35. Km 1179

183 23 8
                                    

Jalanan tak biasa yang Biyan lalui malam itu, membangunkan Vanya dari lamunannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jalanan tak biasa yang Biyan lalui malam itu, membangunkan Vanya dari lamunannya. Ia mengira pemuda yang tengah mengemudi ini sedang mencari restoran. Namun ia bertanya juga. "Kita mau ke mana?"

"Healing," jawab Biyan singkat sambil tersenyum penuh arti.

Vanya tak bisa mengira-ngira healing seperti apa yang Biyan maksud ketika lelaki itu memandu mobilnya memasuki lahan parkir di seberang Tugu Peringatan Bom Bali. Dari sekian restoran yang ada di sisi kanan-kiri jalan pun tak ada yang mereka masuki saat berjalan kaki menuju ke arah Selatan.

Langkah Biyan baru melambat di depan sebuah tempat terbuka dengan bangunan menyerupai pos jaga di depannya. Di bagian atas pos itu tertulis 'Come Get High 5GX'. Ada beberapa meja di sebelah kanan dengan tempat duduk setinggi bangku bar.

Mulanya Vanya menduga mereka akan makan di tempat itu sampai Biyan mendatangi seorang gadis yang duduk dalam pos. Vanya pun belum tahu apa yang akan mereka lakukan di situ ketika teman seperjalanannya memberikan sejumlah uang pada gadis itu.

"Yuk," ajak Biyan.

Biyan tak membawa Vanya ke arah meja-meja itu, melainkan ke panggung berwarna ungu di sudut Barat. Panggungnya tak terlalu tinggi, seperti panggung live music yang dikelilingi pagar. Bedanya, bukan sekelompok pemain musik yang berada di sana, melainkan sebuah ayunan three seaters model jok mobil balap. Tiang-tiang di kedua sisinya sangat tinggi. Seorang laki-laki tampak berdiri bersandar di pagar panggung.

Melihat kedatangan Vanya dan Biyan, ia bertanya, "Berapa orang?"

"Dua, Bli," sahut Biyan.

"Belum makan, 'kan?"

"Belum."

Keduanya lalu didudukkan di kedua ujung 'ayunan' dan diminta mengenakan seat belt. Setelah petugas itu mengecek seat belt mereka, timer di depan mulai menghitung mundur.

"Ini apaan, sih?" bisik Vanya.

"Lihat aja nanti." Biyan mengulum senyum.

Menjelang hitungan mundur berakhir, bagian belakang 'ayunan' itu mengeluarkan asap tebal. Dan begitu timer menunjuk angka 00.00 ....

"Aaaa ...." Vanya menjerit saat merasakan dirinya tiba-tiba terlontar ke atas dengan kecepatan 200 Km/jam. Ia merasa perutnya seperti ditekan kuat-kuat tapi masih sanggup melawan gravitasi. Ia seperti sedang menembus angin kencang yang mendorongnya ke bawah. Bangunan dan pohon-pohon di sekelilingnya tampak bergerak turun dengan kilat. Namun ia merasa semakin dekat dengan bintang-bintang. Dan semua terjadi hanya dalam hitungan detik.

Pada ketinggian 50 m, lontaran itu berhenti dan menyentakkan penumpangnya. Vanya tergelak lepas saat 'ayunan' itu mengombang-ambingkan tubuhnya, membuatnya berguling ke depan dan ke belakang. Pemandangan yang dilihatnya berganti-ganti, kadang langit malam, kadang lampu-lampu kota yang berwarna-warni. Rasanya seperti duduk di atas genting rumah, tapi di sini ia bisa lebih bebas melepas emosinya. Namun ....

✔The Road to MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang