Terima kasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca, kawan!
Klik ikon bintang sebagai bentuk dukungan kalian kepada sang penulis. Saya ucapkan terima kasih.
Enjoy!-Han Shinwa
Matahari mulai terbenam di Barat hari ini, kondisi Chen Ling masih mengenaskan dengan penuh luka dalam tubuhnya. Diceritakan secara penuh selama satu hari kepada Irene, menyatakan bahwa keluarga mereka telah terlilit utang yang begitu menumpuk, menyebabkan Chen Wo ditahan oleh mereka-mereka. Chen Ling berusaha menegosiasi dengan Zhang, ketua mereka, tapi percobaan itu gagal. Zhang adalah seseorang yang menguasai distrik di mana dulu Chen Mo tinggal bersama keluarganya sebelum ayah dan ibunya memutuskan untuk berpisah.
Tangan Chen Mo terlihat bergetar saat melihat nominal utang yang tertera dalam sebuah kertas, utang ayahnya sangat menggunung hanya demi menyekolahkan anak-anaknya. Terkecuali Chen Mo. Kini, berjualan ayam mentah saja tidak akan mampu menutupi utang-utang mereka, bahkan Chen Ling saja belum mendapatkan pekerjaan yang layak hingga sekarang. Semua menyalahkan Chen Mo, ketika orang tua mereka berpisah semua menjadi sangat berantakan, tentu ini menjadi alasan mengapa Irene sangatlah murka kepada saudara-saudaranya Chen Mo, tapi Chen Mo tetap menganggap mereka sebagai keluarganya. Berbeda dengan mereka yang sudah menganggap Chen Mo sebagai buah kesialan.
"Aku akan membayarkan utang-utang itu, sementara aku akan meminjam sejumlah uang kepada bank dan akan membayarkan perlahan ke bank," ide ini tidak langsung disetujui oleh Irene. Dia sangat tidak ingin melihat suaminya itu tersiksa hanya karena utang ayahnya.
"Jika Chen Leung mengetahui ini, maka habis sudah mereka juga dirimu, Wenja. Lebih baik jangan, kita cari jalan keluar lainnya." Irene jauh lebih mengenal anaknya itu dibanding Chen Mo.
Wajah Chen Mo sangat pasrah akan kondisi, "Hanya itu jalan keluar yang tersedia, jangan katakan pada Chen Leung jika beban ini kutanggung. Kumohon, dia adalah ayahku." Tulis Chen Mo dalam kertasnya itu. Baiklah, baru kali ini Irene ikut membenci suaminya. Seorang laki-laki yang tidak ada habis-habisnya selalu ingin diinjak-injak. Ternyata apa yang dikatakan oleh Chen Leung ada benarnya, ayahnya terlalu penakut.
Perdebatan selesai, Chen Mo meminjam sejumlah uang kepada bank kemudian diberikan untuk membayarkan utang ayahnya, tersisa sedikit lagi dan diberikan sebagian tabungan miliknya, maka lunas sudah. Tinggal membayar utang kepada bank, tentu sudah menjadi tanggungan Chen Mo. Tapi dia merasa tidak apa-apa, yang penting Chen Wo kembali ke rumah dengan aman.
Irene jatuh sakit setelah kejadian itu, membuat Chen Mo dan Chen Lili harus merawatnya dengan baik. Sedangkan Chen Ling dan yang lainnya kembali ke rumah dengan perasaan lega tanpa peduli dengan apa yang dipikul saat ini oleh Chen Mo.
Di SMA Paviliun Emas, Chen Leung sekolah seperti biasanya, tapi tidak ada yang memberitahukan kepadanya jika ibunya itu sedang sakit di rumah. Itu bertujuan agar Chen Leung tidak perlu mengkhawatirkan dirinya dan tetap fokus dengan pendidikannya. Itu juga menjadi salah satu keinginan ayahnya agar anaknya itu berpendidikan.
"Hoi," sapa Chow Mo Fai, "ingin ke kantin?" Chen Leung menggeleng.
"Tumben sekali," ujar Chow.
"Entahlah, aku tidak merasa lapar atau haus. Hanya sedang merasa hampa saja." Balas Chen Leung. Setelah kejadian mengupas mangga, memang Chen Leung mengalami sedikit perubahan, menurut Chow, sekarang dia menjadi lebih diam dan senang sekali melamun.
"Mencemaskan sesuatu?" Chen Leung menggeleng lagi.
"Kau pasti sedang khawatir, biasanya orang-orang khawatir itu senang sekali melamun," ujar Chow sok tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Moment
Ficción General(MOMEN TANPA SUARA) Chen Leung, di tangannya sebuah kamera mampu menangkap gambar mahakarya. Hidupnya tidaklah mudah dijalani, usah pikirkan. Kesedihan, penderitaan, kesunyian, air mata, dan kegelapan kerap kali datang. Namun, kebahagiaan, kesenanga...