Terima kasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca, kawan!
Klik ikon bintang sebagai bentuk dukungan kalian kepada sang penulis. Saya ucapkan terima kasih. Enjoy!
-Han Shinwa
Keesokannya di siang hari saat anak-anak sekolah pulang, Chen Leung menunggu di depan pagar dari sekolah Faye untuk menunggunya sepulang dari sana. Faye berjalan keluar, disapanya oleh Chen Leung.
"Liang Chen?" Faye memicingkan matanya memastikan apa yang dia lihat tidak salah, lalu Chen Leung membalas dengan lamabaian tangannya. Walaupun sudah berteman sejak lama, sangat jarang Chen Leung menyapa lebih dulu Faye.
"Hai," Dia tersenyum ke arah Faye, "mari pulang bersama," sungguh seperti mimpi.
Mereka berdua berjalan melewati beberapa gang, lalu menyeberangi jalan besar, kemudian duduk sejenak sembari menunggu bus untuk pulang ke rumah. Sedikit jauh jaraknya, tapi tidak terlalu jauh jika dibandingkan dengan sekolah Chen Leung. Sampai dengan menunggu bus, Faye tidak tahu ada apa dengan Chen Leung datang menghampirinya, apakah hanya untuk pulang bersama atau ada sesuatu.
"Bagaimana kau tahu aku ada di sana?" Faye menoleh ke arah Chen Leung, tatapan Chen Leung yang tadi lembut kini berubah seketika, "aku sedang bertanya, bagaimana kau bisa tahu aku ada di sana, sedangkan aku tidak memberitahu siapa pun?" Pertanyaan Chen Leung membuat jantung Faye berdegup kencang, dia memalingkan wajahnya.
"Faye," panggil sekali lagi Chen Leung. Faye hanya mengenggam kuat tali tasnya. Dugaan besar Chen Leung adalah bahwa Faye mengikuti dirinya.
"Aku pernah bertanya kepada ibumu di mana dirimu pindah, sudah sejak lama sekali," ucap Faye singkat.
Chen Leung menghela napasnya, "Padahal aku belum terlalu lama pindah ke sana, bagaimana mungkin bisa kau berkata sudah sejak lama sekali? Jelas-jelas itu menjadi alasan yang tidak masuk akal, akan lebih baik jika dirimu jujur saja."
"Aku mengatakan yang sejujurnya," suara Faye mulai meninggi, "bagi seorang sahabat sepertiku, satu hari tidak melihat seseorang sepertimu benar-benar membuat waktu berjalan sangat lambat, mungkin dirimu tidak menyadarinya tapi aku iya." Dan kali ini alasan Faye bisa diterima oleh Chen Leung yang membuatnya terdiam seribu bahasa.
Baiklah, sejujurnya Faye memang mengikuti Chen Leung saat dia pindah hari itu ke rumah kakeknya. Dia mengikutinya secara diam-diam seorang diri, ini bukanlah pekerjaan yang sulit karena cita-citanya saja sudah pergi bermain ke tempat yang sangat jauh, hal seperti ini baginya sangat sepele. Lalu, alasan lain mengapa Faye tidak mengatakan yang sejujurnya kepada Chen Leung adalah bahwa takut jika nantinya Chen Leung akan marah kepadanya, jadi alangkah lebih baiknya dia tetap tutup mulut.
Bus datang dengan suara mesin yang bising dan ban yang berdecit, "Sudah datang, ayo kita pulang," ucap Chen Leung kemudian masuk ke dalam bus.
Perjalanan pulang kali ini benar-benar menjadi pengalaman yang berbeda seumur hidupnya, rumahnya memang dekat tapi sejak dahulu Chen Leung jarang sekali untuk pulang bersamanya. Alasan yang pasti bahwa Chen Leung merupakan orang yang sangat cuek terhadap dirinya. Kedua orang tua Faye sendiri mengenal baik keluarga Chen Leung, bahkan ayahnya Faye berteman dekat dengan ayahnya Chen Leung, laksana mereka berdua.
Wajahnya yang cerah, rambut hitamnya yang selalu terlihat berantakan, mulutnya yang bahkan sama sekali tidak tersenyum saat tidak ada yang membuatnya harus tersenyum, serta pandangan matanya yang begitu lembut benar-benar mampu membuat hari seseorang jauh lebih indah jika bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Moment
General Fiction(MOMEN TANPA SUARA) Chen Leung, di tangannya sebuah kamera mampu menangkap gambar mahakarya. Hidupnya tidaklah mudah dijalani, usah pikirkan. Kesedihan, penderitaan, kesunyian, air mata, dan kegelapan kerap kali datang. Namun, kebahagiaan, kesenanga...