih dulu seperti rumah sendiri, lalu kemudian Jevan mengikuti.
"Ada siapa sayang?"
Terdengar suara Jevian menegur seperti itu pada Alma. Dan Alma tak menjawab, karena Dara lebih dulu berteriak girang ketika sampai di ruang tamu dan melihat kakaknya di sana.
"ABANG!"
Demi Tuhan, Jevan kesakitan mendengar Dara kegirangan bertemu Jevian seperti itu.
"Dara?" Jevian ikut kaget, lalu ia tersenyum cerah. "Jevan?" ia kemudian beralih melihat saudara kembarnya.
Jevian bangkit dari duduknya di atas lantai ruang tamu dengan karpet bulu-bulu yang halus, lalu menghampiri kakak dan adiknya itu lantas memeluknya.
"Maaf gue belom sempet ke Jakarta. Lo tau gue di sini dari mana?" kata Jevian.
"Dari Pak Yono," jawab Jevan.
"Pak Yono?" Jevian berpikir sejenak. "Oh Pak Yono, yang sekarang tinggal di rumah lama gue di Bantul ya," katanya, dan Jevan mengangguk. "Dapet salam dari Pak Yono," kata Jevan lagi.
"Iya, waalaikum salam," balas Jevian. "Sini duduk," Jevian lalu berjalan dan mengarahkan keduanya untuk duduk di sofa ruang tamu tersebut.
"Mbak! Mbak Sri!" kemudian Jevian kelihatan memanggil seseorang, dan seorang wanita dari sudut rumah lain lantas datang menghampiri Jevian. "Bikinin minum mbak, sama bawa-bawain cemilan ke sini ya," perintahnya. Bisa ditebak, ini pasti ART nya Jevian.
Selepas Mbak Sri itu pergi untuk melaksanakan perintah, maka Jevian menyruh Jevan dan Dara duduk di sofa. Mereka berjalan mendekat ke arah sofa, lalu kemudian dua-duanya sama-sama tercengang karena ada seorang bayi mungil yang terlelap di atas troli di ruang tengah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevandara
Hayran KurguAdara Aleandra, remaja pembuat onar yang menikmati kehidupan dalam ruang lingkup pergaulan bebas, bernafas setiap detik dengan satu tekanan batin yang selama tujuh belas tahun terakhir ia sebut Jevan.