Berhentilah

6 1 0
                                    

Terima kasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca, kawan!

Klik ikon bintang sebagai bentuk dukungan kalian kepada sang penulis. Saya ucapkan terima kasih. Enjoy!

-Han Shinwa


Duka dalam kehidupan Chen Mo terus bertambah hingga saat ini, dimulai dari ayahnya yang kini tidak lagi memiliki pekerjaan atau penghasilan, kemudian terlilit utang dengan jumlah yang sungguh tidak terkira. Hal itu akhirnya berdampak pada kehidupan saudara-saudaranya, salah satunya Chen Tsue. Memang seharusnya tidak harus menjadi beban pikiran Chen Mo, tapi tetap saja itu terus menghantui Chen Mo setiap detiknya.

Lalu kini, keadaan istrinya yang sudah divalidasi oleh dokter sangatlah buruk, perlu penanganan khusus oleh rumah sakit secara langsung. Dokter Lau berjalan mendekati Chen Mo, memberikan secarik kertas yang sudah berisikan tulisannya, "Pengobatan pada Istri Anda memerlukan klaim asuransi, Anda harus segera melakukan klaim untuk dapat melanjutkan pengobatannya. Sementara ini akan kami tangani, Tuan Chen, dimohonkan untuk mendapatkan bukti klaim."

Tidaklah mudah untuk melakukan ini pastinya karena sejak awal Chen Mo tidak pernah tahu apa-apa perihal asuransi, namun perlu pikir panjang apa, dia harus segera mengobati istrinya tersebut. Dengan sepeda butut miliknya, dia mengayuh berpuluh-puluh bahkan ratusan kilometer untuk menuju salah satu kantor asuransi terdekat.

"Aaa-aa, aaa?" Chen Mo hendak bertanya, ke mana dia harus membawa surat ini di kantor asuransi untuk mendapatkan klaim. Kepada salah satu petugas penjaga di sana, ia menuliskan pertanyaannya dalam secarik kertas.

Petugas itu memahami kondisi yang dimiliki oleh Chen Mo, seorang tunarungu dan tunawicara. Dibawanya segera menuju antrean untuk melakukan klaim asuransi, tapi sebelum itu Chen Mo diharuskan membayar sejumlah uang untuk melakukan klaim asuransi. Dengan keadaannya yang tidak membawa cukup uang, dia kembali mengayuh sepeda bututnya menuju kembali ke rumahnya. Meski melelahkan, setidaknya ini akan menghemat uang yang dia miliki.

Penuh keringat peluhnya, tidak peduli rasa lelahnya, yang ada dipikiran hanya tentang istrinya saat ini. Diambil sejumlah uang yang dia perlukan dari lemari pakaian, lekas beranjak kembali menggunakan sepeda menuju kantor asuransi untuk membayarkan uang guna melakukan klaim asuransi kesehatan.

Bagi golongan orang seperti Chen Mo, jumlah uang seperti ini tidaklah bisa dikatakan sedikit, bahkan perlu beberapa pekan untuk mampu mengumpulkan uangnya. Chen Mo cukup terkejut ketika melihat jumlahnya, tapi dia sendiri peduli apa. Sungguh menyulitkan untuk dirinya mampu melakukan klaim asuransi kesehatan seorang diri, kekurangan dalam dirinya memberinya keterbatasan pada dunia sekitar.


Berbagai hasil tangkapan gambar sudah ditampilkan dalam layar komputer yang tengah menyala di hadapan Chen Leung, tapi tetap saja tidak bisa disangkal bahwa pikirannya sedang tidak bersamanya, masih terbang bersamaan dengan Madelaine yang kini entah di mana keberadaannya.

"Sudahlah, tidak perlu dikhawatirkan ataupun dipikirkan, itu sama sekali tidak membantu!" Usaha Chen Leung dalam menyadarkan dirinya sendiri, meski begitu tetap saja bayang-bayang milik Madelaine jauh lebih melekat daripada dugaannya. "Kenapa tidak kau katakan sejak awal, jika aku mengetahuinya setidaknya kita bisa habiskan waktu yang tersisa untuk bersama, bukan untuk saling menjauh," gumam dirinya.

Sepiring berisi beberapa bakpau yang masih hangat mengeluarkan uapnya, disajikan untuk Chen Leung. "Bakpau kacang merah spesial buatan tanganku," ucap Wen Lai, "untukmu yang hari ini terlihat sangat kacau, sedang tenggelam dalam sebuah masalah, ya. Istirahatlah dulu, nanti dipikirkan kembali, bakpau ini akan membantumu." Sambungnya dengan tersenyum sumringah kepada Chen Leung.

Silent MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang