1. Aku dan Sahabatku

953 118 135
                                    

Sudah baca sinopsisnya di halaman pertama?

Berarti sudah punya bayangan untuk cerita ini, bukan?

Kalau masih kurang, bisa ditonton untuk trailer cerita ini di bawah.




"Sebuah semicolon digunakan saat seorang penulis sebenarnya bisa mengakhiri sebuah cerita, namun memutuskan untuk tidak melakukannya. Penulis itu adalah kamu, dan cerita itu adalah hidupmu."
– Project Semicolon.


"Hari ini masuk sekolah kan?" tanya mama dengan suara tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini masuk sekolah kan?" tanya mama dengan suara tenang.

"Iya, Ma." jawabku sambil menunduk.

Pagi ini kami sarapan bersama dengan anggota keluarga yang lengkap. Melihat mama dan papa bersama denganku dan adikku, membuatku tak henti mengayunkan kedua kaki di bawah meja seperti anak kecil yang sangat bahagia. Sungguh sebuah momen yang sangat langka.

"Gimana nilai kamu? Jadi masuk kedokteran kan?" tanya mama sambil meletakkan garpu dan sendok di atas piringnya yang telah kosong. Kedua mata sayu itu menatapku lekat-lekat.

Aku mengangguk mantap. "Bagus, Ma. Bella pasti bisa tembus kedokteran UI."

"Bagus. Ingat, sudah kelas tiga. Jangan sampai ada yang mengganggu belajarmu. Jangan pacar-pacaran dulu."

Aku terkekeh kaku. "Mama tenang saja. Bella enggak bakal pacar-pacaran."

"Papa sudah selesai. Papa berangkat dulu ya!" Papa tiba-tiba sudah berdiri lalu pergi meninggalkan piring dan gelas kosongnya begitu saja. Aku bahkan belum sempat berbicara padanya.

"Mama juga. Ada satu operasi besar yang harus mama kerjakan pagi ini." Mama juga berdiri lalu ikut pergi menyusul papa.

Aku hanya bisa tercengang menatap kursi kosong di hadapanku. Dadaku terasa sesak. Aku bahkan belum menyelesaikan setengah sarapanku.

"Kak, nanti pulang jam berapa? Alex mau main game yang ada naganya itu."

Sebuah tangan mungil yang dingin menyentuh punggung tanganku. Aku menoleh, menatap adikku yang duduk di sebelahku. Dia terlihat baik-baik saja meski mama dan papa pergi begitu saja seperti biasanya. Dia sangat kuat. Seharusnya aku bisa lebih kuat darinya, bukan?

"Jam satu siang. Nanti kakak main game Spyro itu sama Alex ya? Sekarang habisin Koko Krunch-nya dulu. Nanti kalau enggak habis, Monic mati loh!" godaku sambil menepuk lembut kepala Alex dan mengusap rambutnya yang halus dan wangi. Ia sudah rapi dan siap berangkat ke sekolah. Mbak Lia, pengasuh Alex, sudah menunggu di dapur sambil menyiapkan bekal makan siang Alex. Setelah aku dan Alex selesai sarapan, kami berdua bergegas pergi ke sekolah. Aku diantar oleh Pak Bambang, supir pribadi keluargaku, dan Alex diantar oleh Mbak Lia.

My Semicolon (Open Pre-Order)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang