25. Km 478

122 22 13
                                    

Biyan melongo di akhir kisah Vanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biyan melongo di akhir kisah Vanya. Selama beberapa detik, ia terus menatap gadis di balik kemudi itu tanpa berkedip.

Vanya terkekeh setelah sempat melirik ke arah penumpang di sampingnya. "Ngelihatnya kok gitu banget?"

"Kalian beneran gituan?" Biyan mengerucutkan kelima jari pada dua tangannya dan saling menyentuhkan ujung-ujungnya.

"Hmm."

"Takde pengawal tengok ke¹?"

"'Pengawal'?" ulang Vanya.

"Security."

"Untungnya gak ada." Vanya terkekeh lagi dan Biyan masih melongo.

"Kenapa? Aneh?"

"Di Malaysia, kalau ketahuan, langsung disuruh nikah," jawab Biyan.

"Beneran?"

"Gak semua orang, sih. Tapi orang-orang yang pikirannya masih konservatif bilang gitu."

"Tau gitu gue minta disosor di Malaysia aja ya, biar disuruh nikah," canda Vanya yang diiringi gelak.

"Mahu kau tu²!" cibir Biyan seraya menjitak pelan kepala gadis itu dengan bantal penyangga leher.

"Tapi beneran tuh? Dia gak lagi ngedrama, 'kan?" tanyanya lagi.

"Kalau gak beneran, gak bertahan sampai tiga setengah tahun kali, Yan," balas Vanya.

"Terus Naomi gimana? Dia masih ngarah lo, gak?"

"Ya enggak lah. Dia udah diancam Karan supaya gak macam-macam sama gue."

Biyan terkekeh. "Sekarang apa kabarnya tuh cewek? Mungkin dia seneng lo putus sama Karan," ledeknya.

Vanya mencebik. Untung ia tak keceplosan menyebut Karan sudah hampir menikah dan calon istrinya bukan Naomi. Dan menurutnya, itu yang terpenting.

Untuk beberapa saat, mereka membiarkan jeda menyela. Penglihatan Biyan kini terarah pada jalan lengang di hadapannya. Sementara di sampingnya, Vanya sepertinya juga sedang digelayuti oleh pikirannya sendiri. Tentang Karan kah?

"Van," panggil pemuda itu.

"Hmm?"

"Apa sih, yang lo sukain dari dia?"

Senyum Vanya tampak membayang samar, seperti sedang menonton film romantis yang ber-happy ending.

"Dia orangnya tenang, Yan, dan sabar banget sama gue. Sekali pun dia gak pernah marah sama gue. Dia gak pernah balas omelan gue sama omelan juga. Kalau gue ngomel, dia diem dan dengerin. Setelah gue selesai, dia baru ngomong. Ngomongnya juga tenang, nadanya gak pernah tinggi," papar Vanya panjang dan lancar--pertanda hubungan mereka dulu masih sangat membekas.

"Dia orangnya romantis, ya?" respons Biyan.

"Eng .... Kalau soal perhatian, dia emang romantis. Tapi dia bukan tipe yang suka candle light dinner atau ngerayain anniversary.

✔The Road to MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang