Akhirnya aku tiba di rumah setelah Pak Bambang berubah pikiran dan bisa menjemputku segera. Aku harus menyembunyikan perban di tanganku selama berada di rumah. Cukup mudah ... aku hanya perlu memakai jaket oversize milikku ke mana pun aku pergi, meskipun sebagian besar waktu kuhabiskan berkeliling di dalam rumah saja.
Seperti biasa, saat sore hari aku bermain game bersama Alex karena itu adalah satu-satunya aktivitas yang bisa menyatukanku dengannya sekaligus meningkatkan bonding persaudaraan yang selalu diimpikan oleh mama.
"Kak, mau main Motocross saja," pinta Alex sudah memilih gamenya di mesin Playstation 5 milik kami berdua. Aku membiarkannya. Lagi pula, aku selalu bisa diandalkan dalam urusan game, apa pun genre-nya.
Saat memilih model motornya, Alex nampaknya masih belum bisa move on dari motor Kaivan karena ia memilih model yang sama persis dengan motornya. Bahkan warnanya pun sama. Saat aku melihat penampilan pengendara motor yang sudah memakai helmnya berdiri di samping motor itu, entah mengapa aku membayangkannya sebagai Kaivan.
"Mirip Kak Kaivan ya, Kak?" Alex menyenggol tanganku.
Aku segera menepuk pipiku untuk menyadarkan diri. Apa aku baru saja memikirkannya?
"Masa sih mirip?" sanggahku pura-pura tidak setuju. Meskipun sebenarnya apa yang dikatakan oleh Alex ada benarnya juga.
"Kak, aku ubah nama orangnya nih!"
Di beberapa game, termasuk game Motocross itu, pengendara motor dan sekaligus motornya bisa diberikan nama sesuai yang kita inginkan. Dan Alex sudah tahu bagaimana cara melakukannya.
Aku masih belum mengeluarkan pendapatku saat Alex tiba-tiba sudah menuliskan nama Kaivan untuk pengendara itu. Meskipun begitu, aku tidak kesal, aku justru dibuat tertawa karena Alex mengejanya dengan ejaan yang salah. Bukan 'Kaivan' yang dia tulis, melainkan 'Chaivan'.
"Kenapa, Kak? Kak Bella suka ya sama Kak Kaivan?"
Aku langsung menghentikan tawaku saat Alex menanyakan sesuatu yang tidak terduga sekali lagi.
"Enggak lah! Ngapain? Alex masih kecil kok sudah tau suka-sukaan sih? Hayo, Kakak aduin ke Mama loh nanti!"
Alex tidak peduli dan hanya menjulurkan lidahnya padaku.
"Udah yuk main, Kak. Coba kalahin Kak Kaivan kalo Kakak bisa!"
🦋🦋🦋
Hanya duduk di atas sofa di depan layar televisi sambil bermain game saja sudah membuatku lelah. Aku kembali masuk ke kamar setelah makan malam bersama Alex berdua. Mama ada shift malam sementara papa masih belum kembali dari luar kota.
Alex sudah pergi ke tempat les bersama Mbak Lia, dan hari ini aku tidak punya jadwal untuk mendapatkan les. Hari libur!
Aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidurku yang empuk dan nyaman. Sepertinya Mbak Mina, asisten rumah tangga di rumah, baru saja ganti bed coverku dengan yang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Semicolon (Open Pre-Order)
Teen FictionLagi open PO sampai tanggal 19 September aja nih. Yuk peluk versi cetaknya https://shope.ee/6Kc3kHQaLm Sebuah semicolon digunakan saat seorang penulis sebenarnya bisa mengakhiri sebuah cerita, namun memutuskan untuk tidak melakukannya. Penulis itu a...