13. Host

59 7 0
                                    

"Hai Metha!" Sapa Jihan ramah kepada Metha.

"Oh, hai!" Sapa Metha balik kepada Jihan.

Baru hari ini Jihan masuk setelah beberapa hari tidak masuk, "Ji, lo kemarin ada ke daerah Komplek Perumahan sekitar gue kah?" Tanya Anya.

"Engga, kenapa?" Tanya Jihan sedikit gagap.

"Soalnya kemarin malem gue ngeliat cewek kayak lo di deket perkebunan di samping Komplek Perumahan sekitar rumah gue, terus aneh banget gelagatnya, kayak orang linglung pertamanya,"

"Terus dia kayak kasi tatapan aneh ke gue, yang kebetulan gue baru lewat situ ga sengaja ngeliat dia," Anya menjelaskan kejadian tadi malam kepada Jihan.

"Terus dia itu mirip lo, jadi hari ini gue tanya lo, kalau bukan lo ya ga apa apa sih," kata Anya final setelah itu meninggalkan Metha dan Jihan disana yang juga Dayeon, Gaeul yang baru datang ikut mendengarkan perkataan Anya tadi.

Setelah itu Metha beralih melirik Jihan yang terlihat ketakutan akan sesuatu.

"Ji? Lo kenapa?" Tanya Metha meraih tangan Jihan yang akan pergi berjalan meninggalkan ruangan kelas.

Jihan melepaskan tangan Metha dan tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Metha kepadanya, Jihan langsung meninggalkan Metha tanpa menolehnya.

Metha terdiam, sambil melihat telapak tangannya, "kenapa tangan Jihan sedingin ini?" Batinnya.

"Yeon, gue pergi duluan ya. Nanti bel masuk gue baru kesini," kata Metha kepada Dayeon.

Dayeon mengangguk sedikit tak faham, kemudian Metha menyusul perginya Jihan yang tadi sepertinya pergi ke kanan dari pintu kelasnya.

"Udahlah, biarin aja, nyontek tugas weh," celetuk Gaeul.

"Ck, kebiasaan."

•••

Tepatnya ke toilet siswa perempuan, batin Metha bertanya tanya kenapa tiba tiba saja dia seperti ini?

Belum sampai di toilet, ia sudah mendengar erangan kesakitan seseorang dari dalam salah satu bilik toilet.

Bukan hanya erangan tapi juga seperti dialog antara dua orang yang berbeda.

"Kau pikir semudah itu aku melepaskanmu? Dan jika bukan karena aku kau juga sudah mati."

Metha sedikit tersentak kaget, saat seseorang itu berkata demikian. Saat ia akan pergi ia mendengar suara Jihan, "Yang menginginkanku tetap hidup Orang Tuaku! Bukan aku! Perjanjian sialan apa lagi itu, BUNUH AKU SEKARANG JIKA KAMU HANYA INGIN TUBUHKU!"

Isakan tangis juga terdengar, "Tunggu saja, tapi bukan sekarang, dan kau harus tetap diam!" Finalnya erangan kesakitan Jihan terdengar, Metha berjalan mundur, namun tak sengaja ia menyenggol ujung pel dan terjatuh.

Pintu salah satu bilik terbuka, Metha terburu buru meninggalkan toilet, ia berjalan cepat menuju kelasnya, jantungnya berdegup kencang, apakah orang selain Jihan itu mengetahuinya bahwa dia ada disana tadi.

•••

Jam pelajaran pertama selesai, tapi Jihan sedari tadi tidak berkata apapun kepadanya.

Semua siswa siswi dikelas pergi menuju ruang ganti untuk berganti baju olahraga, di kelas hanya tersisa Metha dan Jihan.

Metha hendak berdiri dicekal oleh Jihan, "aroma tubuhmu tidak tersamarkan, jangan berpikir saya tidak tau," lirih Jihan kepada Metha tanpa melihat atau meliriknya.

Hate This Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang