Terima kasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca, kawan!
Klik ikon bintang sebagai bentuk dukungan kalian kepada sang penulis. Saya ucapkan terima kasih. Enjoy!
-Han Shinwa
Setiap kali ada kesempatan untuk menyendiri, Chen Mo selalu duduk menatap langit seorang diri, di mana ia pertama kali berkencan dengan istrinya. Bukan untuk mengingatkannya mengenai masa-masa indah tersebut, tapi apabila dia kehilangan istrinya itu, pastinya terasa menyedihkan bahwa tiada lagi orang yang benar-benar memampukan diri untuk memahami dirinya. Mungkin masih terdapat anak-anaknya, namun tetap saja tidak ada yang bisa menyamaratakan keberadaan Irene sekalipun.
Keinginan untuk lahir dengan kekurangan seperti bukanlah kehendak Chen Mo, dia sendiri juga sangat berandai bahwasannya dirinya terlahir tanpa kekurangan apa pun, dia pasti berdoa setiap detiknya saban hari. Namun apa dikata jika Chen Mo terlahir penuh dengan kekurangan, bahkan kelebihannya tersebut tidaklah menjamin kehidupannya.
Hanya menjadi seorang penjahit terkenal di lingkungannya bukan cita-cita yang diharapkan oleh Chen Mo, ia tidak hanya ingin berhenti di satu titik tersebut, dirinya sangat menginginkan untuk menjadi seorang perancang busana terkenal di mana-mana. Kerap kali dia mengkhayalkan dirinya menjadi seorang perancang busana terkenal hingga dipakai pada acara fashion show di manca negara. Tersenyum saja, menyatakan bahwa angan-angan itu tidaklah dapat terwujud dengan keadaannya saat ini. Jikalau saja bisa, dia mungkin sudah bisa memberikan rumah yang nyaman untuk istri dan anak-anaknya, sudah mampu memberikan makanan-makanan mewah khas orang Barat seperti daging-dagingan atau pasta, dan dia juga pasti sudah memberikan banyak sekali baju-baju mahal yang berkualitas tinggi nun mewah kepada keluarganya.
Beberapa kali dia terus meminta maaf kepada dunia bahwa dirinya tidak mampu menjadikan apa yang seharusnya telah diekspektasikan, hanya ini yang terjadi. Meski tidak sepenuhnya Chen Mo menyesali ini, tapi tetap saja ketika dia melihat opera musik atau penampilan musik lainnya, dia ingin sekali bisa mendengar lantunan-lantunan nada tersebut dengan telinganya sendiri. Namun dia tidak bisa.
Tapi apa yang dituliskan oleh istrinya itu mengenai Chen Mo sendiri bukanlah sebuah kekecewaan ataupun penghinaan, melainkan pernyataan kebahagiaan. "Walau tidak sesempurna pria lain, tapi bagaimanapun dan apa pun yang terjadi, kesempurnaanmu itu selalu melekat dalam diriku. Apa kata orang, tidak pedulikan, kita hidup untuk saling memahami dan memaklumi. Itu adalah makna cinta di antara kita berdua, tidak perlu takut, usah risau, jangan gundah karena ini adalah kisah kita bukanlah kisah mereka. Lin Chen Mo akan selalu menjadi yang terbaik dalam hidupku." Begitu apa yang ditulis Irene untuknya. Selalu disimpan baik-baik, ditempelkannya di tembok sisi mesin jahitnya.
Seberapa sering Chen Mo merasa khawatir, pesan itu selalu membangkitkan dirinya kembali, tidak terhitung berapa kalinya yang jelas itu sangat ampuh.
Pun saat pertama kali Chen Leung terlahir di dunia ini, rengekan bayi mungil tersebut tak dapat didengarnya, hanya Irene yang pertama kali mendengarnya. "Anak itu menangis memanggil-manggil babanya yang sibuk ketakutan dipojok ruangan tadi." Tulis Irene, yang diceritakan oleh ayahnya mengenai Chen Mo yang ketakutan saat melihat ekspresi Irene ketika melahirkan. Tidak mampu mendengar, tapi perasaannya sangat peka, itulah Chen Mo.
Chen Mo tersipu malu karena semua orang tahu dan melihatnya saat ketakutan, meski begitu dia juga merasa senang dan lega melihat istrinya baik-baik saja pasca melahirkan. Anak itu digendongnya oleh Chen Mo, tenang tidak menangis sekalipun, dinyatakan sehat. "Seandainya Baba bisa berbicara, ingin sekali rasanya Baba ajak bicara saat ini juga, Nak. Namun, seperti inilah Baba." Ucap dalam sanubari Chen Mo. Bayi itu terus memandangi ayahnya dengan pandangan yang kabur, tapi sepertinya sama dengan apa yang dirasakan oleh Chen Mo, ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Moment
General Fiction(MOMEN TANPA SUARA) Chen Leung, di tangannya sebuah kamera mampu menangkap gambar mahakarya. Hidupnya tidaklah mudah dijalani, usah pikirkan. Kesedihan, penderitaan, kesunyian, air mata, dan kegelapan kerap kali datang. Namun, kebahagiaan, kesenanga...