Makna Sesungguhnya Nyata

9 2 0
                                    

Terima kasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca, kawan!
Klik ikon bintang sebagai bentuk dukungan kalian kepada sang penulis. Saya ucapkan terima kasih.
Enjoy!

-Han Shinwa


Dua pekan berlalu, Chen Leung semakin banyak menerima ilmu baik dari SMA Paviliun atau perguruan milik Master Rong yang setiap harinya sangat keras mengajarinya. Tidak menjadi keluhan bagi Chen Leung, mungkin ini adalah hukumannya dari melawan perkataan orang tuanya, dia dibuang. Di sekolah, sudah mulai banyak anak-anak yang menunjukkan siapa dirinya, termasuk Madelaine, yang sangatlah mahir dalam hal melukis. Mata pelajaran kesenian sangatlah dikuasai oleh dirinya dalam hal melukis. Sedangkan bermusik, dikuasai oleh seorang gadis bernama Mei.

Kedua gadis itu tidaklah bersaing berat, justru mereka saling bertukar ilmu. Kesenian lukis dan kesenian musik, kombinasi yang hebat jika mereka digabungkan dalam satu bentuk kesenian. Beberapa kali, Chen Leung sudah mulai berani berbicara dengan Madelaine, ternyata dia tidaklah terlalu bisa berbicara Mandarin, sehingga Chen Leung mengajarinya perlahan. Berbeda dengan Chen Leung, Chow Mo Fai sendiri sangat menyukai bagaimana Mei melakukan permainan musik yang indah menggunakan sebuah piano. Tangannya yang bergerak benar-benar membawa alunan musik indah ke telinga Chow.

Kisah asmara di sekolah tidak hanya terjadi kepada dua orang itu, tetapi juga Guan Ching. Tidak termasuk Ka-fai. Apa yang terjadi dengan Ka-fai tidak pernah ada yang tahu, dia tampak tidaklah peduli dengan wanita-wanita. Guan Ching sedang menyukai seorang gadis dari toko roti yang berada tepat di samping sekolah, tidak ada yang tahu siapa namanya, kecuali dirinya saja. Jika ditanya, Guan Ching selalu mengatakan bahwa itu rahasianya.

"Hei," suara Madelaine memanggil, Chen Leung menoleh, "kau tahu arti dari ini?" Tanya Madelaine.

"Oh, artinya bawa masuk." Jawab Chen Leung. Madelaine berterima kasih kepadanya.

Sejujurnya ada satu hal yang membuat Chen Leung berpikir dua kali dalam mendekati Madelaine, yaitu Madelaine berasal dari keluarga yang kaya sedangkan Chen Leung hanya berasal dari keluarga penjahit. Sangat jauh jika dibandingkan.

Saat Chen Leung kembali, Master Rong sudah menunggu untuk mengajarinya hari ini. Tidak menjadi beban, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Namun kali ini ada yang berbeda dari cara berpakaian Master Rong, dan dia juga meminta Chen Leung untuk segera ikut dengannya ke sebuah tempat.

Di sebuah tempat yang terpisah dari perguruannya, jaraknya tidak terlalu jauh, tapi cukuplah untuk membuat napas tersenggal-senggal. Sebuah rumah persegi yang hanya memiliki satu ruangan di dalamnya, di setiap sisinya terdapat jendela bermotif burung merak. Banyak sekali tumpukkan buku yang tercecer di lantai, sudah sedikit usang namun masih bisa dibaca. Master Rong mengambil salah satu buku yang tertata rapih dalam sebuah lemari kaca, dibukanya buku itu lalu ditiup debu-debu yang hinggap di sana, semacam kitab mungkin.

"Panduan kebanggaan keluarga kita," ucapan Master Rong membuat Chen Leung mengerutkan dahinya, tidak tahu apa yang dimaksud dengan kebanggaan keluarganya.

"Ilmu turun-menurun, Gerakan Tangan 64 Kali. Tiada yang mampu menguasainya lagi sekarang selain dia seorang, sedangkan aku hanya mampu menekannya dalam bentuk 32," ujar Master Rong. Chen Leung melangkahkan kaki mendekatinya, menatap kitab panduan tersebut. Berbagai macam gambar dan juga penjelasan hal-hal kuno tertulis di sana.

"Apa maksudnya?" Tanya Chen Leung.

"Kitab panduan kebanggaan milik keluarga kita, Mui. Kakekmu adalah Kakakku." Baiklah, hari ini benar-benar menjadi kejutan pertama kalinya untuk Chen Leung setelah sekian lama dia tidak menerima hal lain yang menarik. Dia baru tahu bahwa pak tua di depannya ini adalah adik dari kakeknya.

Dilihatnya kembali kitab tersebut oleh Chen Leung, "Gerakan Tangan 64 Kali, siapa yang bisa menguasainya?" Tanyanya.

"Master Chung Mui. Namun, dia pergi meninggalkan perguruan, dan tidaklah menurunkan ilmu ini kepada siapa pun." Jawab Master Rong.

"Kenapa?" Menjadi pertanyaan bagi Chen Leung.

"Dia menemukan makna yang sesungguhnya, demi Su Li, dia menghentikan segalanya. Dia menyatakan bahwa hidupnya tidaklah bertujuan untuk menjadi seorang pendekar, hanya itu saja yang dirinya katakan, tidak ada tujuan lain yang disebutkannya. Namun, beberapa tahun kemudian dia menjadi bos dari perompak." Ujar Master Rong. Baiklah, hal baru lainnya yang didapatkan oleh Chen Leung. Buku ini bukanlah buku biasa, benar-benar membawa sesuatu kepada diri Chen Leung.

"Tunggu, apa itu tujuan kakek membawaku ke sini?" Master Rong menatap wajah Chen Leung lamat-lamat.

"Mungkin iya, mungkin juga tidak. Tidak ada yang tahu, dia hanya menitipkan dirimu di sini guna melatih kedisiplinan diri dari tradisi keluarga kita." Tujuan Chen Leung tidaklah seperti ini, dihukum boleh saja. Namun dia menolak berat jika harus menjadi seorang pendekar dalam perguruan milik keluarganya.

Dilepaskannya buku tersebut oleh Chen Leung, lalu dia berjalan melangkahkan kaki keluar tanpa mengatakan sepatah kata pun. Baiklah, Master Rong paham bahwa itu adalah sebuah penolakan dalam pengajarannya.


Hari ini Chen Mo akan menjenguk Chen Leung seorang diri atas permintaan dari istrinya yang sakit itu, dia meminta agar suaminya melihat keadaan Chen Mo dan mengatakan kepadanya bahwa Chen Leung baik-baik saja. Dengan pakaian sederhana seperti biasanya, dan tas selempang usang, Chen Mo berjalan menempuh perjalanan menuju perguruan yang kini ditempati oleh Chen Leung.

Di tengah perjalanan saat hendak menaiki sebuah bus, Chen Mo ditahan oleh beberapa orang berpakaian setelan jas hitam serba mewah, mulut mereka bertanya-tanya yang tidak bisa didengar oleh Chen Mo. Tentu saja keadaan seperti ini membuat Chen Mo sedikit panik, karena dia tidak bisa mendengarnya, dan istrinya tidak ikut bersama dirinya. Melihat Chen Mo yang tidak menjawab saat ditanya, kedua tangan Chen Mo segera diikat oleh borgol besi, padahal Chen Mo sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi. Perjalanannya untuk menuju anaknya tidaklah sampai, dia tersesat ke sebuah lapas.

Tidak ada yang tahu bahwa Chen Mo telah ditahan, bahkan ponsel butut Chen Mo turut disita oleh pihak berwenang, hingga dia tidak bisa mengirim pesan kepada siapa pun. Hanya tersisa pakaian sederhana yang masih menempel di tubuhnya.

Salah seorang petugas datang menghampiri Chen Mo, tidak mengenal kata kemanusiaan, mereka membawa Chen Mo dengan kasar. Apakah tidak ada yang sadar bahwa Chen Mo tuli dan bisu?

Dibawanya ke sebuah ruangan yang hanya terdapat satu orang petugas di sana menunggu, ditunjukkannya foto seseorang yang familiar di ingatan Chen Mo, itu adalah Zhang. "Waa! Aa—aaa!" Saat Chen Mo bergelagat ingin mengatakan sesuatu, dari sana mereka sadar bahwa Chen Mo adalah orang bisu dan tuli.

Dituliskan oleh petugas tersebut dalam kertas, "Anda mengenal orang ini?"

Chen Mo mengambil kertas dan bolpoin tersebut, "Zhang, dia adalah pemimpin perompak dekat kawasan rumahku."

"Anda tahu, dia merupakan bagian dari sindikat narkoba dari Hong Kong bagian Timur. Dan dalam investigasi kami juga beberapa saksi mata, Anda terlibat." Tulis petugas lapas tersebut.

"Aaa? Waa—aaa! A—aaa!" Panik bukan main Chen Mo. Tidak ada yang bisa bersaksi saat ini, dia pasti akan kesulitan menghadapinya seorang diri. Tidak ada pertanyaan lagi, diikat dengan paksa Chen Mo, meski berusaha melawan, tiada artinya. Chen Mo terlumpuhkan.


Di sisi lain, pada saat matahari hendak terbenam, seorang gadis berlari dengan keringat telah bersimbah di seluruh tubuhnya. Gadis itu berlari menuju perguruan di mana Chen Leung berada, saat memasuki sana dia berteriak-teriak memanggil Chen Leung membuat kerusuhan sementara di sana.

"Faye?" Chen Leung terkejut saat Faye datang menghampirinya, padahal jarak dari rumahnya ke sini sangatlah jauh.

"Chen Leung! Ayahmu! Hah-hah-hah, ditangkap oleh polisi!" Terkejut sekali Chen Leung mendnegarnya, begitu juga Master Rong yang ikut keluar saat terjadi keributan.

Dengan terburu-buru, Chen Leung membawa beberapa barang yang diperlukan dan segera menyusul Faye tanpa berpamitan dengan Master Rong. Kepanikan terjadi dalam seluurh aliran darahnya.

Silent MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang