Empat hari sudah berlalu di hari kelima ini Metha sudah mencoba melupakan apa yang seharusnya dilupakan, Dayeon dan Gaeul menyadari adanya perbedaan pada diri Metha, dia menjadi lebih pendiam dari biasanya, terkadang ia menjauhi keramaian siswa siswi di lingkungan sekolah ini dengan pada saat jam istirahat, ia akan tetap berada di kelas.
Sedih rasanya jika seseorang yang selalunya membuat ceria orang orang sekitar, menjadi murung, atau lebih buruknya, diam, Dayeon mengetahui berita tersebut bahkan bukan dari mulut Metha ataupun Gaeul, melainkan ia melihatnya dari berita yang beredar di internet.
Gaeul juga hanya diam akhir akhir ini, ralat, untuk Gaeul dia memang pendiam, tapi berbeda dengan akhir akhir ini, dia lebih banyak diam dari biasanya.
"Guys, kalian ga cape diem dieman gini terus? Kalau ada masalah ngomong ke aku ga apa apa kok, lagipula, aku ga enak kalau kalian berdua punya rahasia yang sama, tapi aku sendiri di sini ga tau apa apa," kata Dayeon pada jam pelajaran ke empat, dimana pada saat ini jam kosong, guru guru rapat di ruang guru.
Gaeul menoleh kepada Dayeon yang tiba tiba saja ia juga merasa bersalah karena selama ini melakukan silent treatment kepada Dayeon yang memang tidak tau apa apa mengenai meninggalnya Viona.
Metha masih diam ditempatnya, ia juga tidak mengerti kenapa pikiran jahatnya itu membuatnya mendiamkan diri untuk tidak berbicara kepada siapapun yang itu membuat seseorang merasa semua itu adalah salahnya, padahal kenyataannya berbeda.
Kacau pikirnya, "tha, gue turut berduka cita ya," kata Dayeon membuat pandangan Metha menatap lurus kepada papan tulis disana.
Gaeul sedikit heran, darimana Dayeon tau, terbersit di pikiran Gaeul, ia langsung mengambil ponselnya di dalam tas, dan melihat berita terkini yang ada di sekitarnya, benar saja.
Tunggu, bukankah pihak keluarga tidak mengizinkan untuk menyebarkan berita tentang Viona.
Lalu, siapa yang mengizinkannya untuk disebarluaskan kepada khalayak ramai? Gaeul meng-copy paste link berita tersebut dan mengirimkannya kepada Jaehyuk.
Metha masih dengan keadaan yang sama, entah halusinasinya atau apa ia melihat sebuah kalimat disana.
Kamu ingat aku? Bagaimana? Seru bukan keadaannya, lagipula kamu tidak perlu bersusah susah untuk bertemu dengan ibumu itu, karena sebentar lagi kamu juga akan menyusulnya.
Tulisan itu menghilang dari pandangan Metha, lensa matanya menangkap bayangan orang itu di ujung pintu kelas dan menghilang dengan debu yang berterbangan di tempat itu.
"Ancaman?"
•••
Jaehyuk memijat pelipisnya, bagaimana bisa berita itu disetujui bahkan bukan oleh Metha, "siapa sih yang nyetujuin?" Jaehyuk berdecak kesal lantaran pihak keluarga inti yang tidak lain dan tidak bukan adalah Metha, tidak menyetujui adanya penyebaran informasi berita mengenai tewasnya Viona karena pembunuhan.
"Gue juga ga tau, gue tau pas Dayeon ngomong dia juga turut berdukacita, dari situ perasaan gue udah ga enak," kata Gaeul menatap sedih minumannya itu.
"Berita itu udah merembet kemana mana, Metha harus konfirmasi ke penulis pertama dari berita ini biar bisa dihapus, tindakan selanjutnya kalau Metha udah konfirmasi aku baru bisa ngekonfirmasi ke penulis bahkan entertaintment news yang lain buat hapus semua berita itu," kata Soeun meletakkan ponselnya yang menunjukkan percakapannya dengan temannya yang juga penulis berita menjabarkan tentang cara untuk menghapus berita yang terlanjur dibuat bahkan sudah beredar di dunia maya.
"Masalahnya apa Metha mau?"
"Sedangkan Metha aja ga mau berurusan sama hal yang bersangkutan dengan masyarakat yang nge-judge dia dengan konten kayak gini," kata Jaehyuk yang sedikit pusing dengan masalah yang datang silih berganti.
"Gue mau," kata seseorang yang mengagetkan Jaehyuk, Soeun juga Gaeul.
Orang itu Metha sendiri, "maksud lo?" Tanya Gaeul.
"Gue udah nemuin penulis sama entertaintment news pertama yang udah nulis bahkan mengirim berita itu," kata Metha membuat Soeun berdecak kagum.
"Udah kamu hubungin penulisnya?" Tanya Soeun.
"Of course, she's my friend," kata Metha singkat dengan senyum terlukis di wajahnya.
"Gila, jadi seharian ini lo?" Tanya Gaeul.
Metha mengangguk kecil, Gaeul menutup mulutnya, pikirnya Metha yang dulu ia kenal kembali.
"Lo tau kita ada disini?" Tanya Gaeul menoleh kepada yang lainnya juga Metha.
"Yaa," Metha menggaruk tengkuknya, tak lama Jaehyuk hanya tersenyum tipis kepada Metha.
Yoshi menoleh kepada Metha, "hmm, ga tau juga," Metha tersenyum tipis.
•••
Yoshi dan Metha berjalan berdua dibawah gelapnya malam, dengan hamparan bintang bintang yang bersinar terang juga bulan sabit yang nampak indah, warna warni di langit itu membuat ketenangan di hati Metha.
"Bagaimana?" Tanya Yoshi kepada Metha yang asik memandangi langit malam.
"Better than yesterday," lirih Metha tersenyum singkat menoleh kepada Yoshi.
"Secepat itu?"
Metha menggeleng, "lupa itu ga mungkin, tapi merelakan itu juga butuh waktu, bunda sama papa pasti udah sama sama,"
Metha tertawa pelan, "ya mungkin udah waktunya Bunda buat ga ngerasain sakit lagi, huft, Bunda itu hebat orangnya, Bunda ga ngomong kalau pernah didiagnosa mengidap kanker otak,"
"Walaupun kanker itu belum masuk ke tahapan yang paling bahaya, tapi Bunda pernah ngeluh sakit di kepalanya selalu, aku baru tau Bunda didiagnosa mengidap kanker otak itu aku masih di kelas 9."
Yoshi tersenyum singkat saat mendengar cerita dari Metha, "kamu tau? Dulu aku benci sama diri aku sendiri," Yoshi tersenyum singkat saat ia mengingat masa lalu yang terlalu sulit untuk dilupakan.
"Kenapa?" Tanya Metha menoleh kepada Yoshi yang menghembuskan nafas kecilnya.
Yoshi tersenyum singkat menoleh kepada Metha, "Ibu meninggal karena aku."
Metha menatap Yoshi dengan tatapan penuh tanya, kenapa ia menyalahkan dirinya sendiri, bukannya ia sendiri yang memberitahu Metha tidak boleh menyalahkan diri sendiri karena kesalahan orang lain atau bahkan karena takdir.
"Sudah sangat lama, ibu dibunuh oleh orang yang membuatku seperti ini," bisiknya melihat tangan pucatnya, setelahnya ia memasukkan tangannya ke saku jaketnya.
"Siapa?" Tanya Metha menanyakan orang yang membunuh ibu Yoshi tersebut yang ia tahu pertanyaan membuat luka lama itu terbuka lagi, namun bukan tanpa sebab ia menanyakannya ada sesuatu yang mengganjal hatinya untuk menanyakannya.
"Yeseo."
Angin malam yang berhembus semakin kuat itu membuat surai rambut Metha berterbangan, udara yang semakin dingin di luar sana juga terasa menusuk sampai ketulang belulang manusia biasa.
"Y- yeseo?" Kata Metha menoleh kepada wanita di sampingnya yang mencekiknya tanpa menyentuhnya.
"I'm back."
•
•
•Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate This Before You
FanfictionBagaimana pendapatmu tentang makhluk mitologi? Seperti vampire, pastinya kamu beranggapan, "itu tidak nyata," bayangkan jika suatu hari makhluk mitologi itu benar benar ada, dan kamu adalah mate mereka. _______________________ 𝓢𝓽𝓪𝓻𝓽 : 22 𝓝𝓸�...