Belum juga Biyan mematikan mesin mobil, Vanya sudah membuka pintu ruang tamu dan berseru memanggil mama. "Ma, Biyan datang!"
Ia memang seantusias itu. Seusai makan malam, ia langsung mengeluarkan barang-barangnya dari kamar dan menempatkannya di ruang tamu. Raganya bersama mama dan si bibi di dapur, membersihkan sisa-sisa makan malam. Namun jiwanya begitu gelisah. Bolak-balik disambanginya ruang tamu untuk mengintip ke luar. Padahal Biyan sudah mengabarinya saat hendak berangkat tadi dan Vanya tahu berapa lama perjalanan dari rumah pemuda itu ke rumahnya.
Nuri muncul dari dapur seraya menjinjing dua kantong keresek besar, masing-masing berisi sekotak kue bolu. Perginya si anak semata wayang juga membuat paginya sibuk untuk membuat dua loyang kue dan rela meninggalkan pekerjaannya sejenak.
"Malam, Tante," sapa Biyan di ambang pintu ruang tamu.
"Malam, Biyan," balas Nuri. Lalu disodorkannya dua kantong keresek itu padanya. "Buat mama dan mbah kamu," ujarnya.
"Tante repot-repot, nih." Laki-laki itu berbasa-basi.
"Gak apa-apa. Tante lagi pengin bikin kue. Udah lama gak bikin, soalnya."
"Pergi dulu, Ma," sela Vanya. Ia menyasar kedua pipi mama untuk dikecup.
"Hati-hati ya, Van. Di jalan jangan macem-macem dan jangan nyusahin Biyan," pesan sang bunda.
"Beres."
"Whatsapp Mama kalau udah sampai."
"Siap."
"Pergi dulu, Tante." Giliran Biyan yang berpamitan.
"Tante titip anak Tante ya, Yan. Tolong makannya diawasin dan jangan boleh makan burger. Kalau dia nyusahin, turunin aja di jalan."
Sementara Biyan terkekeh, Vanya mencebik.
Nuri mengiringi muda-mudi itu sampai teras. Ia berdiri memperhatikan saat mereka memasukkan barang-barang di jok belakang, saat Vanya duduk di balik kemudi--karena Biyan memintanya membiasakan diri menyopir SUV--dan ketika mobil itu mulai merayap pergi. Ia baru kembali dalam rumah setelah berbalas lambaian dengan putri dan sahabatnya.
*
Baru saja tiba, Vanya langsung diajak berbasa-basi oleh Widya dan Restu--yang kembali diminta menginap selama Biyan pergi untuk menemani kakaknya. Dan bila Biyan tak menghentikan, mungkin mereka akan terus mengobrol hingga tengah malam.
Pemuda itu menggiring Vanya ke kamar Randu. Kamar adik Biyan itu tak lebih besar daripada kamarnya. Ketika lelaki itu pertama kali meninggalkan Indonesia, ia baru naik ke kelas 3 SD, belum memerlukan terlalu banyak barang untuk disimpan di situ. Benda-benda yang tersimpan di sana pun masih berbau bocah, seperti buku tulis bergambar tokoh film animasi "Cars", pensil bermotif Doraemon dan Dorami serta stiker Ninja Hattori yang menempel acak di pintu lemari. Mungkin saat ia pulang nanti, ia baru akan merombaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔The Road to Mantan
ChickLit[ChickLit/Slice of life] Kalau ada seseorang yang bisa bikin Vanya gagal move on, itu adalah Karan, mantan terindahnya di masa kuliah. Usaha apa pun ia tempuh demi bisa bersama laki-laki itu lagi, termasuk jadi stalker media sosialnya dengan akun pa...