"Kekuatan tidak berasal dari kemenangan, tapi perjuangan."
- Arnold Schwarzenegger"Selamat pagi, anak-anak." sapa Bu Afia, guru Bahasa Indonesia yang bertubuh gendut dan berwajah ramah. Tapi jangan salah, beliau bisa terlihat seram saat marah! Sepertinya Bu Afia menjabat sebagai Wali Kelas untuk XII IPA 7 kali ini.
"Selamat pagi, Bu," balas seluruh siswa.
Aku melihat mereka semua buru-buru duduk di bangku masing-masing. Seperti biasa, raut wajah siswa-siswa di sini terlihat sangat kecewa saat guru masuk ke dalam kelas. Sudah dipastikan jika sebagian siswa di sini tidak menyukai kegiatan belajar-mengajar, dan hanya menjadikan sekolah sebagai formalitas agar tidak dikucilkan masyarakat.
"Kaivan kok belum datang ya?" gumam Rosa mulai resah.
"Mungkin dia lagi di jalan," balasku.
Tapi sahabatku itu masih belum bisa tenang. Kedua mata bulat gadis itu terus menatap pintu kelas, menunggu.
"Baiklah, anak-anak. Berhubung hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah, kita akan membuat struktur pengurus kelas terlebih dahulu," jelas Bu Afia di depan kelas.
Bu Afia kemudian memeriksa nama-nama siswa pada daftar absensi kelas yang dibawanya. Aku berharap, aku tidak terpilih menjadi seorang bendahara lagi. Sebab, tahun lalu sudah membuatku begitu terbebani. Bagaimana aku bisa menagih uang ke anak-anak di kelas kalau berbicara pada mereka saja aku tidak bisa? Alhasil, aku harus menyisihkan uang sakuku untuk membayar atas nama mereka hingga jabatanku selesai.
"Bu, bagaimana jika kita melakukan voting saja?" ujar Rosa mengacungkan tangannya. Bu Afia tampak berpikir sebentar, lalu mengiakan saran dari Rosa.
Beberapa menit kemudian, muncul seorang laki-laki dari luar kelas.
"Kaivan!" Rosa mencubit pahaku dan berusaha sekuat tenaga agar tidak memekik dengan keras. Dia terlihat begitu antusias melihat pangerannya datang.
"Aduh sakit, Sa." keluhku sambil menyingkirkan tangannya.
Rosa tampak tidak peduli, kedua matanya masih terkunci pada seseorang yang berjalan dengan langkah santai, masuk ke dalam kelas.
Kaivan berjalan dengan ekspresi datar sambil membawa sebuah tas ransel hitam di tangan kirinya. Tubuhnya tinggi kurus, namun terlihat jelas di lengannya kalau ia sangat kuat. Yang paling menonjol dari kedatangannya adalah warna kulitnya. Terlalu putih untuk ukuran seorang laki-laki pada umumnya. Bibirnya pun mungil kemerahan. Perpaduan antara tampan dan sedikit cantik. Dan dia adalah pangeran di sekolah ini. Itu sebutan umum yang sering ku dengar tentangnya.
Aku bisa mendengar suara histeris tertahan dari siswi-siswi di kelasku di waktu yang bersamaan. Sudah kubilang, bukan hanya Rosa yang terpikat oleh Kaivan. Aku hanya mengernyit melihat tingkah mereka yang sebelas dua belas dengan Rosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Semicolon (Open Pre-Order)
Teen FictionLagi open PO sampai tanggal 19 September aja nih. Yuk peluk versi cetaknya https://shope.ee/6Kc3kHQaLm Sebuah semicolon digunakan saat seorang penulis sebenarnya bisa mengakhiri sebuah cerita, namun memutuskan untuk tidak melakukannya. Penulis itu a...