"Satu-satunya orang yang bisa menjatuhkan aku adalah aku sendiri. Tapi, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Tidak lagi."
-C. Joybell C.
Saat satu orang yang tak kukenal dekat menatapku dengan mata mereka, dengan tatapan yang aku tidak tahu apa artinya ... Satu saja ... Itu sudah cukup untuk membuatku gugup. Dan saat ini, banyak orang yang menatapku. Rasanya aku ingin menghilang saja.
"Apa lo lihat-lihat gue?! Lihat noh Kaivan sudah berani menyetop! Enggak kayak lo, pada nonton doang!" seru Rosa dengan suara lantang. Baginya, diperhatikan begitu banyak pasang mata justru menambah energi.
Aku tidak mau mengangkat kepalaku untuk melihat apa yang terjadi. Namun, tiba-tiba seseorang berjalan di celah antara aku dan Rosa. Menerjang begitu saja dengan kasar, membuatku terhuyung ke samping. Mataku refleks mengkhawatirkan Rosa, kulihat Rosa pun mengalami hal yang sama.
"Bacot banget sih lo! Enggak usah sok keras!"
Aku tahu siapa gadis itu. Namanya adalah Alfiani Dwi, biasa dipanggil Ani. Ia melipat kedua tangan di depan dada sambil menatap sinis ke arah Rosa melalui kedua mata sipitnya. Bibirnya mengerucut. Potongan rambutnya yang pendek bak anak laki-laki itu sangat cocok dengan sikapnya yang kasar.
Tiba-tiba kedua matanya bergerak cepat ke arahku. Aku segera membuang muka. Namun terlambat, sepertinya ia tahu kalau tatapan mataku sedang menilainya.
"Kenapa lo lihat gue kayak gitu?!" Dia mendorongku dengan kuat, namun aku hanya membalasnya dengan tatapan sinis. Dalam hati, aku berharap seseorang segera membawaku pergi dari tempat itu. Dan aku berharap, orang itu adalah Rosa.
"Ini ngapain cewek-cewek malah ikutan ribut, hei!"
Lucky tiba-tiba muncul dan merangkul pundakku. Aku melotot ke arahnya tapi ia bahkan tak menatapku saat melakukannya. Kulirik Ani yang juga terkejut dengan kemunculan Lucky, tapi yang lebih terkejut adalah Rosa. Ia menarikku dari Lucky lalu memelukku erat.
"Eh, enggak usah deket-deket Bella gue ya! Tangan kalian itu kotor! Jangan sentuh Bella gue!"
Ani kembali memaki Rosa dan Rosa pun membalas. Aku tidak tahu apa yang mereka ucapkan kepada satu sama lain karena tiba-tiba kepalaku terasa pusing. Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi kalimat yang keluar dari bibir keduanya itu terdengar seperti dengungan nyamuk di telingaku. Sangat tidak jelas.
"Cukup!"
Lalu satu suara yang berbeda membuat kesadaranku terseret kembali ke saat ini.
Kaivan berjalan dengan langkah ringan. Ia menarik tangan Ani lalu melempar tatapan matanya yang kesal dan penuh amarah ke Rosa dan aku. Ia tak mengucapkan apa pun lalu berbalik menatap ke arah Toni.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Semicolon (Open Pre-Order)
Genç KurguLagi open PO sampai tanggal 19 September aja nih. Yuk peluk versi cetaknya https://shope.ee/6Kc3kHQaLm Sebuah semicolon digunakan saat seorang penulis sebenarnya bisa mengakhiri sebuah cerita, namun memutuskan untuk tidak melakukannya. Penulis itu a...