Pengertian

7 3 0
                                    

Terima kasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca, kawan!

Klik ikon bintang sebagai bentuk dukungan kalian kepada sang penulis. Saya ucapkan terima kasih. Enjoy!

-Han Shinwa


Petang hari ini Chen Leung telah berjanji akan datang ke pameran lukisan yang diadakan oleh Madelaine. Tentu dia tidak datang seorang diri, dia mengajak Chow Mo Fai, Guan Ching, dan Ka-fai. Sejujurnya Madelaine sedikit keberatan jika Chen Leung mengajak temannya tersebut, tapi apa daya dia tidak ingin mengatakan itu dan meyakiti perasaan Chen Leung. Pameran ini dibuka untuk umum, sudah banyak orang memasukki galeri itu. Bersamaan dengan Chen Leung yang datang dengan teman-temannya."Sungguh hebat, ini semua milik Madelaine?" Puji Guan Ching yang benar-benar kagum setelah melihat di setiap sisi dinding selalu terdapat lukisan-lukisan indah yang mungkin hanya bisa dideskripsikan jika kita melihatnya sendiri.Di salah satu pilar yang terdapat di tengah ruangan yang luas, terdapat biografi yang menjelaskan siapa itu Madelaine. Madelaine Raime, putri sulung dari Carranor Raime dan Femme Felixis. Sungguh nama yang sulit untuk dilafalkan bagi Chen Leung yang hanya disebutkan Lin Liang Chen Mui atau Lin Chen Leung Mui.Dalam pilar itu juga menunjukkan beberapa foto masa kecil dari Madelaine, sungguh pameran yang hebat.Suara langkah kaki berderap begitu anggun menjalar ke seluruh isi ruangan yang luas, Madelaine datang menghampiri mereka, "Hai, selamat datang di galeriku. Semua ini bisa kalian nikmati keindahannya sesuka hati kalian. Dan kumohon, untuk tidak disentuh." Ucapnya.Mo Fai tersenyum kepada Madelaine yang kemudian dibalas dengan senyuman lagi."Kau datang menepati janjimu, Chen Leung," ujar Madelaine."Ya, lagipula hari ini aku tidak memiliki kesibukan apa pun," jika saja boleh jujur, sebenarnya dia meninggalkan pekerjaan sampingannya hari ini demi bisa memenuhi janjinya kepada Madelaine, "kau yang membuat semua lukisan ini?" Madelaine mengangguk."Ada satu lukisan yang sangat hebat ciptaanku, ingin kutunjukkan langsung kepada kalian," Madelaine langsung melangkahkan kakinya untuk menunjukkan jalannya menuju lukisan yang dirinya maksud.Di sisi ruangan lainnya, lukisan yang berukuran sangat besar terpampang jelas di dinding, yang diterangi oleh lampu sorot dari sudut belakang mereka. Abstrak, monokrom, dan polos. Tapi jika dilihat, Madelaine sangat menikmati lukisannya satu ini.Chen Leung tidak terlalu paham apa yang dirasakannya pada lukisan ini, bahkan teman-temannya saja tidak bisa memahaminya. Namun Chen Leung meyakini ada sesuatu pada Madelaine jika dia bisa menikmati lukisan yang satu ini. Bahkan, lukisan ini dibuat oleh tangannya sendiri."Yin-Yang, berbeda yang melengkapi. Tidak memiliki kejelasan dasar, tujuan berbeda, tidak berwujud tapi tidak berantakan. Sama seperti kacau namun tetap berjalan. Eleman yang kuberikan bisa dinamakan taman surgawi." Ujar Madelaine menjelaskan perihal lukisan tersebut. Di bawah bingkai lukisan itu tertulis nama lukisannya, After Go, After Parenting.Tidak ada yang mampu memahami makna dari lukisan tersebut, termasuk Chen Leung. Di saat semua berkeliling sebebasnya untuk mengambil beberapa foto, Chen Leung menghampiri Madelaine yang sedang seorang diri."Lukisannya sungguh hebat-hebat, aku tidak bisa menyangkal itu, kemampuanmu benar-benar luar biasa." Puji Chen Leung. Senyuman timbul dari bibir Madelaine.Suasana hening, "Kau membuat pameran ini seorang diri?" Tanya Chen Leung.Madelaine menggeleng, "Beberapa timku turut membantu, mereka bilang mungkin hal ini bisa menarik perhatian mereka, namun ternyata tetap saja hasilnya nihil."Chen Leung mengerutkan dahinya, "Perhatian siapa?""Ayah dan ibuku." Jawab Madelaine singkat.Disentuhnya pundak Chen Leung oleh Madelaine, "Kemeja yang sungguh sederhana, tubuh yang sangat hangat, serta perasaan yang tentram membawa kedamaian. Kau seperti memiliki segalanya untukku." Ini pertama kalinya dalam hidup Chen Leung, ada seorang wanita secantik dan sehebat Madelaine mengucapkan hal seperti itu kepadanya.Namun, seperti yang sudah disinggung, Chen Leung hanyalah anak yang berasal dari keluarga seorang penjahit. Dibandingkan dengan Madelaine yang memiliki segalanya, Chen Leung tidaklah setara. Membuat Chen Leung selalu berpikir dua kali jika hendak mendekati Madelaine.Madelaine menyenderkan kepalanya ke bahu Chen Leung, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, napasnya tergesa-gesa. "Tempat untuk bersandar, aku hanya perlu tempat untuk bersandar sementara waktu. Sekadar menikmati waktu yang berlalu bersamaan dengan momen yang tidak bisa terulang kembali." Emosional Madelaine perlahan masuk menuju hati Chen Leung.


Waktu berlalu dan malam telah tiba, Chen Leung berjalan kaki untuk pulang kembali ke rumah kakeknya. Tapi saat perjalanan pulang, tidak sengaja matanya melihat satu foto studio yang bersinar terang di antara toko-toko lainnya. Dihampiri studio foto tersebut. Dimasuki olehnya toko, bukan menjadi sebuh keheranan bagi Chen Leung terhadap sesuatu yang berbau kamera, fotografi.Seorang anak muda menghampiri Chen Leung, "Selamat datang, ada yang diperlukan seperti foto formal, foto kenangan, atau foto liburan? Kami menyediakan semua jasa tersebut." Suaranya sangat antusias, namun studio ini tampak sepi-sepi saja.Chen Leung menyatakan tujuannya mampir ke studio foto tersebut, anak muda itu memahaminya dan segera memanggil pemilik dari studio foto ini. Seorang kakek tua muncul dari balik tirai ruang sebelah mendekati Chen Leung. Wen Lai, kakek itu memperkenalkan dirinya. Chen Leung tidak masalah apa pun itu pekerjaannya, yang jelas dia ingin sekali untuk bekerja di studio foto ini dibanding bekerja di pasar.Melihat wajah muda penuh antusiasme, Wen Lai tidaklah mampu menolak Chen Leung begitu saja. Dia membawa Chen Leung ke salah satu ruangan yang hampir kedap dengan suara, ruang studio. Wen Lai meminta untuk Chen Leung menjelaskan ilmu dasar apa saja yang sudah dimilikinya tentang kamera. Tentu saja Chen Leung tidak begitu mengetahuinya karena dia sendiri tidak memiliki kamera, hanya sekadar tahu saja. Namun, hal itu tidak membuat Wen Lai langsung menolaknya, mungkin perlu waktu agar Chen Leung bisa belajar."Bawalah buku ini, pelajari setiap halnya." Ucap Wen Lai memberikan buku panduan mengenai kamera. "Selepas itu, kembalilah ke sini."Chen Leung tersenyum sumringah dan segera pergi dari sana.Memang perlu waktu yang lama sebenarnya untuk mempelajari sebuah kamera hanya dari sebuah buku, tapi itu buan perihal besar bagi Chen Leung yang saban harinya terus terikat kepada buku itu bahkan ketika sedang berjalan sekalipun. Kerap kali Chow Mo Fai menjadi tongkatnya untuk tetap menjaganya aman ketika sedang berjalan.Protes? Bagaimana bisa jika Chow Mo Fai juga tertarik dengan hal yang berbau kamera dan fotografi. Berbeda dengan dua teman lainnya Chen Leung, Chow Mo Fai satu ini sangatlah cocok jika berada dengan Chen Leung. Bagai kembaran yang tak dapat dipisah bahkan jika itu hanya satu detik.Melihat temannya yang antusias terhadap kamera, Chow Mo Fai meminta ayahnya langsung untuk membelikannya sebuah kamera. Chow Mo Fai sendiri tidak enggan meminjami Chen Leung kameranya itu, baginya belajar bersama mengenai suatu hal sangatlah menarik. Tentunya ini membuat mereka semakin semangat dalam mempelajari ilmu fotografi. Bahkan Guan Ching dan Ka-fai terlihat heran melihat mereka berdua yang perlahan menjadi anti-sosial sekali terhadap sekitarnya hanya karena sebuah kamera."Hei," panggil Chen Leung. Guan Ching dan Ka-fai mendekat, "Mari kita abadikan foto kita berempat bersama, aku rasa di sebelah sini lebih baik." Diletakkannya kamera itu dengan lensa yang mengarah ke mereka, dengan hitungan 10 detik, foto terabadikan.


Chen Leung hendak kembali ke studio foto yang beberapa pekan lalu ia kunjungi, ketika keluar dari gerbang sekolah, Mei memanggil Chen Leung. Sangat jarang terjadi, dan mungkin ini seperti kebetulan."Dua pekan lagi aku akan mengikuti pertunjukkan seni, maukah kau besok menemaniku latihan di auditorium? Aku akan memainkan pianoku dan membutuhkan seseorang." Ucapnya.Padahal banyak yang bisa ditawari olehnya untuk menemani dia berlatih, "Kau bisa mengajak yang lainnya, kan. Kenapa harus aku?"Mei langsung tertunduk, "Tidak bisa, ya? Baiklah, tidak masalah." Meski begitu, dia tetap berusaha tersenyum. Bukan keinginan Chen Leung untuk menolak, tapi bukan keinginan Chen Leung juga untuk menerimanya.

Silent MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang