Ingatlah Aku Selalu

6 2 0
                                    

Terima kasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca, kawan!

Klik ikon bintang sebagai bentuk dukungan kalian kepada sang penulis. Saya ucapkan terima kasih. Enjoy!

-Han Shinwa


Tabungan milik Chen Leung semakin penuh, dia terus memperhatikan celengannya tersebut dengan bangga hati karena sebentar lagi mungkin saja beberapa harga kamera bisa dijangkaunya. Perasaannya senang tidak terkira, terus tersenyum saja dia malam ini. Dan mulai besok dia akan bekerja seharian penuh di Studio foto Wen Lai karena hukuman dari sekolahnya yang terpaksa meliburkan dirinya. Namun, siapa kira ternyata itu membuatnya kembali teringat perihal Madelaine.

Memang sulit untuk melupakan seseorang dalam waktu yang sangat singkat, setidaknya ini bisa dikatakan sebagai kehilangan seseorang meski seharusnya itu tidak terlalu berpengaruh kepada Chen Leung. Tapi nyatanya, ini menyakitkan untuknya. Andai saja dia dapat mengumpulkan uang lebih cepat, mungkin dia bisa saja segera membeli sebuah kamera baru yang bisa digunakan untuk menangkap momen bersama Madelaine. Namun, semua sudah terlambat, tidak bisa terulang kembali.

Keesokan hari sebelum matahari semakin terang, Chen Leung sudah bersiap untuk pergi menuju Studio Foto Wen Lai. Tidaklah peduli lagi dia mengenai sekolahnya, ini sudah menjadi jalan yang dia pilih. Kesepakatan terjalin, Chen Leung meminta neneknya untuk tidak memberitahu hal ini kepada orang tuanya, dan Chen Leung berjanji tidak akan mengulanginya kembali. Su Li sepakat.

Hari ini banyak orang yang datang untuk melakukan pengambilan gambar di Studio Foto Wen Lai, tentu berhasil membuat Chen Leung sibuk dengan pekerjaannya selama ini hingga dia tidaklah memiliki waktu untuk mengingat kembali Madelaine. Bahkan beberapa kali palnggan meminta untuk melakukan pengambilan gambar ulang karena hasil yang diinginkan tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Ingin mengeluh, namun ini adalah bagian dari pekerjaannya, jadi Chen Leung tidak bisa melakukannya.

Siang hari tiba, waktu istirahat tiba. Anthony dan Sue Zie memang kerap kali bertengkar karena hal sepele, tapi jika waktunya makan siang semua akan kembali bersama-sama. Diajaknya oleh mereka Chen Leung. Saat hendak pergi makan siang, seorang pelanggan masuk kembali. Dengan memakai setelan jas yang mewah nan gagah, jam tangan yang terikat di pergelangan tangan kirinya juga terlihat mahal, penampilannya sangat berkelas.

"Di mana Lin Chen Leung?!" Suara yang dikeluarkannya berat, tapi nadanya tinggi.

Wen Lai melangkah mendekati pelanggan tersebut, "Selamat datang, Tuan. Silakan mengambil antrean ini jika ingin melakukan pengambilan gambar, fotografer kami akan segera melakukannya setelah ini." Diberikannya sebuah kertas dengan nomor yang tertulis.

"Cih, aku tidak memerlukan ini," ditepisnya kertas tersebut, "aku hanya sedang ingin bertemu dengan Lin Chen Leung! Di mana dia?!" Karena sikapnya yang keras kepala, Chen Leung meninggalkan meja makan lalu berjalan menemui orang itu.

Wajah yang ditunjukkan oleh pelanggan tersebut sangar merah padam, "Ada apa, Tuan?" Tanya Chen Leung mengikuti ciri khas Wen Lai saat bertanya kepada pelanggan yang memiliki sikap keras kepala sepertinya.

"Oh, jadi kau adalah Chen Leung," tidak perlu ba-bi-bu, orang itu menampar Chen Leung sekeras mungkin. Tubuh Chen Leung bergerak memundur, kedua tangannya menahan pipi kirinya yang panas-perih. Anthony dan Sue Zie bergegas mendekati mereka, meninggalkan hidangan-hidangan yang tersedia di meja makan.

"Apa yang Anda telah lakukan, Tuan?!" Gertak Sue Zie.

"Hah, tanyakan saja pada lelaki muda satu ini. Dia telah menyakiti anakku, hingga harus dilarikan ke rumah sakit." Di saat orang itu mengatakan "anakku hingga harus dilarikan ke rumah sakit" di saat itu pula Chen Leung tahu yang ada di hadapannya adalah ayah dari Ho Po-wing.

Silent MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang