5. Km -2,35

193 33 22
                                    

Gosip cepat menyebar, Biyan pacaran dengan Vanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gosip cepat menyebar, Biyan pacaran dengan Vanya. Bahkan teman-teman se-geng-nya pun meledeknya dan itu membuat Biyan gerah. Sedangkan Vanya sebenarnya tak masalah digosipkan seperti itu. Ia masih sanggup mengacuhkannya. Namun ia tak bisa menahan diri lagi ketika Stevie meledek mereka sebagai pasangan gay.

Dan siang itu pada jam istirahat, kala Stevie CS masih saja meledek Biyan, Vanya mendatangi geng itu. Tekadnya sudah bulat, si Badung itu harus diberi pelajaran. Danisa yang berusaha mencegah pun tak digubrisnya.

"Yan, lihat tuh. Pacar gay lo datang," tunjuk Stevie pada gadis yang melangkah garang ke arahnya itu.

Biyan berdecak. Ia bukan saja kesal pada keempat kawannya, tapi juga pada Vanya. Kedatangan gadis itu hanya membuatnya semakin menjadi bulan-bulanan. Namun ....

BUK!

Tawa keempat anggota geng badung itu terhenti bersamaan dengan terjungkalnya Stevie di tanah sambil menutup hidung. Tak ada yang pernah menduga, Vanya berani menggunakan bogemnya untuk membungkam ketua geng mereka. Dan tak ada yang pernah menduga, Vanya menjadi orang pertama yang berani melawan bocah badung itu.

"Puas? Atau mau lagi?" tantang gadis itu pada Stevie yang masih setengah berbaring di tanah. Sementara keempat temannya hanya bisa melongo.

Merasa harga dirinya dijatuhkan, Stevie buru-buru bangkit. Sekilas tampak darah mengalir dari lubang hidungnya. "Kurang ajar lo, ya. Lo berani sama gue?" sentaknya sambil mendorong dada Vanya hingga gadis itu mundur beberapa langkah.

Mendengar keributan itu, sekeliling mereka kini dijejali anak-anak dari berbagai kelas dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Kalau iya, kenapa?" Vanya kembali maju dan membalas dorongan Stevie di dadanya.

"Gelut!"

"Gelut!"

"Gelut!"

Anak-anak di sekeliling mereka mulai memprovokasi.

"Eh, ada apa ini? Kenapa rame-rame di sini?"

Suara wanita dewasa yang terdengar tiba-tiba membuat kerumunan itu menyingkir. Bu Wiwin, sang guru BK, menyeruak hingga berada di tengah mereka. Pertama kali yang terlihat olehnya adalah hidung Stevie yang berdarah serta seragamnya yang berlumur tanah.

"Kenapa hidung kamu berdarah, Stevie?" tanyanya.

"Dipukul Vanya, Bu," adu Stevie spontan karena merasa mendapat kesempatan.

"Benar, Vanya?" Bu Wiwin berpaling pada Vanya.

"Tapi ...." Vanya hendak membela diri. Namun tangan guru BK itu keburu menggandengnya dan juga tangan Stevie.

"Ayo, dua-duanya ikut Ibu ke kantor."

Namun setibanya di ruangan sempit seluas 12 m² yang dipenuhi meja kerja, satu set sofa dan lemari arsip itu, mereka malah diminta menunggu. Sementara Bu Wiwin duduk di balik meja kerja sambil menulis sesuatu di bukunya. Ketiganya bersikap tegang. Yang tersenyum di ruangan itu hanyalah foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan wakilnya, Muhammad Jusuf Kalla di dinding belakang.

✔The Road to MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang