Terima kasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca, kawan!
Klik ikon bintang sebagai bentuk dukungan kalian kepada sang penulis. Saya ucapkan terima kasih.
Enjoy!-Han Shinwa
Tidak pernah terkirakan sama sekali oleh Chen Yang bahwa sahabatnya sendiri akan menikah dengan kakaknya, Chen Yang dan ibunya merasa bahagai dengan keadaan yang seperti itu, kemudian Chen Mo dan Irene memutuskan untuk menyewa rumah kecil yang berdekatan di mana Chen Yang dan ibunya tinggal. Keadaan menjadi tambah sulit ketika mereka memutuskan menikah, tapi sama sekali tidak mengurangi rasa cinta antara satu sama lain. Cinta mereka masih sama seperti pertama kali jatuh cinta.
Pekerjaan menjadi perancang busan kecil-kecilan tidaklah mampu menutupi biaya kehidupan yang cukup banyak, dan barang-barang serta bahan-bahan makanan melonjak naik harganya tahun ini, membuat mereka harus berhemat setiap harinya. Kabar dari ayahnya beserta saudara-saudaranya semakin memburuk, beberapa tetangganya mengabarkan itu kepada Irene untuk diberitahukan kepada Chen Mo. Ayahnya mengalami kerugian besar berjualan ayam mentah, Chen Ling putus sekolah tinggi, begitu juga Chen Wo yang kini hanya menjadi pengamen di sekitaran stasiun kereta atau pasar, lalu Chen Tsue yang hanya menjaga rumah.
Beberapa kali Chen Mo datang untuk melihat keadaan mereka, namun keadaan ayahnya tetap sama, dia sombong dan tidak mau menerima kedatangan Chen Mo. Bahkan bahan makanan yang dibawakan oleh Chen Mo ditolak begitu saja seperti sampah. Tidaklah bahan makanan itu dibawa lagi, melainkan ditinggalkan di depan pintu agar ayahnya atau saudara-saudaranya tetap mengambilnya.
Waktu terus berjalan, kini Chen Mo menjadi seorang penjahit sekaligus perancang busana terpercaya di distriknya, dia sangat dicari-cari oleh orang-orang karena sikapnya yang preofesionalitas, dan Bos Zhuo sangat senang akan hal itu. Meski bisu dan tuli, tidak menghalangi kemampuan murni dari Chen Mo. Namun suatu hari Chen Ling dan Chen Wo datang ke toko jahitnya dengan wajah merah padam, tidak berteriak, tidak pun marah-marah karena tahu Chen Mo tidak akan mendengarnya. Chen Ling hanya memberikan selembaran surat resmi, kemudian pergi begitu saja.
Bos Zhuo dan beberapa pegawai mendekati Chen Mo, Chen Mo membaca surat tersebut yang merupakan utang dari kolektor pinjaman. Bukan jumlah yang sangat kecil, makanya mereka meminta untuk dibayarkan oleh Chen Mo yang sudah dijuluki penjahit terhebat.
"Aku akan meminta ayahku untuk membayarkannya untukmu," tulis Irene, Chen Mo langsung menggerakan tangannya mengatakan tidak usah.
"Tidak perlu, aku akan mengumpulkan uangnya sendiri. Jangan mengatakan kepada mereka, aku akan tambah merasa terbebani nantinya," tulis Chen Mo. Mereka saling berpelukan, saling menguatkan diri. Irene sesungguhnya tahu bahwa suaminya itu mengalami kelelahan yang berat karena dirundung berbagai masalah setelah pernikahan mereka, namun Chen Mo selalu menunjukkan wajah baik-baik saja. Semakin terang cahayanya, maka semakin gelap bayangannya.
Akhir tahun tiba, udara dingin telah muncul, jika hendak keluar rumah orang-orang harus memakai mantel agar menjaga tubuh mereka tetap hangat. Irene keluar dari ruangan Dokter membawa surat yang dimasukkan ke dalam sebuah amplop putih dan membawanya pulang ke rumah. Menyiapkan sup hangat untuk makan malam ketika suaminya pulang.
Chen Mo pulang dengan kebahagiaan seperti biasanya setiap hari, utang selesai dibayarkan, mereka kembali dalam keadaan semula, lalu dengan perasaan yang sungguh mendebarkan Irene memberikan surat yang telah diberikan oleh Dokter kepadanya tadi. Surat pernyataan kehamilan. "Kehamilanku sudah berusia 2 minggu," tulis Irene. Senyum sumringah langsung timbul di wajah Chen Mo, perasaannya sungguh senang tiada terkira, mereka dipeluki perasaan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Moment
General Fiction(MOMEN TANPA SUARA) Chen Leung, di tangannya sebuah kamera mampu menangkap gambar mahakarya. Hidupnya tidaklah mudah dijalani, usah pikirkan. Kesedihan, penderitaan, kesunyian, air mata, dan kegelapan kerap kali datang. Namun, kebahagiaan, kesenanga...