9. Memory Destroyer Magic

116 12 0
                                    

"Metha pulang dulu ya bun," Metha membawa tasnya yang juga tak terlalu berisi.

"Hati hati ya, bunda tau kamu pasti capek ya, jaga diri baik baik, di tas kamu udah bunda kasih obat obatan yang biasa buat kamu. Jangan beli obat obatan yang aneh aneh ya! Alergi kamu bisa kambuh kalo salah diobati," kata Viona menasehati Metha.

Metha mengangguk dan tertawa kecil, "iya bun, Metha tau, makasih ya bun. Metha pergi dulu," Metha memeluk wanita di depannya ini, hangat.

Viona melambaikan tangannya ketika melihat Metha telah berjalan pergi meninggalkan rumah itu.

Viona memeluk lengannya sendiri yang terasa hangat ketika ia mengenakan sweater rajut yang diberikan oleh Metha. "Kamu hebat nak," gumamnya lirih sedikit menitikkan air matanya karena teringat masa masa sulit itu.

•••

Malam itu terlihat cerah dengan bintang yang bertaburan di langit, Metha memandangi langit malam itu di balkon kamarnya.

Metha menangis menunduk disana memegangi dadanya yang terasa sesak.

Tangisnya semakin pecah ketika ia mengingat lagu yang selalu dinyanyikan oleh bundanya dulu, saat ia kecil, dan dimana dia tertidur dengan lelap dan dipeluk erat oleh kedua orang tuanya.

Metha dipeluk, disayang, sangat menyakitkan jika ia merindukan saat saat itu. Dimana ia sudah tidak merasakan lagi masa masa itu ketika ia beranjak remaja.

"Ibu ayahku, Tuhan tolong bahagiakan mereka," lirih Metha tersenyum singkat, terduduk di lantai kamarnya.

•••

"Metha!" Sapa Jihan tersenyum ramah seperti biasanya.

Metha membalasnya dengan senyuman tipis.

Tunggu, siapa seseorang di belakang Jihan?

Jihan terlihat menoleh kebelakangnya untuk mengucapkan sesuatu sebelum ia menghampiri Metha yang terdiam disana.

"Hei, ayo ke kelas bareng!" Ajak Jihan.

Metha mengangguk dan tersenyum sembari sedikit melirik orang tadi.

"Hai Metha selamat datang lagi..."

Suara suara aneh itu sedari tadi selalu terdengar di telinga Metha kenapa banyak sekali dan seperti menyambut kedatangannya disini. Mungkin khayalannya saja.

Tapi... Lagi?

•••

Metha bercermin di depan sebuah cermin sambil mencuci tangannya di wastafel toilet wanita di sekolah ini.

Yang benar saja tiba tiba ia merasa mual yang tak dapat diartikan, ia baru ingat bahwa tadi pagi belum makan sesuatu.

"Bahkan tadi malam hanya minum segelas susu coklat," gumamnya membuka kemasan obat maag dan meminumnya agar perih di perutnya tak terlalu terasa.

Saat Metha berbalik badan hendak pergi menuju kelasnya, ia benar benar terkejut dengan keberadaan dua orang yang masuk dari sebuah lingkaran menembus dinding, itu seperti portal.

"Sudah aku bilang ini ide buruk."

"Siapa kalian!!"

Hate This Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang