22. Back Together

35 6 0
                                    

Yeseo tersenyum tanpa arti bahkan ia tertawa seperti seseorang tanpa dosa, Jaehyuk tumbang disana dia tidak sekuat Yoshi, kepalanya terasa sakit seluruh tubuhnya terasa perih.

Yoshi sama rasanya dengan Jaehyuk namun kalau ia juga tumbang bagaimana dengan Metha yang berhadapan dengan Yeseo disana.

Doyoung juga tetap bertahan, karena ini bukan pertama kalinya ia mendapatkan serangan seperti itu oleh Yeseo.

"Suhyeon, Suhyeon, bodoh atau bagaimana ya kamu, bisa bertahan dan hidup ditubuh gadis selemah Metha..."

"Lemah katamu?" Tanya Suhyeon tersenyum singkat berjalan ke arah Yeseo, "justru karena aku hidup di tubuhnya, dia menderita, banyak hal dariku yang tidak bisa di bawa dengan baik oleh sembarang orang."

"Wah wah, bagus jika kamu muncul sekarang, aku bisa mengambilnya dari tubuh gadis itu lebih cepat," kata Yeseo dengan senyum jahat.

Suhyeon tersenyum singkat, "kamu pikir semudah itu? Bahkan dewi Thetis saja tidak mengizinkanmu untuk merusak lautnya, apalagi aku yang tidak mengizinkanmu untuk merusak tubuh gadis ini..."

"Baiklah, sekarang, kita mulai siapa yang akan kalah," Yeseo mengeluarkan pedang sihirnya yang mampu membuat pusaran badai angin yang disertai dengan petir.

Berbeda dengan Suhyeon yang kini ia berada di tubuh Metha yang berarti ia hanya bisa melakukan teknik bela diri tubuhnya.

Alam menunjukkan kilatan cahaya dengan gelegar suara petir yang menyambar tak jauh dari sana.

Yeseo menebaskan pedangnya ke arah Suhyeon berada, Suhyeon menghindar cepat dari sana walaupun tubuh Metha masih belum stabil, namun ia bisa untuk mengendalikannya walaupun jika dia menang dari Yeseo nanti tubuh Metha akan sedikit lebih lama pulihnya.

Yoshi dan Doyoung tidak bisa bergerak dari tempatnya karena sihir Yeseo yang sulit dipatahkan, Doyoung hanya mengirimkan sihirnya untuk membuat Yeseo berhenti menyerang Suhyeon.

Usahanya sia sia, Yeseo tidak akan menolehnya, dan Suhyeon yang sudah sedikit lelah untuk menghidari Yeseo yang menyerangnya secara terus menerus tanpa henti membuat pohon di hutan di sekitar sana beberapa terbakar juga tumbang.

Yeseo terjatuh entah kenapa hingga pedang sihir di tangannya menghilang, akar di tanah merembet menarik dan mengikat Yeseo disana.

Itu adalah perbuatan Jihan, Jaehyuk juga membuat akar akar tersebut teraliri listrik bertegangan tinggi, namun Yeseo tetap saja bisa bertahan.

Suhyeon membuat jiwanya yang berada dalam diri Metha memisahkan diri dengan tubuh Metha, itu tidak akan membuat apa apa kepada tubuh dan jiwa Metha akan tetap seperti semula.

Tubuh Metha ambruk, di sisi lain sihir Yeseo melemah membuat segel yang berada di tubuh Doyoung, Jaehyuk dan Yoshi hilang, Doyoung memanggil burung gagak yang berada di sekitar hutan tersebut untuk menyerang Yeseo.

Jaehyuk yang lebih membuat tegangan listrik tersebut semakin tinggi dan Yoshi yang menyentuh tanah tersebut dan muncullah sesosok raksasa terbuat dari bebatuan menyerang Yeseo.

"Sialan," lirih Yeseo menghilang dari sana, dan ia menuju pada satu tahap terakhir, Yeseo membuat tanah di sekitar sana berguncang hebat, dan Yeseo muncul di belakang Yoshi menusuknya menggunakan pedang sihirnya, klon darinya yang lain juga melakukan hal yang sama kepada Doyoung, Jaehyuk, dan Jihan.

Raksasa itu juga menghilang karena kekuatan Yoshi yang terkuras karena pedang sihir Yeseo.

Yoshi meninju wajah Yeseo, karena ia tau Yeseo yang menusuknya adalah Yeseo yang asli.

Yeseo jatuh tersungkur, klonnya yang lain juga menghilang, Yeseo dengan cepat bangkit, ia melihat ke arah langit bahwa gerhana akan berakhir, membuatnya takut.

Yoshi membuat tubuh Yeseo tidak bisa digerakkan dengan menggunakan akar tumbuhan yang menahan tubuh Yeseo.

Suhyeon dengan wujudnya, menghampiri Yoshi dan Yeseo, ia memegang dahi Yeseo, "atas nama Dewi Thetis, kamu akan dikirim ke hukumanmu paling dalam, Yeseo dari keluarga Kang, lepaskan jiwamu dari raga lamamu, pergilah kamu dengan membawa seluruh perbuatanmu, dengan nama Dewi Thetis, aku diizinkan untuk mengirimmu kesana, terimalah dia, Dewi."

"LEPASKAN AKU SIALAN!!" Yeseo memberontak kuat membuat akar akar tersebut tidak bisa menahannya lagi dan ia terbebas langsung mencekik Suhyeon.

"KAMU ADALAH RASA SAKIT YANG TIDAK AKAN PERNAH AKU MAAFKAN! KAMU MEMBUAT HIDUPKU SENGSARA!"

Suhyeon yang tidak bisa bergerak karena segel kuat dari sihir Yeseo, "aku mengerti rasa sakitmu."

"TIDAK! KAMU TIDAK AKAN PERNAH TAU RASA SAKITKU! KARENA JIKA KAMU TAU! KAMU AKAN MEREBUT LEBIH BANYAK LAGI KEBAHAGIAANKU DAN MENAMBAH RASA SAKIT ITU!"

"Yeseo," lirih Suhyeon menatap lirih manik mata Yeseo yang berwarna merah pekat itu, "cukup, ayahanda dan ibunda memaafkanmu disana, ini bukan kesalahan kita berdua, aku mohon."

Tangan Yeseo merenggang seiring tubuh Yeseo dan Suhyeon yang menghilang menjadi butiran demi butiran dari kaki mereka, begitu lambat.

Deru nafas Metha yang tak beraturan menyaksikan pemandangan tak mengenakkan di depannya, Metha menyentuh dada kirinya yang terasa sakit, rasa ini sangat berbeda.

Jihan terdiam tanpa kata disana menyaksikan momen kedua wanita itu, Yoshi, Jaehyuk, Doyoung berada di tempatnya masing-masing dengan mimik wajah yang sulit diartikan.

"Mari pulang, ayah dan ibu sudah menunggumu," Suhyeon tersenyum melihat mata Yeseo yang berubah, kali ini tatapan Yeseo bukan lagi tatapan kebencian, melainkan tatapan rindu akan sesuatu, "saudariku..."

Kata terakhir yang terlontar dari bibir Suhyeon setelah itu keduanya menghilang menjadi debu yang berpadu dengan angin yang berhembus menuju arah utara, mereka akan memulainya kembali dengan cara menebus segala kesalahannya, dan akan berkumpul menjadi satu keluarga biasa yang bahagia nantinya.

"Metha, Metha!" Seru Jihan yang melihat Metha pingsan berbarengan dengan menghilangnya Suhyeon dan Yeseo.

Yoshi, Jaehyuk, dan Doyoung, berlari menghampiri Metha dan Jihan, Yoshi melihat keadaan Metha yang sepertinya Metha kesulitan bernafas disini, Yoshi membawa Metha pergi dari tempat ini sangat cepat.

Jaehyuk memandang perginya Yoshi, sebelum ia melirik kearah Jihan, Jaehyuk berdecih kemudian pergi meninggalkan Jihan dan Doyoung disana.

Jihan memegangi kepalanya, perasaan berbeda setelah Yeseo tidak menggunakan raganya lagi, "kebebasan pertama kali ya?" Tanya Doyoung.

Jihan menoleh, "kamu, Doyoung?"

Doyoung mengangguk sambil terkekeh kecil, "mari aku antar ke rumahmu."








Tbc.

Hate This Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang