16. Km 379

143 27 8
                                    

Biyan dan Vanya bertukar posisi di Brebes, di suatu rest area kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biyan dan Vanya bertukar posisi di Brebes, di suatu rest area kecil. Tak lama mereka berhenti di sana, karena selain tempatnya yang tak begitu luas, Biyan harus mengejar waktu salat Jumat. Baru di Gringsing, mereka berhenti cukup lama, sekaligus untuk menunggu waktu makan siang.

Mereka berehat selama dua jam di sana. Namun begitu hendak meneruskan perjalanan, Biyan melihat sesuatu dan memutuskan membelinya untuk Vanya.

"Mau ke mana, sih? Entar kemalaman, lho," protes Vanya kala pemuda itu menghela lengannya berlawanan arah dengan tempat kendaraan mereka diparkir.

"Sebentar aja," balas Biyan.

Pemuda itu membawanya ke sebuah kafe ekspres. "Lo tunggu di sini, ya," suruhnya seraya menunjuk meja-meja yang tersedia di teras.

Di teras itu, hanya ada tiga meja yang diperuntukkan bagi pengunjung yang ingin makan di tempat. Di antaranya hanya ada satu meja kosong, sementara dua lagi ditempati oleh keluarga yang anggotanya banyak hingga membutuhkan lebih dari satu meja. Empat bocah cilik tampak dalam rombongan itu dan suara paling keras datang dari mereka.

Tak menggubris keributan di dekatnya, Vanya duduk dan menunggu sambil memperhatikan kendaraan-kendaraan yang melintas. Beberapa pengunjung juga terlihat memasuki kafe ekspres itu. Kebanyakan adalah keluarga yang memiliki anak kecil. Namun bocah mana yang tak suka makan cake yang disediakan oleh kafe ini?

Biyan muncul berbarengan dengan menghilangnya keluarga yang baru datang tadi. Dua plastic cup seukuran gelas air kemasan berisi sundae cokelat terbawa di tangannya. Memang bukan seperti yang biasa Vanya beli di restoran burger favoritnya. Namun tetap saja ....

"Kenapa? Bukannya lo suka sundae cokelat?" Biyan heran melihat perubahan di wajah temannya.

"Iya, sih. Cuma ... ngingetin gue sama Karan."

Ekspresi pemuda itu ikut berubah. Ternyata, meskipun sudah tiga tahun berpisah, masih ada sesuatu yang membuat gadis ini mengingat mantannya. Kelihatannya jalan Biyan untuk memiliki hatinya masih jauh.

Perlahan, ia duduk di seberang Vanya. "Sorry," ucapnya pelan. "Jadi, lo tetep mau makan ini atau ...."

"Buat lo aja."

Biyan meringis senang. "Oke." Ia lalu merogoh ponselnya, memilih aplikasi kamera dan membidik kedua sundae di hadapannya.

Cekrek.

"Kayaknya dia istimewa banget ya, buat lo?" Biyan mendorong ponselnya kembali dalam saku celana.

"Hmm."

"Gimana awalnya kalian bisa kenal?"

*

Sudah sebulan lamanya Vanya dan Gwen menyandang status sebagai mahasiswa. Namun mereka merasa belum lengkap bila belum menjadi anggota salah satu ekskul, meskipun sebagai mahasiswa mereka tak diwajibkan mengikutinya. Dan di situlah mereka sekarang, di dalam aula yang selama seminggu ini menjadi tempat open house, di mana para pengurus atau anggota ekskul senior mempromosikan ekskulnya.

✔The Road to MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang